Jihat Ninek Depati Intan Kemalo Seri, Siulak Mukai (@budayakerinci) Dusun Siulak Mukai Dusun Siulak Mukai adalah perkampungan yang terletak di bagian hulu atau barat laut lembah Kerinci. Dusun ini berada di sisi utara pertemuan Sungai Batang Merao dan Sungai Ayir Mukai. Dilihat dari citra satelit, dusun ini berada di antara dua aliran sungai tersebut, Sungai Batang Merao di sisi Barat dusun dan Sungai Ayir Mukai di sisi Timur. Sekarang ini, Dusun Siulak Mukai telah berkembang menjadi sebuah kecamatan yang bernama Siulak Mukai, Kerinci. Secara adat, dusun Siulak Mukai dihuni oleh kelompok masyarakat adat yang terdiri dari Tigo Luhah, Empat Bungkan dan Enam Kelbu . Kelompok masyarakat yang pertama dinamakan sebagai Luhah Depati Intan. Luhah Depati Intan terbagi pula menjadi dua kelompok yaitu Bungkan Rajo Indah/Jindah dan Bungkan Rajo Pangulu. Dua bungkan terbagi lagi menjadi empat kelebu yaitu Kelebu Anak Jantan, Kelebu Anak Batino Tuo, Kelebu Anak Batino Dalam dan Kelebu Ko...
Kuliner Sambal Cabe Suhin Lobak putih yang difermentasikan dengan berbagai bumbu-bumbu sehingga menghasilkan rasa asam-pedas, biasanya kita kenal dengan sebutan dengan "kimchi". Makanan ini tentu tidak asing bagi penggemar budaya Korea. Dalam drama-drama Korea misalnya, kimchi selalu hadir dalam adegan makan bersama sebagai pendamping makanan utama. Tradisi pembuatan makanan fermentasi untuk lalapan atau sebagai pendamping menu utama tidak hanya ada di Korea tetapi juga ada di Indonesia, terkhusus di kampung halaman saya Kerinci. Makanan fermentasi ini disebut sebagai "cabe suhin". Cabe suhin terbuat dari dua bahan utama yakni daun surian yang disebut suhin dalam bahasa Kerinci dan rebung atau tunas bambu yang masih muda. Dua bahan ini kemudian ditumbuk atau digiling secara bersamaan. Setelah halus, adonan bahan ini dimasukkan ke dalam bambu dan difermentasikan sekitar dua hingga tiga hari. Daun Surian, bahan utama pembuatan Cabe Suhin Bahan yang sudah diferm...
Arsitektur tradisional Kerinci Rumah Kerinci Klasik Rumah Tradisional Kerinci biasanya dibuat berjejer sehingga membentuk barisan yang rapi,dalam bahasa Kerinci disebut Larik atau Lahik.Ciri Khas Rumah Tradisional Kerinci adalah atap yang terbuat dari potongan kayu tipis persegi panjang atau terbuat dari Belahan Buluh ( Bambu) yang disusun sedemikian rupa. hal ini masih dijumpai pada tahun 1920 an. setelah pendudukan Belanda Atap Kayu kemudian ditukar dengan atap yang terbuat dari seng. Ciri Khas lain terdapat pada jendela (Singap/ Singem / Singop dan lain sebagainya), jendela rumah biasanya dibuat memanjang yang terletak diantara dua tiang rumah bagian depan. Satu Larik biasanya di huni oleh sebuah keluarga yang masih berkerabat dekat(satu leluhur) biasanya disebt dengan Kelebu. di wilayah Kerinci hulu dan tengah, setiap rumah dalam larik biasanya dibangun saling menempel, bahkan ada pintu bagian dalam rumah yang menghubungkan rumah satu dengan rumah lainnya. Pntu tersebut di...
Penobatan Depati dan Ninek Mamak dalam Luhah Depati Singado Siulak Mukai Tengah Siulak Sebelum Menjadi Tanah Sekudung Menurut legenda, sebelum dikenal sebagai Siulak, wilayah ini bernama Renah Punti Alo ketika dihuni oleh leluhur bernama Sutan Kalimbuk. Setelah itu, ketika kedatangan ninek Mangkudum Semat wilayah ini dinamakan sebagai Rantau Kabun-Kabun. Selanjutnya ketika Pangeran Temenggung Kabul di Bukit pertamakali tiba di Kerinci, Siulak dinamakan sebagai Talang Jauh, karena wilayah yang terletak paling jauh dari pandangannya ketika sampai di Tanjung Kerbau Jatuh. Setelah itu, ketika kedatangan rombongan leluhur yang disebut Temenggung Tigo Saudaro, Siulak dinamakan sebagai Dusun Padang Jambu Alo. Penamaan Sulak terjadi saat berdirinya federasi adat yang dikepalai persekutuan delapan depati yang disebut Salapan Helai Kain. Siulak dan Semurup saat itu berada dalam satu wilayah adat yang disebut sebagai Tanah Kepala Persembah yang dikepalai oleh Depati Retno Intan Kepalo Sembah...
Sebuah keluarga di Kerinci (Sumber: Tropenmuseum) Pendahuluan Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas dari interaksi dengan sesamanya. Agar interaksi itu berlangsung dengan baik, diperlukan adanya komunikasi termasuk dalam hal menyapa orang lain. Di Indonesia, kata sapaan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini karena masyarakat hidup dalam norma-norma dan tradisi yang masih berlaku hingga kini. Salah menyapa bisa berakibat fatal. Bayangkan saja bila kata sapaan yang seharusnya digunakan untuk perempuan digunakan untuk menyapa seorang laki-laki atau kata sapaan untuk yang lebih muda digunakan untuk menyapa orangtua. Bisa heboh dunia persilatan. Kita akan dicap sebagai orang yang tidak punya sopan santun. Menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud, kata sapaan adalah kata yang digunakan untuk menegur sapa orang yang diajak berbicara (orang kedua) atau menggantikan nama orang ketiga. Dalam Bahasa Indonesia, kata sapaan terbagi lagi...
Sejak abad ke-19 M, gairah kehidupan religius di kalangan orang Kerinci sebenarnya semakin meningkat. Apalagi di abad yang sama, kaum ulama sedang gencar-gencarnya mengobarkan semangat untuk menentang kolonialisme Belanda yang telah menganggu banyak negara merdeka, termasuk Jambi. Beberapa bukti naskah turut memperkuat dugaan itu. Pada pertengahan dan akhir abad ke-19, orang-orang Kerinci yang berangkat ke Mekkah semakin meningkat. Mereka tidak sekedar berhaji, tetapi juga mempelajari ilmu agama. Kontak dengan jamaah haji dari wilayah lain terutama dari Aceh telah mengobarkan semangat persatuan untuk menentang penjajahan Belanda di wilayah mereka. Sekembalinya dari berhaji, mereka digelari sebagai ulama oleh orang-orang di daerah asalnya. Hal ini karena mereka memiliki pengetahuan agama yang lebih dari masyarakat awam. Sayangnya, riwayat jamaah haji Kerinci pada abad tersebut tidak banyak diketahui. Kitab-kitab hasil tulisan mereka belum banyak ditemukan dan belum dise...
Salah satu bangunan masjid tradisional dari Kerinci, lokasi dusun tidak diketahui. Sumber Tropenmuseum Banyak yang bertanya kepada penulis, apakah hanya Pondok Tinggi, Pulau Tengah dan desa-desa di Lempur saja yang mempunyai masjid kuno di kawasan Kerinci? Masjid kuno yang dimaksudnya adalah masjid kayu beratap tumpang, berarsitektur dan berukir khas Kerinci seperti yang masih bisa disaksikan di Pondok Tinggi dan Pulau Tengah. Tentu saja penulis menyangkalnya, dikarenakan di masa lalu tiap-tiap dusun atau wilayah persekutuan dusun pastilah memiliki sebuah bangunan masjid. Hal ini terkait dengan aturan atau undang-undang adat yang berlaku di Kerinci. Suatu dusun atau wilayah persekutuan dusun haruslah memiliki bangunan peribadatan yang disebut masjid, atau paling tidak dalam ukuran lebih kecil yang disebut surau. Aturan tersebut tertuang dalam beberapa tradisi lisan masyarakat. Seperti di dalam Undang-Undang Negeri berbunyi " ado parit yang tabentang, ado lebuh ado tapian, ado bal...
Sejarah Dusun Koto rendah Siulak berlokasi sekitar 15 Km dari Kota Sungai Penuh. Sejarah terbentuknya Dusun Koto Rendah diperkirakan dimulai dari Abad 17 M. Walaupun demikian perbukitan disekitar desa Koto Rendah sudah lebih dulu dihuni oleh masyarakat megalitik, sebab ditemukan beberapa pecahan-pecahan gerabah serta susunan bebatuan besar di daerah sana. Koto Rendah berasal dari kata Koto Merendah. Sebab menurut Tambo Adat Tigo Luhah Tanah Sekudung, sebelum Depati Mangku Bumi batedo menghadap Raja Jambi di Muara Masumai beliau mengadakan tarak (bertapa) di wilayah Air Manimbak berbatasan dengan Solok Selatan sekarang. Di sana beliau mendapatkan seekor siamang berkulit putih. Ketika beliau pulang ke Siulak Panjang, siamang tersebut mengikuti beliau dari atas pohon.Saat beliau berhenti di sebuah kawasan utara Siulak Panjang, siamang tersebut turun dari pohon atau disebut merendah. Lokasi tempat turunnya siamang putih tersebut sampai sekarang dinamakan sebagai Kot...
Pak Awal dan Masyarakat Kerinci Latar Belakang Keluarga Beliau terlahir dengan nama Awaluddin sekitar tahun 1937 di Dusun Baru Siulak. Ayahnya bernama Mat Tilik yang setelah berhaji mengganti nama menjadi Haji Umar. Sang ayah berasal dari Luhah Demong-Rio Bayan Dusun Baru Siulak. Sedangkan ibunya bernama Gedung Perak, berasal dari Luhah Depati Intan Dusun Siulak Mukai. Baca juga: Dari manakah Asal Usul Penduduk Dusun Siulak Mukai? Menelusuri Sejarah dan Struktur Pemerintah Adat Masyarakat Siulak Mukai Tak seperti namanya, Awaludin bukanlah anak pertama melainkan anak paling bungsu. Beliau memiliki 5 orang saudara, dua perempuan dan tiga laki-laki. Kakak laki-lakinya bernama Saidi Rajo, Sabri Umar dan Zainal Abidin. Sedangkan kakak perempuannya bernama Kunci Iman dan Hadiah. Ayah Awaludin, Haji Umar, adalah kalangan aristokrat semasa pemerintahan Hindia-Belanda. Beliau pernah menjabat sebagai Kepala Mendapo Semurup sekitar tahun 1930-an. Jabatan pegawai untuk golongan ...
Wilayah Kerinci kaya akan tinggalan naskah-naskah kuno. Salah satunya adalah naskah tanduk beraksara Incung. Sebagian peneliti menyebutkan tulisan di atas tanduk ini masuk dalam kategori naskah seperti yang digunakan oleh L.C. Westenenk dan Voorhoeve. Peneliti lain mengkategorikan sebagai prasasti karena ditulis di atas media yang keras seperti yang diungkapkan oleh Wahyu R. Andhifani ahli epigrafi dari Balai Arkeologi Sumatra Selatan. Prasasti Tanduk Depati Sungai Lago dari Mendapo Rawang Baca juga: Aksara Surat Incung, Riwayat dan Problematikanya Di antara prasasti tanduk beraksara Incung yang ditemukan di Kerinci adalah pusaka yang disimpan oleh Depati Sungai Lago Tuo dusun Koto Beringin, Mendapo Rawang. Sebelumnya, empat prasasti tanduk ini telah dialihaksarakan terlebih dahulu oleh Voorhoeve di tahun 1941. Namun karena masih terdapat kekurangan dan sulit dipahami oleh pembaca awam. Prasasti ini kembali dibaca oleh Sunliensyar pada tahun 2020. Berbeda dengan Voorhoeve, penelit...
Komentar