Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2020

Pembangunan Rumah Gonjong Minangkabau di Kerinci: Potret Gagal Paham dan Hilangnya Identitas Budaya Orang Kerinci

Gambar
Potret rumah bergonjong Minangkabau yang sedang dibangun di Pulau Sangkar (Sumber: Forum Masyarakat Peduli Kerinci Grup FB) Beberapa hari yang lalu, admin menulis bahwa Pulau Sangkar bukanlah bagian dari wilayah Kerajaan Minangkabau. Akan tetapi, Pulau Sangkar memiliki sistem pemerintahan lokal tersendiri yang keberadaannya diakui oleh Minangkabau dan Jambi.  Baca Juga: Benarkah Pulau Sangkar sebagai Ujung Kerajaan Pagaruyung? Meskipun demikian, amatlah mustahil untuk mengatakan bahwa orang Kerinci tidak pernah melakukan hubungan politik dan diplomatik dengan dua Kerajaan tersebut di masa lalu. Sebagaimana yang diungkapkan pada artikel yang lalu, bahwa orang Kerinci membutuhkan raja dalam konteks tertentu. Dan raja besar juga membutuhkan banyak penguasa yang mau membaiat dirinya dan mengakui kedudukannya. Namun perlu digarisbawahi bahwa hubungan antara Orang Kerinci dengan Jambi dan Minangkabau adalah hubungan POLITIK TERBATAS dan ini terjadi dalam proses SEJARAH masa lalu.  Tetapi ada

Benarkah Pulau Sangkar sebagai Ujung Kerajaan Pagaruyung?

Gambar
  Ilustrasi (Sumber:bakaba.net) Akhir-akhir ini,wilayah adat Depati Rencong Telang Pulau Sangkar sedang berpolemik, akibat adanya anggapan bahwa wilayah adat Depati Rencong Telang sebagai bagian dari wilayah Kerajaan Pagaruyung. Hal ini diperkuat dengan dibuatnya sebuah slogan baru yang berbunyi "Pulau Sangkar, Ujung Tanah Kerajaan Pagaruyung". Namun apakah benar status Pulau Sangkar berada di bawah kekuasaan Pagaruyung? tentu hal ini perlu ditelisik secara mendalam melalui sudut pandang sejarah masa lalu disertai dengan bukti-bukti sejarah yang valid. Sebelum kita berbicara lebih jauh tentang Pulau Sangkar dan Pagaruyung, ada baiknya dulu kita pahami betul bagaimana sistem negara/kerajaan dan pemerintahan orang-orang "Melayu" di masa lalu. Apakah sama dengan sistem kerajaan yang berlaku di Jawa dan di Eropa atau tidak? Sebenarnya sistem kerajaan orang-orang Melayu telah dibahas banyak oleh Sejarawan Eropa. Locher-Scholten di dalam bukunya Kesultanan Sumatra dan Neg

Marak Pencurian Kulit Manis di Kerinci, Inilah Solusi Pencegahannya!

Gambar
Kayu manis yang baru dicuri orang (ilustrasi) Kayu Manis (Cinnamomum) atau Kulit Manis atau Cassiavera merupakan salah satu tanaman rempah yang diminati sejak dulu kala. Kayu ini menghasilkan kulit yang berorama harum, pedas dan manis. Kayu manis dianggap sebagai tanaman rempah yang pertama kali dimanfaatkan oleh manusia. Bangsa Mesir Kuno telah memanfaatkan kayu manis untuk keperluan bumbu makanan dan pembalseman mayat, bahkan tanaman ini disebut-sebut di dalam Kitab Injil. Kayu manis tidak bisa tumbuh di sembarang tempat. Hanya beberapa kawasan di dunia yang menghasilkan tanaman ini seperti Srilanka, Vietnam, Kawasan China bagian Selatan dan Indonesia. Pusat perkebunan Kayu Manis di Indonesia terletak di pedalaman Kerinci, Jambi. Sekitar 90 persen kayu Manis Indonesia berasal dari kawasan ini. Kerinci memiliki kayu manis dengan spesies sendiri yang disebut sebagai cinnamomum burmanii atau Korintje atau Indonesian cinnamon. Diduga, tanaman kayu manis Kerinci awalnya tumbuh liar di hut

Tanah Hiang: Jejak-Jejak Permukiman Kuno di Kerinci dan Penghuninya

Gambar
Gambar 1. Punden di Dusun Hiang Tinggi  Sekilas Tentang Tanah Hiang Tanah Hiang atau dalam bahasa Kerinci biasa disebut sebagai Riang adalah permukiman  masyarakat adat Kerinci yang berada di sisi Timur Laut Danau Kerinci. Berada di kaki perbukitan yang membentang di sebelah timur Danau Kerinci. Wilayah adat ini dilalui oleh anak sungai yang disebut Sungai Batang Sangkir atau Ayir Hiang. Sungai ini mengalir dari arah tenggara ke barat laut Lembah Kerinci dan bermuara ke Sungai Batang Merao. Arah aliran sungai ini berlawanan dengan arah Sungai Batang Merao yang mengalir dari baratlaut ke tenggara. Oleh sebab itu dalam pepatah masyarakat Kerinci, sungai Batang Sangkir sering disebut sebagai Ayir Riang Bebalik Mudik. Tanah Hiang memiliki topografi yang cukup unik, dengan keberadaan sebuah bukit kecil di tengah-tengah dataran permukiman. Bukit ini tampak terpisah dari jajaran perbukitan besar di sisi timur. Secara geologis, bukit ini lazimdisebut sebagai bukit sisa pensesaran. Bukit ini di

Dari Baselang Hingga Berinduk Semang: Melihat Konsep Perburuhan dalam Masyarakat Kerinci

Gambar
Ilustrasi para pekerja lahan persawahan di Kerinci Hari ini Pentjari Djedjak melihat berita mengenai demo besar-besaran di TV yang berakhir ricuh, di antaranya ada mahasiswa yang luka-luka. Sungguh kasihan! Demo itu tak lain dan tak bukan untuk menentang UU Cipta Kerja yang baru saja diketok palunya.  Masalah perburuhan memang sangat sensitif di masa sekarang, hal ini karena bersangkut paut dengan masalah ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang sebagian besar berprofesi sebagai buruh. Buruh adalah orang yang bekerja untuk orang lain demi mendapat upah.  Tentu saja, profesi buruh ini bukanlah hal baru di telinga kita. Sejak masa dahulu, manusia telah mengenal adanya perburuhan, bekerja untuk mendapatkan upah. Konsep perburuhan juga dikenal dalam kehidupan orang Kerinci, meski dengan istilah yang berbeda.  Akan tetapi, kalau ditilik sejarahnya sangat mungkin perburuhan baru dipraktikkan secara meluas sekitar abad ke-19. Jauh sebelum itu, perburuhan tidak dipraktikkan. Asumsi ini diperk

Asal Usul Penduduk Dusun Siulak Gedang, Ibu Negeri Wilayah Adat Tanah Sekudung

Gambar
Jihat Depati Rajo Simpan Bumi, Padang Jambu Alo, Siulak Gedang (Sumber: Zarmoni) Dusun Siulak Gedang Dusun Siulak Gedang adalah perkampungan yang terletak di sebelah hulu lembah Kerinci, tepatnya di sisi barat aliran Sungai Batang Merao yang membelah lembah. Dusun ini berada di sebelah utara muara sungai yaitu pertemuan antara Sungai Ayir Lingkat atau Sungai Nyuruk dengan Batang  Merao. Saat ini Dusun Siulak Gedang terbagi menjadi enam desa yaitu Desa Siulak Gedang, Desa Pasar Siulak Gedang, Desa Telago Biru, Dusun Dalam, Bandar Sedap dan Koto Tengah. Desa-desa ini berada di dalam kecamatan Siulak, Kerinci.  Secara adat Dusun Siulak Gedang terdiri dari kelompok masyarakat adat yang tersusun atas tigo luhah dan perbakalo bungkan yang empat. Tigo Luhah tersebut adalah Luhah Temenggung, Luhah Sirajo dan Luhah Jagung.   Luhah Temenggung terbagi dalam dua bungkan yaitu  Bungkan Temenggung Belah Mudik yang terdiri dari satu kelebu yaitu Kelbu Gedang atau Kelbu Temenggung Belah Mudik dan bu