Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Ngadu Tanduk : Permainan Tradisional yang terlupakan dari Kerinci

Gambar
Ngadu Tanduk atau sering juga disebut Lago Tanduk berasal dari kata "Ngadu" artinya beradu, sinonim dari kata "lago", sedangkan Tanduk merujuk pada alat yang digunakan saat permainan yang berbentuk Tanduk Kerbau. Tanduk terbuat dari Bambu yang diraut kemudian dililit dengan kain berwarna Hitam dan Merah, diujungnya diberi Rumbai-rumbai dan Giring-giring.  Lago Tanduk berasal dari Dusun Siulak Panjang, salah satu desa tertua di Kawasan Tigo Luhah Tanah Sekudung, Kerinci.  Pada Mulanya, Lago tanduk dilakukan setelah selesai Panen Padi oleh Bujang Gadis dulunya, Gotong Royong(Baselang) Nuai padi yang dilakukan setahun sekali ini disebut dengan Basembak Ahi Mudo, saat inilah para Bujang gadis dalam dusun Siulak panjang akan bergotong royong ( baselang)  nuai padi, di sawah-sawah orang tua mereka, sawah tertua berada disekitar Guguk Rendah. Nuai Padi biasanya diiringi saling berbalas pantun dan Tale antar Bujang Gadis, ada lagi diiringi Kunun Juge Bunsu Diwo Batinting

Kenduri Sko Empat Jurai Dusun Koto Rendah, Siulak Kabupaten Kerinci

Gambar
Sejarah Dusun Koto rendah Siulak  berlokasi sekitar  15 Km dari Kota Sungai Penuh. Sejarah terbentuknya Dusun Koto Rendah diperkirakan dimulai dari Abad 17 M. Walaupun demikian perbukitan disekitar desa Koto Rendah sudah lebih dulu dihuni oleh masyarakat megalitik, sebab ditemukan beberapa pecahan-pecahan gerabah serta susunan bebatuan besar di daerah sana. Koto Rendah berasal dari kata Koto Merendah. Sebab menurut Tambo Adat Tigo Luhah Tanah Sekudung, sebelum Depati Mangku Bumi batedo  menghadap Raja Jambi di Muara Masumai beliau mengadakan tarak (bertapa) di wilayah Air Manimbak berbatasan dengan Solok Selatan sekarang. Di sana beliau mendapatkan seekor siamang berkulit putih. Ketika beliau pulang ke Siulak Panjang, siamang tersebut mengikuti beliau dari atas pohon.Saat beliau berhenti di sebuah kawasan utara Siulak Panjang, siamang tersebut turun dari pohon atau disebut merendah. Lokasi tempat turunnya siamang putih tersebut sampai sekarang dinamakan sebagai Koto Rendah.  A

Kuluk : Ikat Kepala Tradisional Perempuan Suku Kerinci

Gambar
Mungkin telinga kita tak asing dengan lirik lagu lama yang berjudul "Sakti alam Kerinci" ini ....... ngaleh alah jangki tando uhang kinci, pakai alah Kuluk di bucincin pulo........ Kuluk, Kulauk, Sungkun dsb merupakan penutup/ikat kepala tradisional perempuan Kerinci. Asal kata Kuluk adalah Tengkuluk. Orang Kerinci menggunakan kuluk biasanya dihiasi cincin-cincin baik cincin Akik (bahasa lokal: cincin mungguk) Cincin Anye, Cincin Loyang/tembaga. Jumlah cincin pada kuluk menunjuk kan strata sosial seorang perempuan pada masyarakat dulunya, semakin banyak cincin menunjukkan menunjukkan dia berada dalam kalangan "bangso tinggi". Masyarakat Kerinci Hulu umumnya menggunakan kuluk berhiasan Cincin Akik (cincin mungguk) ataupun cincin loyang/tembaga baik satu tingkat maupun dua tingkat. Dengan hiasan untaian berupa lingkaran logam (tembaga, kuningan, perak, perunggu dll) yang disebut dengan "Gambang", para Balian menambahkan hiasan bunga raut dan