Arsitektur tradisional Kerinci Rumah Kerinci Klasik Rumah Tradisional Kerinci biasanya dibuat berjejer sehingga membentuk barisan yang rapi,dalam bahasa Kerinci disebut Larik atau Lahik.Ciri Khas Rumah Tradisional Kerinci adalah atap yang terbuat dari potongan kayu tipis persegi panjang atau terbuat dari Belahan Buluh ( Bambu) yang disusun sedemikian rupa. hal ini masih dijumpai pada tahun 1920 an. setelah pendudukan Belanda Atap Kayu kemudian ditukar dengan atap yang terbuat dari seng. Ciri Khas lain terdapat pada jendela (Singap/ Singem / Singop dan lain sebagainya), jendela rumah biasanya dibuat memanjang yang terletak diantara dua tiang rumah bagian depan. Satu Larik biasanya di huni oleh sebuah keluarga yang masih berkerabat dekat(satu leluhur) biasanya disebt dengan Kelebu. di wilayah Kerinci hulu dan tengah, setiap rumah dalam larik biasanya dibangun saling menempel, bahkan ada pintu bagian dalam rumah yang menghubungkan rumah satu dengan rumah lainnya. Pntu tersebut di...
Jihat Ninek Depati Intan Kemalo Seri, Siulak Mukai (@budayakerinci) Dusun Siulak Mukai Dusun Siulak Mukai adalah perkampungan yang terletak di bagian hulu atau barat laut lembah Kerinci. Dusun ini berada di sisi utara pertemuan Sungai Batang Merao dan Sungai Ayir Mukai. Dilihat dari citra satelit, dusun ini berada di antara dua aliran sungai tersebut, Sungai Batang Merao di sisi Barat dusun dan Sungai Ayir Mukai di sisi Timur. Sekarang ini, Dusun Siulak Mukai telah berkembang menjadi sebuah kecamatan yang bernama Siulak Mukai, Kerinci. Secara adat, dusun Siulak Mukai dihuni oleh kelompok masyarakat adat yang terdiri dari Tigo Luhah, Empat Bungkan dan Enam Kelbu . Kelompok masyarakat yang pertama dinamakan sebagai Luhah Depati Intan. Luhah Depati Intan terbagi pula menjadi dua kelompok yaitu Bungkan Rajo Indah/Jindah dan Bungkan Rajo Pangulu. Dua bungkan terbagi lagi menjadi empat kelebu yaitu Kelebu Anak Jantan, Kelebu Anak Batino Tuo, Kelebu Anak Batino Dalam dan Kelebu Ko...
Jihat Depati Rajo Simpan Bumi, Padang Jambu Alo, Siulak Gedang (Sumber: Zarmoni) Dusun Siulak Gedang Dusun Siulak Gedang adalah perkampungan yang terletak di sebelah hulu lembah Kerinci, tepatnya di sisi barat aliran Sungai Batang Merao yang membelah lembah. Dusun ini berada di sebelah utara muara sungai yaitu pertemuan antara Sungai Ayir Lingkat atau Sungai Nyuruk dengan Batang Merao. Saat ini Dusun Siulak Gedang terbagi menjadi enam desa yaitu Desa Siulak Gedang, Desa Pasar Siulak Gedang, Desa Telago Biru, Dusun Dalam, Bandar Sedap dan Koto Tengah. Desa-desa ini berada di dalam kecamatan Siulak, Kerinci. Secara adat Dusun Siulak Gedang terdiri dari kelompok masyarakat adat yang tersusun atas tigo luhah dan perbakalo bungkan yang empat. Tigo Luhah tersebut adalah Luhah Temenggung, Luhah Sirajo dan Luhah Jagung. Luhah Temenggung terbagi dalam dua bungkan yaitu Bungkan Temenggung Belah Mudik yang terdiri dari satu kelebu yaitu Kelbu Gedang atau Kelbu Temenggung...
Pemerintahan Adat Wilayah adat ini berada di sepanjang aliran Sungai Bungkal Pandan yang berhulu di atas perbukitan Dusun Pondok Tinggi dan bermuara di Sungai Batang Merao. Di sepanjang Sungai Bungkal Pandan, terdapat permukiman adat yang terdiri dari lima dusun utama yaitu Dusun Pondok Tinggi, Dusun Sungai Penuh, Dusun Baru, Dusun Empih dan Dusun Bernik. Pada masa selanjutnya, kelima dusun ini membentuk persekutuan adat yang dinamakan sebagai Mendapo Limo Dusun. Saat ini, Mendapo Limo Dusun telah berkembang menjadi tiga kecamatan yaitu Kecamatan Sungai Penuh, Kecamatan Pondok Tinggi dan Kecamatan Sungai Bungkal di Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi. Salah satu dusun di Mendapo Limo Dusun (Sungai Penuh) Baca juga: Menelusuri Nenek Moyang Orang Semurup berdasarkan Tembo Incung Secara adat, wilayah sahulu sahiliran Bungkal Pandan ini dipimpin oleh Tujuh orang Depati, Dua Orang Pemangku dibantu seorang Ngebi dan Sepuluh orang Permenti. Hal ini sebagaimana tertuang dalam pepatah adat: ...
Dusun Siulak Panjang Dusun Siulak Panjang adalah perkampungan yang terletak di hulu Sungai Batangmerao, Lembah Kerinci. Tepatnya berada di sisi barat aliran Batangmerao. Di sebelah utara dusun ini mengalir aliran Sungai Kelikir yang bermuara ke Batangmerao sebagai batas sebelah mudik. Sementara itu, sebelah hilirnya berbatasan dengan dusun Siulak Gedang. Sekarang ini dusun Siulak Panjang telah mekar menjadi beberapa desa yaitu Desa Siulak Panjang, Desa Koto Beringin, Desa Dusun Baru, dan Desa Pasar Senin. Semuanya berada di wilayah administratif Kecamatan Siulak, Kab. Kerinci. Perkembangan Permukiman dan Penduduk Awalnya dusun Siulak Panjang dinamakan sebagai Pulau Panjang karena berada di sepanjang Sungai Batang Merao. Setelah itu, Pulau Panjang mulai didiami oleh masyarakat untuk berladang sehingga berubahlah naman Pulau Panjang menjadi Pelak Panjang. Selanjutnya, kelompok-kelompok yang berladang di Pelak Panjang mendirikan permukiman yang dinamakan sebagai Siulak Panjang. Pada mulan...
Penobatan Depati dan Ninek Mamak dalam Luhah Depati Singado Siulak Mukai Tengah Siulak Sebelum Menjadi Tanah Sekudung Menurut legenda, sebelum dikenal sebagai Siulak, wilayah ini bernama Renah Punti Alo ketika dihuni oleh leluhur bernama Sutan Kalimbuk. Setelah itu, ketika kedatangan ninek Mangkudum Semat wilayah ini dinamakan sebagai Rantau Kabun-Kabun. Selanjutnya ketika Pangeran Temenggung Kabul di Bukit pertamakali tiba di Kerinci, Siulak dinamakan sebagai Talang Jauh, karena wilayah yang terletak paling jauh dari pandangannya ketika sampai di Tanjung Kerbau Jatuh. Setelah itu, ketika kedatangan rombongan leluhur yang disebut Temenggung Tigo Saudaro, Siulak dinamakan sebagai Dusun Padang Jambu Alo. Penamaan Sulak terjadi saat berdirinya federasi adat yang dikepalai persekutuan delapan depati yang disebut Salapan Helai Kain. Siulak dan Semurup saat itu berada dalam satu wilayah adat yang disebut sebagai Tanah Kepala Persembah yang dikepalai oleh Depati Retno Intan Kepalo Sembah...
Ada banyak sekali koleksi digital masyarakat Jambi dari akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 M yang tersimpan di dalam museum dan perpustakaan Belanda. Tentu saja foto-foto jadul tersebut berwarna hitam putih. Dengan kecanggihan teknologi saat ini, foto-foto tersebut berhasil diwarnai sehingga terlihat semakin menarik.
Beberapa benda dari Kerinci yang menjadi koleksi Museum Nasional Jakarta. Dok. boedayakerinci.blogspot.com Jikalau sanak sudaro pernah berkunjung ke Monas (Monumen Nasional) di Jakarta, jangan lupa untuk berkunjung juga ke Museum Nasional atau yang dikenal pula sebagai Museum Gajah. Sekalian melihat-lihat koleksi museum tersebut yang di antaranya juga berasal dari Kerinci. Museum Nasional posisinya di jalan Merdeka Barat no.12. Tepatnya, berada di jalan sisi kiri Monas bila masuk dari gerbang utama dan dekat dengan halte bis transjakarta yang ada di jalan tersebut. Museum ini menyimpan ribuan koleksi dari seluruh Indonesia, baik berupa barang-barang etnik/etnografi maupun barang-barang arkeologis. Di antara benda koleksi Museum Nasional berasal dari wilayah Kerinci, Jambi dan bahkan benda menjadi salah satu koleksi masterpiece, loh. Untuk itu, tulisan kali ini akan mengulas lebih jauh mengenai benda-benda koleksi Museum Nasional tersebut. Baca juga: Kain Orang Kerinci Diimp...
Dr. Petrus Voorhoeve di usia senjanya masih semangat meneliti naskah-naskah Nusantara Sekelumit Latar Belakangnya Petrus Voorhoeve lahir di sebuah kota kecil di Belanda, Vlissingen, pada 22 Desember 1899. Ayahnya adalah seorang pendeta terkemuka Gereja Protestan di wilayah itu. Sayangnya, tidak banyak catatan mengenai Piet atau Pieter --nama panggilannya-- ketika ia masih kecil. Setelah menamatkan pendidikan menengah atas di sekolah bahasa, pada 1918 Voorhoeve melanjutkan studinya di Universitas Leiden (University of Leiden). Ia mulanya mengambil program studi Teologi namun kemudian pindah haluan ke program studi Bahasa Indonesia. Di Leiden, Voorhoeve menempuh pendidikan dengan sangat mulus. Ia menamatkan studi sarjananya di tahun 1921. Kemudian ia melanjutkan ke program magister dengan fokus penelitiannya pada orang Aceh dan Linguistik Umum dan tamat pada 1925. Ia meneruskan pendidikannya untuk program Ph.D dengan fokus studi Cerita Rakyat Batak dan menamatkannya pada 1927. Selam...
Bahasa Kerinci (Dialek Hilir) Dalak dusak, ado uha ngan sangak lah miskan tingga dalak umah ngan samo nia dingan bentuk bbaho. Idak nyu sangak biaso, kalu ado nyu dimaka samu-samu. Kalu nyado nyu ditanggoa samu-samu. Barapo ahi inih, bapoknyu balek tenguh mala’ terauh karnu masuk imbo kalua imbo nalok manya. Batu Patah di Daerah Muak, Kerinci Lah takumpo galu-galu manya, mule lah bapoknyu ngehat manya ituh. Ado ngan nek patoh, ado ngan gde, ado ngan panja’, meca lah bentuk. Mulelah bapoknyu ngarangki manya ngan sudeh dikehak ituh jadi lukah. Sengajo nia bapoknyu ngumpo ke manya untuk mna lukah mboh nyu bise nangkak laok dkek aye. Kiru incak lukoh ngan pertamo bapoknyu nyubu muat ituh. Idek ugo bapoknyu ntai muat, terauh-terauh bae bapoknyu nyubu. Ketu ngaat ku bbalek manya-manya ituh, tadengelah suaru anuknyu ngan paling tuo ituh agi betale. Nyu ngasih ku adik nyu tido. “Tido, tido lah kaau A dik, B apok muat lukoh incak” “Tido, tido lah kaau A dik, B apok muat lukoh incak” “Oo A dik ...
Komentar