Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

Dua Tinggalan Arkeologi ini Resmi Ditetapkan Sebagai Cagar Budaya Kabupaten Kerinci

Gambar
Benda Cagar Budaya Kabupaten Kerinci Kerinci adalah wilayah di Dataran Tinggi Jambi yang memiliki banyak tinggalan purbakala. Misalnya saja, situs-situs megalitik yang tersebar di sekitar Danau Kerinci, masjid-masjid kuno berarsitektur Kerinci, dan ratusan manuskrip kuno. Sebagai bagian dari tinggalan kebudayaan yang dilindungi oleh pemerintah, sebagian besar situs tersebut sudah dijadikan sebagai cagar budaya berdasarkan UU no. 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya seperti masjid Keramat Pulau Tengah, Masjid Agung Pondok Tinggi, dan situs Batu Rajo, situs Batu Patah, situs Pondok, dan situs Pulau Sangkar. Namun demikian, masih banyak lagi tinggalan budaya bendawi yang belum ditetapkan sebagai cagar budaya. Terbitnya regulasi baru tentang cagar budaya yakni UU nomor 11 tahun 2010, memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk menetapkan cagar budaya di daerahnya masing-masing. Penetapan ini berdasarkan rekomendasi dari Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) yang telah di sk-kan oleh kep

Pakaian Pemangku Adat di Siulak Tanah Sekudung yang Asli

Gambar
Pakaian adat pemangku adat di wilayah adat Siulak Tanah Sekudung yang asli Pakaian adat adalah busana yang mencerminkan identitas yang dapat dikaitkan dengan wilayah geografis dan sejarah pada periode tertentu. Pakaian adat juga melambangkan status sosial, jabatan atau kekuasan pemakainya. Oleh sebab itu, ada aturan yang harus dipatuhi ketika seseorang menggunakan pakaian adat. Tak berbeda dengan wilayah adat Siulak Tanah Sekudung di Kerinci, pakaian adat menyimbolkan status sosial dan jabatan si pemakai. Apakah ia berkedudukan sebagai pemangku adat atau orang biasa.  Secara umum, pakaian adat yang digunakan oleh pemangku adat baik depati dan permenti ninek mamak di Siulak Tanah Sekudung terdiri dari empat bagian yaitu (1) lita, (2) baju prado meh, (3) peramban, (4) suwan.  Lita berasal dari bahasa Melayu “destar.” Terbuat dari kain batik Jambi atau kain katun hitam persegi dengan ukuran 110 x 110 cm (gambar 1). Sisi-sisi kain tersebut disulam dengan benang emas atau perak. Kain perseg

700 Tahun yang Lalu Orang Kerinci, Orang Melayu Jambi, dan Orang Minangkabau Menuturkan Bahasa yang Sama

Gambar
Gambar 1. Masyarakat adat Kerinci di Semurup (Dok. Fathur Rahman , 2019) Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia. Melalui bahasa ide, gagasan dan informasi dari seseorang dapat ditangkap dan diterima oleh orang lain. Namun, bahasa yang digunakan oleh sekelompok manusia berbeda satu sama lain. Hal ini karena bahasa merupakan bagian dari unsur kebudayaan. Bahasa adalah ciptaan dari sekelompok manusia untuk memudahkan berkomunikasi sesamanya. Dalam ilmu linguistik, bahasa disebut sebagai sistem lambang bunyi yang arbiter yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Oleh sebab itu, bahasa sekaligus penciri khas dari kelompok atau etnis penuturnya. Di Indonesia, ada ratusan suku yang menuturkan bahasa yang berbeda pula. Meskipun mereka tinggal di suatu wilayah yang dibatasi bukit atau sungai, belum tentu mereka menuturkan bahasa yang sama. Sebagai contoh, bahasa Sunda dan bahasa Jawa sangat berbeda meskipun kedua etnis

Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah Gagal Didigitalisasi Ulang, Para Akademisi Kecewa

Gambar
Kondisi Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah Terkini Pamor Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah sebagai naskah berbahasa Melayu tertua di dunia telah mengundang minat para akademisi dan ilmuwan untuk menelitinya. Sebagaimana diketahui, kitab ini pertamakali ditemukan oleh Petrus Voorhoeve pada tahun 1941. Dan kemudian, naskah ini baru disadari dan diperkenalkan sebagai naskah Melayu tertua oleh Uli Kozok. Ia melakukan penelitian tersebut pada tahun 2002.  Gaung dan penelitian terhadap kitab ini sempat vakum hampir selama dua dasawarsa. Akan tetapi, beberapa tahun belakangan naskah ini kembali menarik perhatian. Hal ini mungkin seiring dengan program pemerintah untuk memajukan budaya bangsa. Beberapa naskah kuno dari Indonesia bahkan telah berstatus sebagai memory of the world. Untuk itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Perpustakaan Nasional RI berusaha untuk menyelidiki kembali tentang naskah ini.  Melalui Prof. Wardiman, pada tahun 2019 Perpusnas RI mengunjungi desa Tanjung Tanah

Legenda Batu Patah: Cerita Rakyat dari Danau Kerinci

Gambar
Bahasa Kerinci (Dialek Hilir) Dalak dusak, ado uha ngan sangak lah miskan tingga dalak umah ngan samo nia dingan bentuk bbaho. Idak nyu sangak biaso, kalu ado nyu dimaka samu-samu. Kalu nyado nyu ditanggoa samu-samu. Barapo ahi inih, bapoknyu balek tenguh mala’ terauh karnu masuk imbo kalua imbo nalok manya. Batu Patah di Daerah Muak, Kerinci Lah takumpo galu-galu manya, mule lah bapoknyu ngehat manya ituh. Ado ngan nek patoh, ado ngan gde, ado ngan panja’, meca lah bentuk. Mulelah bapoknyu ngarangki manya ngan sudeh dikehak ituh jadi lukah. Sengajo nia bapoknyu ngumpo ke manya untuk mna lukah mboh nyu bise nangkak laok dkek aye. Kiru incak lukoh ngan pertamo bapoknyu nyubu muat ituh. Idek ugo bapoknyu ntai muat, terauh-terauh bae bapoknyu nyubu. Ketu ngaat ku bbalek manya-manya ituh, tadengelah suaru anuknyu ngan paling tuo ituh agi betale. Nyu ngasih ku adik nyu tido. “Tido, tido lah kaau A dik, B apok muat lukoh incak” “Tido, tido lah kaau A dik, B apok muat lukoh incak” “Oo A dik

Padi dalam Kehidupan Orang Kerinci: Sejarah, Mitos, Ritual, dan Nilai Budaya

Gambar
Ilustrasi menuai padi Buku ini membahas tentang kehidupan orang Kerinci terkait dengan pertanian padi. Nenek moyang orang Kerinci telah mengenal padi sejak awal mula penghijrahan mereka sekitar 3500 tahun yang lalu. Padi sebagai tanaman pangan diketahui pula juga sebagai tanaman ritual. Temuan arkeologi menunjukkan adanya serbuk sari padi-padian dalam situs tempayan kubur di Kerinci. Pada abad ke-14, pencurian padi dikenakan denda yang cukup banyak yaitu setahil sepaha emas atau sekitar 38 juta rupiah menurut hitungan sekarang. Di masa Kesultanan,Jambi juga menetapkan pajak beras bagi penguasa yang mengakui kekuasaan mereka yakni sekitar 100 gantang beras tiap tahun. Setelah masuknya Belanda, mereka meningkatkan produksi padi dengan memperluas lahan persawahan di Lembah Kerinci. Baca juga:  Padi Sebesar Buah Kelapa: Mitos, Legenda atau Fakta? Sebagai tanaman suci, padi sangat lekat dengan mitos dan berbagai ritual yang dilakukan terhadapnya. Ada berbagai ritual yang dilakukan oleh oran

Tanah, Kuasa, dan Niaga: Dinamika Relasi antara Orang Kerinci dan Kerajaan-Kerajaan Islam di Sekitarnya Abad Ke-VI dan XIX Masehi

Gambar
(Ilustrasi) Buku ini membahas tentang kehidupan orang Kerinci antara 400 hingga 200 tahun yang lalu. Terutama, hubungan mereka dengan dua kerajaan besar yang mengapit wilayahnya, yaitu Kesultanan Jambi dan Inderapura. Hubungan yang dilandasi sumpah setia ini mengalami pasang surut sepanjang abad. Ada kalanya orang Kerinci lebih intim dengan Jambi, adakalanya pula lebih intim dengan Inderapura. Meskipun demikian, para Depati sebagai penguasa wilayah-wilayah adat di sepanjang Lembah Kerinci lebih condong menghadapkan berbagai persoalannya ke Kesultanan Jambi. Misalnya, masalah tanah ulayat, konflik antar wilayah adat, dan perkara pidana yang dapat diselesaikan oleh mereka. Baca Juga:  Tanah Ulayat di Kerinci: Praktek Jual Beli Tanah Di Luar Orang Kerinci Seharusnya Dilarang! Buku ini dilandaskan pada sumber-sumber lokal seperti naskah piagam, serta naskah dan prasasti Incung surat. Di samping itu pula menggunakan referensi dari sejarawan yang lalu seperti Barbara Watson Andaya dan Elsbet

Sultan Ahmad Nazarudin, Kisah Raja Tanpa Alas Kaki dari Jambi

Gambar
Foto 1. Sultan Ahmad Nazarudin dari Jambi Banyak yang tak menduga bahwa sosok sepuh dalam potret ini adalah seorang raja (foto 1). Pasalnya, ia tak menggunakan kasut dan atribut mewah lainnya layaknya raja-raja besar di seantero Nusantara. Apatah lagi, punya keraton dan istana yang dikelilingi benteng kokoh atau mahkota berlapis emas bertatah intan mustika. Ahmad Nazaruddin diangkat pada pertengahan abad ke-19 sebagai Sultan Jambi menggantikan Sultan Thaha yang dimakzulkan Belanda. Potret dirinya ini menjadi gambaran bagaimana kondisi Raja - orang nomer satu di Jambi-- dan para bangsawan Jambi kala itu. Laporan Belanda, banyak menyebutkan bahwa raja dan pangeran Jambi hidup dalam kondisi "miskin". Mereka hidup dengan kondisi ekonomi minimal dari upeti di wilayah pegangan masing-masing. Baca juga:  Ketika Raja Minangkabau dan Pangeran Jambi Minta Bantuan Para Penguasa Kerinci Keraton yang mereka punya hanya rumah panggung. Ukurannya, sedikit lebih besar dari rumah rakyat bias

Naskah Incung dari Sungai Tutung Ini Berisi Kisah Nabi Adam

Gambar
Ruas Pertama Naskah Incung Ini Asan Pulung (TK 125/EAP117/44/1/6) Sumber: British Library Nabi Adam merupakan sosok nabi dan manusia pertama dalam kepercayaan agama Samawi seperti Yahudi, Nasrani, dan Islam. Kisahnya banyak diceritakan di dalam kitab suci baik di dalam al-Kitab maupun di dalam al-Qur'an. Di dalam kitab suci tersebut Adam diceritakan diciptakan dari tanah kemudian ditiupkan ruh sehingga menjadi manusia. Kisah Adam berlanjut dengan hadirnya sosok Hawa sebagai istri Adam, hingga diturunkan ke dunia dari surga akibat melanggar larangan Tuhan. Kisah Adam juga dimuat di dalam kitab-kitab ulama klasik, misalnya di dalam kitab Qishas al-Anbiya karangan Ibnu Katsir dan kitab Tarikh al-Rusul wa al-Muluk karangan at-Thabari. Di Nusantara turunan kisah Adam ditulis dalam naskah-naskah lokal misalnya di dalam Naskah Samud Ibnu Salam dan Naskah Ambiya Pegon. Umumnya, naskah berisi kisah Adam ditulis menggunakan turunan aksara Arab seperti aksara Pegon dan Arab-Melayu (Jawi). Hal