K.H. Muhammad Burkan Saleh: Ulama Kerinci yang Masyhur dan Aktif Menulis

Sejak abad ke-19 M, gairah kehidupan religius di kalangan orang Kerinci sebenarnya semakin meningkat. Apalagi di abad yang sama, kaum ulama sedang gencar-gencarnya mengobarkan  semangat untuk menentang kolonialisme Belanda yang telah menganggu banyak negara merdeka, termasuk Jambi.

Beberapa bukti naskah  turut memperkuat dugaan itu. Pada pertengahan dan akhir abad ke-19, orang-orang Kerinci yang berangkat ke Mekkah semakin meningkat. Mereka tidak sekedar berhaji, tetapi juga mempelajari ilmu agama. Kontak dengan jamaah haji dari wilayah lain terutama dari Aceh telah mengobarkan semangat persatuan untuk menentang penjajahan Belanda di wilayah mereka. 

Sekembalinya dari berhaji, mereka digelari sebagai ulama oleh orang-orang di daerah asalnya. Hal ini karena mereka memiliki pengetahuan agama yang lebih dari masyarakat awam. Sayangnya, riwayat jamaah haji Kerinci pada abad tersebut tidak banyak diketahui. Kitab-kitab hasil tulisan mereka belum banyak ditemukan dan belum disentuh oleh penelitian.

Namun demikian, pada abad-20, ulama-ulama asal Kerinci tampak semakin aktif menulis karya, salah satunya adalah K.H. Muhammad Burkan Saleh. Karya tulis sosok ulama ini dibahas dengan sangat apik dan mendalam oleh Muhammad Rasidin dan Oga Satria dalam artikel mereka yang berjudul "Tradisi Tulis Ulama: Manuskrip Islam Peninggalan K.H. Muhammad Burkan Saleh (1912-2010)". Artikel ini terbit di Jurnal Lektur Keagamaan pada Desember 2020, Vol. 18 (2) halaman 463-488.

Baca Artikel Ilmiah Selengkapnya di sini: Tradisi Tulis Ulama: Manuskrip Islam Peninggalan K.H. Muhammad Burkan Saleh (1912-2010)

K.H. Muhammad Burkan Saleh: Riwayat Singkat

Dalam artikelnya, Rasidin dan Satria menyebutkan bahwa K.H. Muhammad Burkan Saleh lahir di Dusun Tanjung Pauh, Mendapo Keliling Danau sekitar tahun 1912. Ayah beliau bernama H. Saleh sedangkan ibu beliau bernama Nandang atau Hj. Fatimah. Selama hidupnya, K.H. Muhammad Burkan Saleh memiliki tiga orang istri. Dari ketiga istrinya tersebut tercatat beliau memiliki 12 orang anak.

K.H. M. Burkan Saleh (paling kanan) bersama saudara, ayah dan pamannya


K.H. Burkan Saleh mulanya menempuh pendidikan di Sekolah Rakyat pada masa Kolonial, kemudian ia pindah ke Jambi mengikuti orangtuanya yang juga memiliki perkebunan di sana. Di Jambi, Burkan Saleh melanjutkan pendidikannya  di Madrasah Islamiyah Jauhar, Jambi. Ia menamatkan pendidikan tersebut sekitar tahun 1940. Tidak puas sampai di sana, Burkan Saleh kembali melanjutkan pendidikan agamanya di Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah, Lubuk Begalung, Padang (selesai sekitar tahun 1945), dilanjutkan ke Pondok Pesantren Candung di Bukit Tinggi dan selesai pada tahun 1950-an.

Setamat menempuh pendidikan yang sangat panjang. K.H. Muhammad Burkan Saleh diangkat sebagai pegawai negeri sipil khususnya sebagai pengajar agama di beberapa madrasah di Kerinci. Selain mengajar di Madrasah, beliau juga aktif mengisi pengajian di masjid-masjid, mushalla dan di organisasi kekeluargaan. Beliau menjadi ulama yang cukup masyhur di Kerinci saat itu.

Baca juga: Dari Sosok Ibu Sederhana Ini, Lahir Orang Nomor Satu di Kerinci

K.H. M. Burkan Saleh dan Karya-Karya Tulisnya

Ulama lain di Kerinci mungkin hanya aktif mengajar dan mengisi pengajian. Tetapi tidak dengan K.H. Muhammad Burkan Saleh. Selain mengajar, beliau juga menghasilkan karya tulis. Muhammad Rasidin dan Oga Satria mencatat beberapa karya tulis yang ditulis oleh K.H. Muhammad Burkan Saleh, yaitu:

1. Kitab Azimat, kitab ini ditulis pada tahun 1948 dengan khat riqah. Kondisinya masih cukup baik, isinya berupa azimat padi agar terhindar dari hama, azimat penuntun dan penerang hati, azimat berani, azimat pemanis serta azimat penangkal setan dan penyakit.

2. Kitab Alfalaqiyah (ilmu perbintangan). Kitab ini ditulis pada tahun 1937, saat beliau masih menjadi pengajar di Madrasah Jauhar, Jambi. Kitab ini ditulis dengan huruf arab melayu, berkhat Naskhi dan Rik'i. Isi kitab tersebut adalah perhitungan untuk bilangan tahun hijriyah, menentukan awal tahun, awal puasa serta tata cara menentukan masuknya waktu salat.

Cover kitab Alfalaqiyah karya K.H. Muhammad Burkan Saleh

3. Kitab Mustalah Alhadis. Kitab ini ditulis sekitar tahun 1950. Berisi tentang pengantar ilmu hadis dan tujuannya, pembagian ilmu hadis dan hadis itu sendiri serta berbagai penjelasa tentang hadis dan sunnah.

4. Kitab al-tarikh qur'an al-karam, ditulis saat K.H.Burkan Saleh masih menjadi murid namun tidak diketahui tahun pastinya. Kitab ini berisi penjelasan tentang ilmu nuzul quran dan berbagai hal tentang kesejarahan al-qur'an. Kitab ini juga berisi teks Khutbah Hari Raya, penjelasan tentang bulan Ramadhan dan puasa serta berbagai hal tentang masalah keagamaan seperti qunut, riba, tentang mayit, fadilah ayat Kursi dan lain sebagainya.

--

Baca juga: Empat Prasasti Tanduk dari Mendapo Rawang Berhasil Dibaca Ulang, Ini Isinya!

KH. Muhammad Burkan Saleh wafat pada 21 Juli 2010 di kampung kelahirannya Tanjung Pauh Mudik. Meski beliau telah wafat, pengabdian beliau sebagai pengajar akan terus diingat oleh para muridnya. Begitu pula karya-karya tulisnya akan terus dikaji dan dipelajari hingga kini.  Saat kontributor mencari nama Burkan Saleh di google, bertemulah salah satu buku yang berjudul Pedoman Haji, Umroh dan Ziarah. Buku setebal 208 halaman ini terbit pada tahun 2003 dan ditulis oleh Sudarmi Burkan Saleh, salah seorang anak dari KH. Burkan Saleh. Tampaknya bakat menulis juga diwariskan kepada sang anak. (PDj/Red)

Referensi:

Rasidin, Muhammad dan Oga Satria. 2020. Tradisi Tulis Ulama: Manuskrip Islam Peninggalan K.H. Muhammad Burkan Saleh (1912-2010). Jurnal Lektur Keagamaan 18(2),463-488

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenang Petrus Voorhoeve, Penemu Awal Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah dan Penyusun Tambo Kerintji

Mengenal Sapaan dan Istilah Kekerabatan dalam Masyarakat Kerinci

Dari manakah Asal Usul Penduduk Dusun Siulak Mukai? Menelusuri Sejarah dan Struktur Pemerintah Adat Masyarakat Siulak Mukai

Sejarah Wilayah Tigo Luhah Tanah Sekudung, Siulak di Kerinci

Legenda Batu Patah: Cerita Rakyat dari Danau Kerinci

Keramik Cina Tertua yang Ditemukan di Indonesia Berasal dari Kerinci

Tabuh: Beduk Kuno Raksasa dari Bumi Kerinci

Menelusuri Nenek Moyang Orang Semurup berdasarkan Tembo Incung