Bahasa Kerinci (Dialek Hilir) Dalak dusak, ado uha ngan sangak lah miskan tingga dalak umah ngan samo nia dingan bentuk bbaho. Idak nyu sangak biaso, kalu ado nyu dimaka samu-samu. Kalu nyado nyu ditanggoa samu-samu. Barapo ahi inih, bapoknyu balek tenguh mala’ terauh karnu masuk imbo kalua imbo nalok manya. Batu Patah di Daerah Muak, Kerinci Lah takumpo galu-galu manya, mule lah bapoknyu ngehat manya ituh. Ado ngan nek patoh, ado ngan gde, ado ngan panja’, meca lah bentuk. Mulelah bapoknyu ngarangki manya ngan sudeh dikehak ituh jadi lukah. Sengajo nia bapoknyu ngumpo ke manya untuk mna lukah mboh nyu bise nangkak laok dkek aye. Kiru incak lukoh ngan pertamo bapoknyu nyubu muat ituh. Idek ugo bapoknyu ntai muat, terauh-terauh bae bapoknyu nyubu. Ketu ngaat ku bbalek manya-manya ituh, tadengelah suaru anuknyu ngan paling tuo ituh agi betale. Nyu ngasih ku adik nyu tido. “Tido, tido lah kaau A dik, B apok muat lukoh incak” “Tido, tido lah kaau A dik, B apok muat lukoh incak” “Oo A dik
Jihat Ninek Depati Intan Kemalo Seri, Siulak Mukai (@budayakerinci) Dusun Siulak Mukai Dusun Siulak Mukai adalah perkampungan yang terletak di bagian hulu atau barat laut lembah Kerinci. Dusun ini berada di sisi utara pertemuan Sungai Batang Merao dan Sungai Ayir Mukai. Dilihat dari citra satelit, dusun ini berada di antara dua aliran sungai tersebut, Sungai Batang Merao di sisi Barat dusun dan Sungai Ayir Mukai di sisi Timur. Sekarang ini, Dusun Siulak Mukai telah berkembang menjadi sebuah kecamatan yang bernama Siulak Mukai, Kerinci. Secara adat, dusun Siulak Mukai dihuni oleh kelompok masyarakat adat yang terdiri dari Tigo Luhah, Empat Bungkan dan Enam Kelbu . Kelompok masyarakat yang pertama dinamakan sebagai Luhah Depati Intan. Luhah Depati Intan terbagi pula menjadi dua kelompok yaitu Bungkan Rajo Indah/Jindah dan Bungkan Rajo Pangulu. Dua bungkan terbagi lagi menjadi empat kelebu yaitu Kelebu Anak Jantan, Kelebu Anak Batino Tuo, Kelebu Anak Batino Dalam dan Kelebu Koto Bering
Penobatan Depati dan Ninek Mamak dalam Luhah Depati Singado Siulak Mukai Tengah Siulak Sebelum Menjadi Tanah Sekudung Menurut legenda, sebelum dikenal sebagai Siulak, wilayah ini bernama Renah Punti Alo ketika dihuni oleh leluhur bernama Sutan Kalimbuk. Setelah itu, ketika kedatangan ninek Mangkudum Semat wilayah ini dinamakan sebagai Rantau Kabun-Kabun. Selanjutnya ketika Pangeran Temenggung Kabul di Bukit pertamakali tiba di Kerinci, Siulak dinamakan sebagai Talang Jauh, karena wilayah yang terletak paling jauh dari pandangannya ketika sampai di Tanjung Kerbau Jatuh. Setelah itu, ketika kedatangan rombongan leluhur yang disebut Temenggung Tigo Saudaro, Siulak dinamakan sebagai Dusun Padang Jambu Alo. Penamaan Sulak terjadi saat berdirinya federasi adat yang dikepalai persekutuan delapan depati yang disebut Salapan Helai Kain. Siulak dan Semurup saat itu berada dalam satu wilayah adat yang disebut sebagai Tanah Kepala Persembah yang dikepalai oleh Depati Retno Intan Kepalo Sembah Raj
Jihat Depati Rajo Simpan Bumi, Padang Jambu Alo, Siulak Gedang (Sumber: Zarmoni) Dusun Siulak Gedang Dusun Siulak Gedang adalah perkampungan yang terletak di sebelah hulu lembah Kerinci, tepatnya di sisi barat aliran Sungai Batang Merao yang membelah lembah. Dusun ini berada di sebelah utara muara sungai yaitu pertemuan antara Sungai Ayir Lingkat atau Sungai Nyuruk dengan Batang Merao. Saat ini Dusun Siulak Gedang terbagi menjadi enam desa yaitu Desa Siulak Gedang, Desa Pasar Siulak Gedang, Desa Telago Biru, Dusun Dalam, Bandar Sedap dan Koto Tengah. Desa-desa ini berada di dalam kecamatan Siulak, Kerinci. Secara adat Dusun Siulak Gedang terdiri dari kelompok masyarakat adat yang tersusun atas tigo luhah dan perbakalo bungkan yang empat. Tigo Luhah tersebut adalah Luhah Temenggung, Luhah Sirajo dan Luhah Jagung. Luhah Temenggung terbagi dalam dua bungkan yaitu Bungkan Temenggung Belah Mudik yang terdiri dari satu kelebu yaitu Kelbu Gedang atau Kelbu Temenggung Belah Mudik dan bu
Arsitektur tradisional Kerinci Rumah Kerinci Klasik Rumah Tradisional Kerinci biasanya dibuat berjejer sehingga membentuk barisan yang rapi,dalam bahasa Kerinci disebut Larik atau Lahik.Ciri Khas Rumah Tradisional Kerinci adalah atap yang terbuat dari potongan kayu tipis persegi panjang atau terbuat dari Belahan Buluh ( Bambu) yang disusun sedemikian rupa. hal ini masih dijumpai pada tahun 1920 an. setelah pendudukan Belanda Atap Kayu kemudian ditukar dengan atap yang terbuat dari seng. Ciri Khas lain terdapat pada jendela (Singap/ Singem / Singop dan lain sebagainya), jendela rumah biasanya dibuat memanjang yang terletak diantara dua tiang rumah bagian depan. Satu Larik biasanya di huni oleh sebuah keluarga yang masih berkerabat dekat(satu leluhur) biasanya disebt dengan Kelebu. di wilayah Kerinci hulu dan tengah, setiap rumah dalam larik biasanya dibangun saling menempel, bahkan ada pintu bagian dalam rumah yang menghubungkan rumah satu dengan rumah lainnya. Pntu tersebut dibuka
Kuliner Sambal Cabe Suhin Lobak putih yang difermentasikan dengan berbagai bumbu-bumbu sehingga menghasilkan rasa asam-pedas, biasanya kita kenal dengan sebutan dengan "kimchi". Makanan ini tentu tidak asing bagi penggemar budaya Korea. Dalam drama-drama Korea misalnya, kimchi selalu hadir dalam adegan makan bersama sebagai pendamping makanan utama. Tradisi pembuatan makanan fermentasi untuk lalapan atau sebagai pendamping menu utama tidak hanya ada di Korea tetapi juga ada di Indonesia, terkhusus di kampung halaman saya Kerinci. Makanan fermentasi ini disebut sebagai "cabe suhin". Cabe suhin terbuat dari dua bahan utama yakni daun surian yang disebut suhin dalam bahasa Kerinci dan rebung atau tunas bambu yang masih muda. Dua bahan ini kemudian ditumbuk atau digiling secara bersamaan. Setelah halus, adonan bahan ini dimasukkan ke dalam bambu dan difermentasikan sekitar dua hingga tiga hari. Daun Surian, bahan utama pembuatan Cabe Suhin Bahan yang sudah diferm
Pemerintahan Adat Wilayah adat ini berada di sepanjang aliran Sungai Bungkal Pandan yang berhulu di atas perbukitan Dusun Pondok Tinggi dan bermuara di Sungai Batang Merao. Di sepanjang Sungai Bungkal Pandan, terdapat permukiman adat yang terdiri dari lima dusun utama yaitu Dusun Pondok Tinggi, Dusun Sungai Penuh, Dusun Baru, Dusun Empih dan Dusun Bernik. Pada masa selanjutnya, kelima dusun ini membentuk persekutuan adat yang dinamakan sebagai Mendapo Limo Dusun. Saat ini, Mendapo Limo Dusun telah berkembang menjadi tiga kecamatan yaitu Kecamatan Sungai Penuh, Kecamatan Pondok Tinggi dan Kecamatan Sungai Bungkal di Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi. Salah satu dusun di Mendapo Limo Dusun (Sungai Penuh) Baca juga: Menelusuri Nenek Moyang Orang Semurup berdasarkan Tembo Incung Secara adat, wilayah sahulu sahiliran Bungkal Pandan ini dipimpin oleh Tujuh orang Depati, Dua Orang Pemangku dibantu seorang Ngebi dan Sepuluh orang Permenti. Hal ini sebagaimana tertuang dalam pepatah adat: Dipa
Beberapa tampilan album Sinar Budi (ilustrasi) Sejarah Ringkas Sinar Budi pada awalnya adalah nama badan usaha yang didirikan oleh pebisnis kenamaan di Siulak yakni Haji Idris. Beliau mulanya merintis usaha perniagaan beras dan penggilingan padi. Namun karena bisnisnya semakin maju, beliau kemudian mengembangkan usahanya menjadi sebuah koorporasi yang diberi nama Sinar Budi. Koorporasi ini memiliki beberapa anak usaha seperti Toko Kelontong, Toko Obat-Obatan, Studio Foto hingga Jasa Angkutan Umum. Lokasi usaha tersebut berada di Pasar Siulak Gedang, Kemendapoan Siulak, Kerinci. Pada tahun 1970-an, saat itu di Kerinci sedang populer dan berkembang grup-grup orkes Melayu sebagai salah satu sarana hiburan masyarakat di pedesaan. Tampaknya pendiri Sinar Budi, melihat hal tersebut sebagai salah satu peluang bisnis di bidang jasa hiburan. Dan kebetulan pula, beberapa anak Haji Idris memiliki bakat dalam bermusik dan bernyanyi. Dengan dimodali oleh sang ayah, anak-anak Haji Idris mendirikan O
Pak Awal dan Masyarakat Kerinci Latar Belakang Keluarga Beliau terlahir dengan nama Awaluddin sekitar tahun 1937 di Dusun Baru Siulak. Ayahnya bernama Mat Tilik yang setelah berhaji mengganti nama menjadi Haji Umar. Sang ayah berasal dari Luhah Demong-Rio Bayan Dusun Baru Siulak. Sedangkan ibunya bernama Gedung Perak, berasal dari Luhah Depati Intan Dusun Siulak Mukai. Baca juga: Dari manakah Asal Usul Penduduk Dusun Siulak Mukai? Menelusuri Sejarah dan Struktur Pemerintah Adat Masyarakat Siulak Mukai Tak seperti namanya, Awaludin bukanlah anak pertama melainkan anak paling bungsu. Beliau memiliki 5 orang saudara, dua perempuan dan tiga laki-laki. Kakak laki-lakinya bernama Saidi Rajo, Sabri Umar dan Zainal Abidin. Sedangkan kakak perempuannya bernama Kunci Iman dan Hadiah. Ayah Awaludin, Haji Umar, adalah kalangan aristokrat semasa pemerintahan Hindia-Belanda. Beliau pernah menjabat sebagai Kepala Mendapo Semurup sekitar tahun 1930-an. Jabatan pegawai untuk golongan pribumi pada m
Komentar