Jihat Ninek Depati Intan Kemalo Seri, Siulak Mukai (@budayakerinci) Dusun Siulak Mukai Dusun Siulak Mukai adalah perkampungan yang terletak di bagian hulu atau barat laut lembah Kerinci. Dusun ini berada di sisi utara pertemuan Sungai Batang Merao dan Sungai Ayir Mukai. Dilihat dari citra satelit, dusun ini berada di antara dua aliran sungai tersebut, Sungai Batang Merao di sisi Barat dusun dan Sungai Ayir Mukai di sisi Timur. Sekarang ini, Dusun Siulak Mukai telah berkembang menjadi sebuah kecamatan yang bernama Siulak Mukai, Kerinci. Secara adat, dusun Siulak Mukai dihuni oleh kelompok masyarakat adat yang terdiri dari Tigo Luhah, Empat Bungkan dan Enam Kelbu . Kelompok masyarakat yang pertama dinamakan sebagai Luhah Depati Intan. Luhah Depati Intan terbagi pula menjadi dua kelompok yaitu Bungkan Rajo Indah/Jindah dan Bungkan Rajo Pangulu. Dua bungkan terbagi lagi menjadi empat kelebu yaitu Kelebu Anak Jantan, Kelebu Anak Batino Tuo, Kelebu Anak Batino Dalam dan Kelebu Ko...
Pemerintahan Adat Wilayah adat ini berada di sepanjang aliran Sungai Bungkal Pandan yang berhulu di atas perbukitan Dusun Pondok Tinggi dan bermuara di Sungai Batang Merao. Di sepanjang Sungai Bungkal Pandan, terdapat permukiman adat yang terdiri dari lima dusun utama yaitu Dusun Pondok Tinggi, Dusun Sungai Penuh, Dusun Baru, Dusun Empih dan Dusun Bernik. Pada masa selanjutnya, kelima dusun ini membentuk persekutuan adat yang dinamakan sebagai Mendapo Limo Dusun. Saat ini, Mendapo Limo Dusun telah berkembang menjadi tiga kecamatan yaitu Kecamatan Sungai Penuh, Kecamatan Pondok Tinggi dan Kecamatan Sungai Bungkal di Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi. Salah satu dusun di Mendapo Limo Dusun (Sungai Penuh) Baca juga: Menelusuri Nenek Moyang Orang Semurup berdasarkan Tembo Incung Secara adat, wilayah sahulu sahiliran Bungkal Pandan ini dipimpin oleh Tujuh orang Depati, Dua Orang Pemangku dibantu seorang Ngebi dan Sepuluh orang Permenti. Hal ini sebagaimana tertuang dalam pepatah adat: ...
Sebuah keluarga di Kerinci (Sumber: Tropenmuseum) Pendahuluan Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas dari interaksi dengan sesamanya. Agar interaksi itu berlangsung dengan baik, diperlukan adanya komunikasi termasuk dalam hal menyapa orang lain. Di Indonesia, kata sapaan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini karena masyarakat hidup dalam norma-norma dan tradisi yang masih berlaku hingga kini. Salah menyapa bisa berakibat fatal. Bayangkan saja bila kata sapaan yang seharusnya digunakan untuk perempuan digunakan untuk menyapa seorang laki-laki atau kata sapaan untuk yang lebih muda digunakan untuk menyapa orangtua. Bisa heboh dunia persilatan. Kita akan dicap sebagai orang yang tidak punya sopan santun. Menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud, kata sapaan adalah kata yang digunakan untuk menegur sapa orang yang diajak berbicara (orang kedua) atau menggantikan nama orang ketiga. Dalam Bahasa Indonesia, kata sapaan terbagi lagi...
Penobatan Depati dan Ninek Mamak dalam Luhah Depati Singado Siulak Mukai Tengah Siulak Sebelum Menjadi Tanah Sekudung Menurut legenda, sebelum dikenal sebagai Siulak, wilayah ini bernama Renah Punti Alo ketika dihuni oleh leluhur bernama Sutan Kalimbuk. Setelah itu, ketika kedatangan ninek Mangkudum Semat wilayah ini dinamakan sebagai Rantau Kabun-Kabun. Selanjutnya ketika Pangeran Temenggung Kabul di Bukit pertamakali tiba di Kerinci, Siulak dinamakan sebagai Talang Jauh, karena wilayah yang terletak paling jauh dari pandangannya ketika sampai di Tanjung Kerbau Jatuh. Setelah itu, ketika kedatangan rombongan leluhur yang disebut Temenggung Tigo Saudaro, Siulak dinamakan sebagai Dusun Padang Jambu Alo. Penamaan Sulak terjadi saat berdirinya federasi adat yang dikepalai persekutuan delapan depati yang disebut Salapan Helai Kain. Siulak dan Semurup saat itu berada dalam satu wilayah adat yang disebut sebagai Tanah Kepala Persembah yang dikepalai oleh Depati Retno Intan Kepalo Sembah...
Wilayah Kerinci kaya akan tinggalan naskah-naskah kuno. Salah satunya adalah naskah tanduk beraksara Incung. Sebagian peneliti menyebutkan tulisan di atas tanduk ini masuk dalam kategori naskah seperti yang digunakan oleh L.C. Westenenk dan Voorhoeve. Peneliti lain mengkategorikan sebagai prasasti karena ditulis di atas media yang keras seperti yang diungkapkan oleh Wahyu R. Andhifani ahli epigrafi dari Balai Arkeologi Sumatra Selatan. Prasasti Tanduk Depati Sungai Lago dari Mendapo Rawang Baca juga: Aksara Surat Incung, Riwayat dan Problematikanya Di antara prasasti tanduk beraksara Incung yang ditemukan di Kerinci adalah pusaka yang disimpan oleh Depati Sungai Lago Tuo dusun Koto Beringin, Mendapo Rawang. Sebelumnya, empat prasasti tanduk ini telah dialihaksarakan terlebih dahulu oleh Voorhoeve di tahun 1941. Namun karena masih terdapat kekurangan dan sulit dipahami oleh pembaca awam. Prasasti ini kembali dibaca oleh Sunliensyar pada tahun 2020. Berbeda dengan Voorhoeve, penelit...
Beberapa benda dari Kerinci yang menjadi koleksi Museum Nasional Jakarta. Dok. boedayakerinci.blogspot.com Jikalau sanak sudaro pernah berkunjung ke Monas (Monumen Nasional) di Jakarta, jangan lupa untuk berkunjung juga ke Museum Nasional atau yang dikenal pula sebagai Museum Gajah. Sekalian melihat-lihat koleksi museum tersebut yang di antaranya juga berasal dari Kerinci. Museum Nasional posisinya di jalan Merdeka Barat no.12. Tepatnya, berada di jalan sisi kiri Monas bila masuk dari gerbang utama dan dekat dengan halte bis transjakarta yang ada di jalan tersebut. Museum ini menyimpan ribuan koleksi dari seluruh Indonesia, baik berupa barang-barang etnik/etnografi maupun barang-barang arkeologis. Di antara benda koleksi Museum Nasional berasal dari wilayah Kerinci, Jambi dan bahkan benda menjadi salah satu koleksi masterpiece, loh. Untuk itu, tulisan kali ini akan mengulas lebih jauh mengenai benda-benda koleksi Museum Nasional tersebut. Baca juga: Kain Orang Kerinci Diimp...
Jihat Depati Rajo Simpan Bumi, Padang Jambu Alo, Siulak Gedang (Sumber: Zarmoni) Dusun Siulak Gedang Dusun Siulak Gedang adalah perkampungan yang terletak di sebelah hulu lembah Kerinci, tepatnya di sisi barat aliran Sungai Batang Merao yang membelah lembah. Dusun ini berada di sebelah utara muara sungai yaitu pertemuan antara Sungai Ayir Lingkat atau Sungai Nyuruk dengan Batang Merao. Saat ini Dusun Siulak Gedang terbagi menjadi enam desa yaitu Desa Siulak Gedang, Desa Pasar Siulak Gedang, Desa Telago Biru, Dusun Dalam, Bandar Sedap dan Koto Tengah. Desa-desa ini berada di dalam kecamatan Siulak, Kerinci. Secara adat Dusun Siulak Gedang terdiri dari kelompok masyarakat adat yang tersusun atas tigo luhah dan perbakalo bungkan yang empat. Tigo Luhah tersebut adalah Luhah Temenggung, Luhah Sirajo dan Luhah Jagung. Luhah Temenggung terbagi dalam dua bungkan yaitu Bungkan Temenggung Belah Mudik yang terdiri dari satu kelebu yaitu Kelbu Gedang atau Kelbu Temenggung...
Tabuh Aga di Kemantan pada Tahun 1980-an. Dolumentasi BPCB Jambi "Duk, duk, duk..." suara yang pasti dinantikan oleh setiap insan di bulan ramadan ini. Pasalnya ia menjadi penanda masuknya waktu berbuka sekaligus menjadi penanda waktu salat. Di Masjid Agung Semarang, tiga puluh menit sebelum azan salat Jumat, beduk selalu dipukul pada setiap jeda lantunan Al Quran. Ia menjadi pengingat bagi umat Islam bahwa sebentar lagi azan jumat akan dikumandangkan. Hal serupa juga dijumpai di Masjid Al-Quds, Kudus, beduk yang terletak di atas menara kuno itu selalu dibunyikan menjelang azan, terutama azan Magrib. Tak harus jauh-jauh ke masjid tersebut, stasiun televisi juga kerap menayangkan suaru beduk ini sebelum azan Magrib. Beduk memang sangat identik dengan tradisi muslim di Indonesia dan Malaysia. Gendang berukuran raksasa ini, diletakkan di sebelah masjid, surau atau langgar. Ia senantiasa dipalu sesaat sebelum azan. Suara menggema yang dihasilkannya akan terdengar di seluruh ...
Komentar