Dari Sosok Ibu Sederhana Ini, Lahir Orang Nomor Satu di Kerinci
Hj. Rohana, ibu Bupati Kerinci saat ini |
Keturunan Ulama Tarikat
Beliau dilahirkan dengan nama Rohana sekitar tahun 1938-39 di Dusun Koto Beringin, Siulak, Kerinci. Ayahnya bernama H. Ja'far Saleh dari Jurai Demong Dusun Koto Rendah dan ibunya bernama Jangkiriyah dari Luhah Jagung Marajo Indah Sungai Langit Dipati Marajo, dusun Koto Beringin.
Baca juga: Kenduri Sko Empat Jurai Dusun Koto Rendah, Siulak Kabupaten Kerinci
Haji Ja'far Saleh, ayahnya, sebenarnya adalah seorang ulama. Lebih tepatnya seorang ulama Tarekat cabang Sammaniyah. Beliau punya banyak murid di wilayah Siulak. Ayah dari Haji Ja'far Saleh, atau kakek dari Rohana, juga seorang ulama Tarikat Sammaniyah yang masyhur di Siulak dan Semurup.
Haji Ja'far Saleh beserta saudara laki-lakinya tahun 1950-an |
Nama asli sang kakek adalah Serangkak, tetapi setelah berhaji ke Mekkah nama beliau diganti menjadi Haji Sultan Saleh. Sang kakek mengaji agama di beberapa tempat terutama di Hiang dan di Semurup. Di Semurup beliau belajar pada seorang ulama juga yang bernama Haji Maulana Yakin. Dari sanalah beliau mendalami Tarikat Sammaniyah.
Haji Sultan Saleh punya gelaran lain, yaitu Pekih Marajo Saleh. Kata Pekih atau Faqih di depan namanya menunjukkan ia seorang ahli di bidang hukum Fiqih atau Feqah dalam ucapan masyarakat Kerinci tempo dulu. Di masa tuanya, Haji Sultan Saleh dipanggil dengan nama Hang Tuo Mudik Kubou oleh masyarakat.Hal ini karena beliau menghabiskan waktu tuanya di rumahnya yang terletak tidak jauh dari pemakaman (kuburan) umum Dusun Koto Rendah.
Haji Sultan Saleh, kakek Rohana dari pihak ayah |
Baca Juga: Sekilas Sejarah Perkembangan Islam di Kerinci
Tampaknya, Haji Sultan Saleh adalah ayah sekaligus guru bagi Haji Ja'far Saleh terutama dalam mendalami Ilmu Tasawuf khususnya melalui Tarikat Sammaniyah. Ketertarikan akan ilmu agama juga kelak menurun kepada anak perempuannya.
Menuntut Ilmu ke Tanjung Pauh
Rohana memiliki dua adik perempuan tetapi tidak memiliki saudara laki-laki. Tentu tanpa adanya saudara laki-laki, Rohana memiliki tanggung jawab besar terhadap dua adiknya, Apalagi dalam tradisi Kerinci, urusan adat untuk para perempuan menjadi tanggung jawab pihak laki-laki yang lazim disebut sebagai anak jantan. Akan tetapi, hal tersebut tidak mematahkan semangat Rohana untuk menuntut ilmu agama di Dusun Tanjung Pauh, yang jaraknya puluhan kilometer dari kampung halamannya.
Tahun 1950-an, kala itu di Kerinci sangat jarang anak-anak yang bersekolah apalagi untuk anak perempuan. Di usia belasan tahun mereka sudah menikah dan berprofesi sebagai ibu rumah tangga, petani padi atau peladang. Tetapi bagi Rohana menuntut ilmu agama tampaknya menjadi prioritas utama. Beliau memilih untuk bersekolah di Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) yang berlokasi Dusun Tanjung Pauh Hilir.
Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Tanjung Pauh berdiri sekitar tahun 1937 atas rintisan K.H.Yakub Kari dan K.H. Engku Mat Rusin. Sekolah ini berada di bawah asuhan organisasi Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) yang mulanya didirikan oleh Syeikh Sulaiman Arrasuli (Inyiak Candung) dan Syeikh Muhammad Jamil Jaho di Bukit Tinggi.
MTI Tanjung Pauh tahun 1951 dalam majalah Suara Perti |
Di angkatannya, mungkin hanya ada dua perempuan Siulak yang "mengaji" di Tanjung Pauh yaitu Rohana dan sahabat karib sekaligus sepupunya Nurbaiti (yang kelak menjadi Istri H. Rafi'i Salim, mantan Kepala Kanwil Depag Jambi). Saat itu, di kampung halamannya, bersekolah agama tidak disebut bersekolah tetapi mengaji. Sekolah hanya merujuk pada sekolah-sekolah formal di bawah pemerintah.
Beberapa murid di MTI Tanjung Pauh Tahun 1957. Murid Perempuan memang jauh lebih kecil jumlahnya dari laki-laki |
Berkeluarga
Banyak pendapat yang menyatakan untuk apa perempuan sekolah tinggi-tinggi. Toh pada akhirnya setelah menikah mereka hanya akan menjadi ibu rumah tangga. Ini adalah pernyataan yang sangat keliru. Sekolah tujuannya bukan sekadar untuk mendapatkan pekerjaan yang baik tetapi untuk mendapatkan ilmu. Ilmu inilah yang akan memandu manusia dalam menempuh kehidupannya untuk selalu mengarah kepada hal-hal baik. Menjadi ibu rumah tangga, juga harus menjadi ibu yang berilmu.
Setelah menamatkan sekolahnya di Tanjung Pauh, Rohana memilih untuk menikah dengan seorang guru yang bernama Abdul Muid. Tak jauh-jauh, beliau berasal dari Luhah Jagung Indah Dusun Siulak Gedang. Jiran dekatnya Koto Beringin. Tentu saja dari suami yang cuma berprofesi sebagai guru, kehidupan rumah tangga mereka sangat sederhana.
Baca juga: Riwayat Dusun Siulak Gedang: Ibu Negeri Wilayah Adat Tanah Sekudung
Akan tetapi, siapa sangka enam puluh tahun kemudian salah seorang anaknya menjadi orang nomor 1 di Kabupaten Kerinci.
Hj. Rohana di usia senja |
Ibu dari Bupati Kerinci Saat Ini
Pernikahan Hj. Rohana dan Abdul Muid dikaruniai enam orang anak. Dua perempuan dan empat orang lelaki. Putra kedua mereka yakni H. Adirozal, memenangkan pemilihan bupati Kerinci pada tahun 2014. Sang putra sebelumnya pernah menjabat wakil walikota Padang Panjang dan juga sebagai pengajar di sekolah tinggi seni di sana.
Masyarakat Kerinci tentu tidak akan melupakan masa pemilihan tersebut, karena H. Adirozal memiliki lawan yang sangat berat yaitu calon incumbent. Tak telak, H. Adirozal harus menggugat ke Mahkamah Konstitusi untuk beberapa pelanggaran pemilu, hingga pada akhirnya ia berhasil memenangkan pilkada tersebut.
Adirozal, Bupati Kerinci 2014-2019 dan 2019-2024 |
Di tahun 2019, Adirozal kembali dipercaya oleh masyarakat Kerinci untuk mengemban amanah sebagai Bupati hingga tahun 2024 mendatang. Namun sayangnya, pada 4 November 2019, sang ibu wafat kembali ke rahmatullah. Hj. Rohana, sosok ibu sederhana yang sangat memahami arti penting pendidikan.
Baca juga: Mengenal SINAR BUDI: Dari Generasi ke Generasi Mempopulerkan Tale Kerinci
Komentar