Empat Prasasti Tanduk dari Mendapo Rawang Berhasil Dibaca Ulang, Ini Isinya!
Wilayah Kerinci kaya akan tinggalan naskah-naskah kuno. Salah satunya adalah naskah tanduk beraksara Incung. Sebagian peneliti menyebutkan tulisan di atas tanduk ini masuk dalam kategori naskah seperti yang digunakan oleh L.C. Westenenk dan Voorhoeve. Peneliti lain mengkategorikan sebagai prasasti karena ditulis di atas media yang keras seperti yang diungkapkan oleh Wahyu R. Andhifani ahli epigrafi dari Balai Arkeologi Sumatra Selatan.
Prasasti Tanduk Depati Sungai Lago dari Mendapo Rawang |
Baca juga: Aksara Surat Incung, Riwayat dan Problematikanya
Di antara prasasti tanduk beraksara Incung yang ditemukan di Kerinci adalah pusaka yang disimpan oleh Depati Sungai Lago Tuo dusun Koto Beringin, Mendapo Rawang. Sebelumnya, empat prasasti tanduk ini telah dialihaksarakan terlebih dahulu oleh Voorhoeve di tahun 1941. Namun karena masih terdapat kekurangan dan sulit dipahami oleh pembaca awam. Prasasti ini kembali dibaca oleh Sunliensyar pada tahun 2020.
Berbeda dengan Voorhoeve, penelitian yang dilakukan oleh Sunliensyar menggunakan metode edisi standar yang memungkinan peneliti memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh penulis prasasti/naskah. Selain itu, penelitian ini dilengkapi pula dengan penerjemahan sehingga makin memudahkan masyarakat dalam memahami isi prasasti ini.
Sunliensyar memaparkan bahwa isi prasasti ini tergolong unik karena isinya terdiri dari beberapa episode cerita tentang leluhur masyarakat dalam Mendapo Rawang. Isi prasasti dimulai dari cerita kedatangan dua leluhur perempuan bernama Puti Unduk Pinang Masak dan Dayang Berani dari sebuah tempat bernama Tanah Pariang Padang Panjang menuju Kerinci. Di Kerinci mereka mula-mula berdiam di Koto Limau Manis di tepian Danau Bento (Kayu Aro sekarang). Kemudian mereka pindah karena suatu peristiwa terlarang.
Dayang Berani ke Koto Kunyit menikah seorang tokoh bernama Tuan Syaikh Samilullah dan melahirkan sembilan orang anak. Dua orang anak perempuan mereka yang bernama Andir Caya dan Andir Mulan pindah ke Koto Bingin dan berkeluarga di sana. Selanjutnya, anak keturunan dua leluhur perempuan ini merintis permukiman baru di daerah lembah yang di kemudian hari dikenal sebagai Tanah Rawang.
Baca juga: Menerka Masa Kehidupan Tokoh Leluhur Orang Kerinci yang Diceritakan dalam Naskah Tambo Surat Incung
Selain itu, prasasti ini juga menceritakan adanya seteru antara dua pemimpin kelompok masyarakat terkait dengan hak atas pengaturan "Serah Jajah Naik" dan kekuasaan atas Manti Sembilan. Dua pemimpin kelompok tersebut adalah fraksi Depati Muda dan fraksi Depati Sungai Lago yang diwakili oleh Depati Punjung Jenak. Perselisihan mereka diselesaikan di hadapan Pangeran Jambi di wilayah Tebo.
Lebih lanjut, Sunliensyar mencatat bahwa naskah ini kemungkinan ditulis oleh dua orang yang berbeda. Serta terdapat lebih dari seratus kata yang kemungkinan merupakan kesalahan atau mungkin kesengajaan sang penulis. Adanya kesengajaan tersebut tampak dari konsistennya si penulis mengulang kesalahan yang sama. Menurut Sunliensyar, kemungkinan si penulis ingin menulis teks sesuai dengan dialek daerahnya. Namun penulisan beberapa kata terkendala akibat keterbatasan dalam sistem penulisan Surat Incung. Si penulis kemudian menggunakan cara sendiri dalam menghadapi masalah tersebut seperti dalam memilih huruf dan tanda yang digunakan. Hal itulah yang menyebabkan ketika dialihaksarakan dengan metode diplomatis banyak kata dan kalimat yang sulit dipahami.
Tulisan lanjut dan lebih mendalam tentang pembacaan ulang prasasti ini dapat dibaca melalui di sini: Empat Naskah Surat Incung pada Tanduk Kerbau dari Mendapo Rawang, Kerinci: Suntingan Teks dan Terjemahan
Komentar