Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

Aksara Surat Incung, Riwayat dan Problematikanya

Gambar
Gambar 1. Naskah Surat Incung dari Hiang Tinggi, Sumber: EAP117/Britishlibrary Kontak Dagang dan Awal Mula Mengenal Tulisan         Menjadi hal yang patut dibanggakan bahwa bangsa Indonesia memiliki ragam kebudayaan termasuk dalam hal tulis menulis. Ada berbagai aksara tradisional yang berkembang dan digunakan oleh suku-suku asli yang berdiam di pulau-pulau nusantara sebut saja surat Batak yang digunakan oleh suku bangsa Batak di Sumatera, aksara Sunda, Aksara Jawa, aksara Bali, dan aksara Lontara yang digunakan oleh suku Bugis.       Lahirnya sebuah aksara tidak lain karena kebutuhan manusia untuk berkomunikasi secara tidak langsung, aksara merupakan simbol-simbol bunyi sebagai ciptaan manusia sebagai media untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Agar simbol-simbol bunyi itu dapat dimengerti diperlukan adanya kesepakatan suatu kelompok manusia dalam menggunakan simbol-simbol (aksara) itu.      Sepanjang riwayatnya, leluhur bangsa Indonesia sejak zaman pras

Mengenal Adat Kerinci Bagian (1): Susun Tindih Tigo Luhah Tanah Sekudung

Gambar
Mano yang dikatokan Tigo Luhah Tanah Sekudung, Adat Dewek Paseko mencin, Anjung lain tepian Dewek:  Hilir sehinggo Aro Tebing Tinggi Mudik Tersekut Ka Gunung Berapi di tunggu Depati yang Batigo Urang, Pemangku yan Berenam, Ninik Mamak Permenti yang Salapan. Mano yang dikatokan Depati yang tigo Urang? Suatu, Depati Intan di Siulak Mukai Duo, Depati Mangkubumi di Siulak Panjang Tigo, Rajo Simpan Bumi di Siulak Gedang  Mano yang dikatakan Depati Intan Berempat Urang? Pertamo, Depati Intan Tengah Padang Tuo Kaduo, Depati Intan Panggar Bumi Jati Katigo, Depati Intan Maro Masumei Kaampat, Depati Intan Kumbalo Bumi Permentinyo Batigo Urang: So, Rajo Indah, Duo, Rajo Liko,  Tigo, Rajo Penghulu   Apo Kagedeng (kebesaran) dio? Anak Tuo Cucung Tuo, Parak rajo kabayeng rajo, jauh rajo akan genti rajo, Dio memegang pancung sulo dendo sakti, tebu panjang keladi berisi, puyuh panjang ranto, ketitir panjang dengung, urang yuk urang timpang urang Jibut Beralih muko, Munt

Menhir di Sumatra Barat, Nisan Islam atau Menhir Megalitik?

Gambar
Gambar 1. Menhir di Sumatera Barat, sumber: wisatasumbar.net    'Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati', sepenggalan kutipan dari ayat suci Al-Qur'an yang menyatakan bahwa setiap makhluk yang bernyawa, baik tumbuhan, hewan, dan manusia mau tidak mau akan mengalami suatu proses yang namanya 'kematian'. Dalam agama Islam, kematian bukanlah akhir dari segalanya. Kematian adalah sebuah jalan yang ditempuh oleh manusia untuk menuju suatu 'alam keabadian' yang disebut dengan 'akhirat'. Manusia yang telah mati-dalam wujud rohani-akan menerima balasan dari sang Pencipta dari apa yang diperbuatnya selama hidup di dunia.       Manusia dengan kadar kebaikan lebih banyak dari kejahatan akan menerima ganjaran kenikmatan tiada terhingga dan dimasukkan ke dalam kampung Surga, sementara manusia dengan kadar kejahatannya lebih banyak dari kebaikan akan menerima ganjaran kesengsaraan dalam lembah berapi yang disebut neraka.       Adany

Kain-pun Bicara: Menelisik Sejarah Indonesia Melalui Perdagangan Tekstil di Masa Lalu

Gambar
Gambar. 1. Kain cinde, pusaka Depati Atur Bumi, Hiang Tinggi, Sumber:EAP117/British Library Arkeologi dan Studi Perdagangan       Arkeologi pada mulanya lahir dan berkembang di dunia Barat. Munculnya ilmu arkeologi dilatarbelakangi oleh pelampiasan keingintahuan pribadi mengenai masa lalu dan asal usul manusia yang lama-kelamaan berubah menjadi tantangan akan kemampuan berpikir. Kata arkeologi berasal dari bahasa Yunani yaitu 'Arkhaios' yang berarti kuno, tua atau purbakala, dan 'logos' yang berarti ilmu. Secara umum, arkeologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari kehidupan masa lampau melalui tinggalan-tinggalannya yang berwujud artefak, ekofak dan fitur. Melalui tinggalan-tinggalan tersebut arkeolog merekonstruksi sejarah kebudayaan, cara-cara hidup dan prilaku manusia, serta perubahan-perubahan budaya di masa lampau. (Simanjuntak, 2008).      Salah satu studi dalam ilmu arkeologi dalam rangka rekonstruksi kebudayaan adalah studi perdag