Muhammad Awal, Bupati Kerinci Ke-5 yang Dikenang dengan Aura "Kesaktian"-nya

Pak Awal dan Masyarakat Kerinci 

Latar Belakang Keluarga

Beliau terlahir dengan nama Awaluddin sekitar tahun 1937 di Dusun Baru Siulak. Ayahnya bernama Mat Tilik yang setelah berhaji mengganti nama menjadi Haji Umar. Sang ayah berasal dari Luhah Demong-Rio Bayan Dusun Baru Siulak. Sedangkan  ibunya bernama Gedung Perak, berasal dari Luhah Depati Intan Dusun Siulak Mukai.

Baca juga: Dari manakah Asal Usul Penduduk Dusun Siulak Mukai? Menelusuri Sejarah dan Struktur Pemerintah Adat Masyarakat Siulak Mukai

Tak seperti namanya, Awaludin bukanlah anak pertama melainkan anak paling bungsu. Beliau memiliki 5 orang saudara, dua perempuan dan tiga laki-laki. Kakak laki-lakinya bernama Saidi Rajo, Sabri Umar dan Zainal Abidin. Sedangkan kakak perempuannya bernama Kunci Iman dan Hadiah.

Ayah Awaludin, Haji Umar, adalah kalangan aristokrat semasa pemerintahan Hindia-Belanda. Beliau pernah menjabat sebagai Kepala Mendapo Semurup sekitar tahun 1930-an. Jabatan pegawai untuk golongan pribumi pada masa Hindia-Belanda. Jabatan serupa juga pernah dipegang oleh sang kakek, yaitu Haji Sultan Imam. Beliau disebut-sebut sebagai Kepala Mendapo Semurup yang pertama sejak Kerinci dijajah oleh Belanda.

Baca juga: Biografi Singkat Haji Soetan Imam: Kepala Mendapo Semurup yang Pertama


Pak Awal bersama keluarga dekat beliau (pak cik/paman)


Sebagaimana orang yang terlahir dari kalangan elit lokal, Awaludin tentu saja menempuh jenjang pendidikan dari Sekolah Rakyat hingga Sekolah Menengah Atas. Setelah itu sekitar akhir tahun 1950-an beliau melanjutkan pendidikan sarjananya ke Yogyakarta dengan mengambil studi ilmu pemerintahan. Setelah meraih gelar doktorandus segera beliau kembali ke kampung halamannya dan diangkat sebagai pegawai negeri pada tahun 1960-an. Semasa sekolah lah beliau mengganti nama menjadi Muhammad Awal. Nama inilah  yang banyak diketahui orang.

Di kampung halaman beliau juga melangsungkan pernikahan. Beliau psejertama kali menikah dengan sepupu dekatnya yang bernama Murni Qadir. Akan tetapi, karena tak kunjung dikurnai keturunan, pernikahan tersebut berujung pada perceraian. Setelah itu, Mohd. Awal menikah lagi dengan Retna Welly yang berasal dari Dusun Pondok Tinggi, Sungai Penuh. Pernikahan ini dikurnai lima orang anak yang semuanya laki-laki.

Baca juga: Sekilas Tentang Wilayah Adat Mendapo Limo Dusun (Sungai Penuh), Tanah Pegawai Rajo-Pegawai Jenang

Kiprahnya saat menjadi Bupati Kerinci

Mhd Awal tentu saja memulai jenjang karier sebagai pegawai biasa.Namun karena ketekunan, karirnya terus meningkat. Puncaknya pada tahun 1983 beliau diangkat sebagai Bupati Kerinci ke-lima menggantikan Nazar Effendi. Masa itu, jabatan bupati memang tidak dipilih melalui pemilu melainkan dipilih oleh anggota DPRD dan sekaligus disetujui oleh pemerintah pusat.

Pak Awal dan foto pakaian resmi saat menjabat Bupati Kerinci

Sebagai seorang bupati, Pak Awal --begitu ia dipanggil-- melaksanakan amanah tersebut dengan baik. Beliau melakukan berbagai pembangunan infrastruktur seperti jalan, irigasi dan berbagai hal yang menyangkut kepentingan masyarakat. Beliau juga aktif mendukung berbagai kegiatan sosial dan keagamaan di tengah masyarakat. Dalam artikelnya, Satria misalnya menyinggung bahwa Drs.Mhd. Awal mendukung pengajian-pengajian yang digelar oleh para ulama di Kerinci.

Tidak hanya di bidang keagamaan, di bidang adat dan budaya sosok ini juga menaruh perhatian yang sangat besar. Beliau aktif mengangkat budaya Kerinci ke tingkat nasional dengan berbagai pertunjukan dan pameran. Selain itu, beliau juga peduli dengan kegiatan adat bahkan mensponsori beberapa tulisan adat yang dibuat oleh tokoh adat lokal. Seperti tulisan yang pernah dibuat oleh H. Qadri, Pak Awal menulis kata sambutannya di buku tersebut.

Atas kepeduliannya itu, Pak Awal diberikan beberapa gelar adat oleh komunitas masyarakat adat di Kerinci. Gelar adat pertama yang beliau sandang adalah gelar adat asli dari kelbu beliau di Siulak Mukai, Tanah Sekudung yaitu Depati Intan Kemalo Seri Pamuncak Putih. Selanjutnya, beliau juga diberi gelar adat oleh masyarakat Tigo Luhah Semurup dengan gelar Depati Mudo Puncak Kinci. Sedangkan di Duo Luhah Pendung Semurup beliau diberi gelar Depati Agung Tuo. Di Hamparan Besar Tanah Rawang tercatat beliau juga pernah diberi gelar adat.

Pak Awal dalam sebuah acara adat

Aura Kesaktian yang diingat Masyarakat

Di mata masyarakat Kerinci, beliau adalah sosok bupati yang baik dan ramah bahkan diceritakan juga memiliki ilmu kesaktian. Dalam ingatan masyarakat beliau diceritakan pernah melempar/mendorong sebuah batu besar ke arah kabupaten Solok saat terjadinya perundingan tapal batas antara Kerinci dan Solok saat beliau menjabat.

Saat itu memang, tapal batas antara dua kabupaten itu tidak jelas--bahkan sampai sekarang--karena menurut masyarakat adat Kerinci, wilayah kabupaten Solok telah jauh masuk ke area wilayah adat orang Kerinci. Bahkan sampai ke Air Terjun Telun Berasap. Perundingan itu berbuah hasil dengan bergesernya tapal batas ke arah Solok (sekarang Solok Selatan).

Beliau juga diceritakan pernah menunjukkan kesaktiannya, saat konflik antar dua dusun di Kerinci di wilayah sekitar Danau. Ketika perundingan tidak berujung beliau memukul tembok beton dengan tangan kosong hingga runtuh. Masyarakat yang menyaksikan lari ketakutan sehingga konflik berhenti sampai di sana.

Cerita lain juga terjadi di sekitar Danau Kerinci. Saat itu, Danau Kerinci ditutupi oleh tanaman eceng gondok yang sangat banyak. Dengan kesaktiannya, beliau mampu memanggil angin untuk menyerat tanaman-tanaman eceng gondok yang menutup permukaan danau. Beliau juga dipercaya punya kemampuan menahan hujan dan lain sebagainya.

Masyarakat mempercayai bahwa kekuatan supernatural yang diperoleh oleh Pak Awal berasal dari nenek moyang. Hal ini karena beliau sangat peduli dalam hal renovasi makam-makam yang dianggap keramat oleh masyarakat. Di masa menjabat beliau banyak membangun beberapa jihat ninek (kubur dan petilasan nenek moyang) seperti jihat ninek Demang Sakti, jihat ninek Siak Rajo, Jihat Ninek Ilang di laut, Jihat ninek Depati Intan dan lain sebagainya. Ada cerita yang beredar beliau mengangkat sendiri batu-batu besar yang digunakan sebagai mijan pada tempat tersebut.

Baca juga: Tradisi Megalitik Berlanjut dalam Masyarakat Kerinci

Terlepas benar atau tidaknya cerita tersebut, yang jelas Pak Awal sangat dekat di hati masyarakat Kerinci dan masih dikenang oleh orang tua-tua yang pernah merasakan kepemimpin beliau.

Akhir Karier

Setelah selesai melaksanakan tugasnya sebagai Bupati Kerinci pada tahun 1988, beliau kembali bertugas di daerah Tingkat I pemerintahan Provinsi Jambi hingga pensiun sebagai pegawai negeri. Setelah pensiun beliau terjun di dunia politik, dan aktif  di Partai Golongan Karya. Bahkan pada tahun 1997-1998 beliau terpilih menduduki kursi dewan di Senayan mewakili provinsi Jambi. Namun, ketika gejolak reformasi berlangsung, beliau harus berhenti dari jabatan tersebut. Pak Awal wafat pada tahun 2009 dan dimakamkan di pemakaman keluarga di Desa Pendung Mudik, Semurup, Kerinci.

Baca juga: Dari Sosok Ibu Sederhana Ini, Lahir Orang Nomor Satu di Kerinci

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenang Petrus Voorhoeve, Penemu Awal Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah dan Penyusun Tambo Kerintji

Mengenal Sapaan dan Istilah Kekerabatan dalam Masyarakat Kerinci

Dari manakah Asal Usul Penduduk Dusun Siulak Mukai? Menelusuri Sejarah dan Struktur Pemerintah Adat Masyarakat Siulak Mukai

Sejarah Wilayah Tigo Luhah Tanah Sekudung, Siulak di Kerinci

Legenda Batu Patah: Cerita Rakyat dari Danau Kerinci

Keramik Cina Tertua yang Ditemukan di Indonesia Berasal dari Kerinci

Tabuh: Beduk Kuno Raksasa dari Bumi Kerinci

Menelusuri Nenek Moyang Orang Semurup berdasarkan Tembo Incung