Postingan

Menampilkan postingan dengan label Sejarah Jambi

Arca Terbesar di Indonesia itu Ternyata Bukan Bhairawa tetapi Arca Mahakala

Gambar
Arca Bhairawa (Mahakala) saat diekskavasi di Padang Roco, Hulu Batanghari Menyambung diskusi yang lalu-lalu mengenai Ādityawarman, ada satu berhala yang ditafsirkan sebagai wujud atau representasi Ādityawarman. Berhala terbesar di Indonesia ini menjulang setinggi 4,41 meter, ditemukan pada tahun 1906 di Padang Roco, Hulu Batanghari (Dharmasraya kini). Sosoknya pria gepuk-tinggi berdiri lurus di atas mayat yang bertekuk. Gigi taringnya mencuat di sela bibir, matanya melotot, tangan kirinya memegang mangkuk tengkorak, sementara tangan kanannya memegang pisau belati. Begitulah gambaran keseraman dan kengerian yang ditampilkan oleh arca/berhala yang dikenal luas sebagai arca Bhairawa. Namun benarkah arca ini berhala Bhairawa? Dan benarkah ia wujud Ādityawarman? Baca: Ādityawarman, Legitimasi Kekuasaan, dan Misteri Tentangnya Tetapi sesungguhnya, wujud berhala ini masih diperdebatkan oleh peneliti. Tidak semua menyepakatinya sebagai Bhairawa. Sebut saja Pleyte (1907), ia-lah yang pertama ka...

Kerinci, Bagian Tak Terpisahkan dari Sejarah Pembentukan Provinsi Jambi: Refleksi HUT Provinsi Jambi

Gambar
Wilayah Residentie Djambi tahun 1914 Ada sebuah narasi menarik yang berkembang di kalangan orang Kerinci, bahkan juga ditulis di dalam sumber-sumber internet yang intinya begini:  “bahwa Kerinci dimasukkan ke dalam Provinsi Jambi lantaran di saat pembentukan Provinsi Jambi, populasi Jambi masih kurang, sehingga Kerinci yang saat itu bagian dari Sumatera Barat dibujuk untuk masuk ke Jambi guna terbentuknya provinsi baru tersebut.” Narasi tersebut menggambarkan bahwa wilayah Kerinci hanya dibutuhkan karena kurangnya syarat untuk mendirikan provinsi baru, tak kurang dan tak lebih. Dengan kata lain, Kerinci bukan bagian penting dalam pendirian provinsi baru yang didirikan pada tahun 1958, hanya dibutuhkan karena menutupi kekurangan syarat saja. Narasi ini sebenarnya tidaklah benar dan sangat diragukan kevalidannya.  Di dalam bukunya, Usman Meng melampirkan hasil keputusan kongres Rakyat Jambi pada tahun 1955 disebutkan bahwa semangat pendirian provinsi Jambi bukan sekadar untuk pe...

Sultan Ahmad Nazarudin, Kisah Raja Tanpa Alas Kaki dari Jambi

Gambar
Foto 1. Sultan Ahmad Nazarudin dari Jambi Banyak yang tak menduga bahwa sosok sepuh dalam potret ini adalah seorang raja (foto 1). Pasalnya, ia tak menggunakan kasut dan atribut mewah lainnya layaknya raja-raja besar di seantero Nusantara. Apatah lagi, punya keraton dan istana yang dikelilingi benteng kokoh atau mahkota berlapis emas bertatah intan mustika. Ahmad Nazaruddin diangkat pada pertengahan abad ke-19 sebagai Sultan Jambi menggantikan Sultan Thaha yang dimakzulkan Belanda. Potret dirinya ini menjadi gambaran bagaimana kondisi Raja - orang nomer satu di Jambi-- dan para bangsawan Jambi kala itu. Laporan Belanda, banyak menyebutkan bahwa raja dan pangeran Jambi hidup dalam kondisi "miskin". Mereka hidup dengan kondisi ekonomi minimal dari upeti di wilayah pegangan masing-masing. Baca juga:  Ketika Raja Minangkabau dan Pangeran Jambi Minta Bantuan Para Penguasa Kerinci Keraton yang mereka punya hanya rumah panggung. Ukurannya, sedikit lebih besar dari rumah rakyat bias...