Sebuah keluarga di Kerinci (Sumber: Tropenmuseum) Pendahuluan Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas dari interaksi dengan sesamanya. Agar interaksi itu berlangsung dengan baik, diperlukan adanya komunikasi termasuk dalam hal menyapa orang lain. Di Indonesia, kata sapaan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini karena masyarakat hidup dalam norma-norma dan tradisi yang masih berlaku hingga kini. Salah menyapa bisa berakibat fatal. Bayangkan saja bila kata sapaan yang seharusnya digunakan untuk perempuan digunakan untuk menyapa seorang laki-laki atau kata sapaan untuk yang lebih muda digunakan untuk menyapa orangtua. Bisa heboh dunia persilatan. Kita akan dicap sebagai orang yang tidak punya sopan santun. Menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud, kata sapaan adalah kata yang digunakan untuk menegur sapa orang yang diajak berbicara (orang kedua) atau menggantikan nama orang ketiga. Dalam Bahasa Indonesia, kata sapaan terbagi lagi...
Jihat Ninek Depati Intan Kemalo Seri, Siulak Mukai (@budayakerinci) Dusun Siulak Mukai Dusun Siulak Mukai adalah perkampungan yang terletak di bagian hulu atau barat laut lembah Kerinci. Dusun ini berada di sisi utara pertemuan Sungai Batang Merao dan Sungai Ayir Mukai. Dilihat dari citra satelit, dusun ini berada di antara dua aliran sungai tersebut, Sungai Batang Merao di sisi Barat dusun dan Sungai Ayir Mukai di sisi Timur. Sekarang ini, Dusun Siulak Mukai telah berkembang menjadi sebuah kecamatan yang bernama Siulak Mukai, Kerinci. Secara adat, dusun Siulak Mukai dihuni oleh kelompok masyarakat adat yang terdiri dari Tigo Luhah, Empat Bungkan dan Enam Kelbu . Kelompok masyarakat yang pertama dinamakan sebagai Luhah Depati Intan. Luhah Depati Intan terbagi pula menjadi dua kelompok yaitu Bungkan Rajo Indah/Jindah dan Bungkan Rajo Pangulu. Dua bungkan terbagi lagi menjadi empat kelebu yaitu Kelebu Anak Jantan, Kelebu Anak Batino Tuo, Kelebu Anak Batino Dalam dan Kelebu Ko...
(Keramik Dinasti Han dari Kerinci) Keramik berasal dari bahasa Inggris yaitu ceramic . Kata tersebut berasal dari bahasa Yunani yaitu ceramos . Artinya, barang pecah belah atau tanah liat yang dibakar. Saat ini, keramik masih terus digunakan manusia untuk berbagai keperluan. Mulai untuk bahan bangunan bahkan alat-alat elektronik dan medis juga menggunakan komponen keramik. Akan tetapi, keramik memiliki sejarah yang sangat panjang. Keramik telah dibuat oleh manusia bahkan sejak masa prasejarah, jauh sebelum mereka mengenal tulisan. Keramik-keramik kuno atau yang dibuat pada masa lampau merupakan benda sekaligus data arkeologi yang sangat penting. Melalui keramik arkeolog bisa berbicara banyak hal, bahkan mengenai interaksi antar benua dan antar bangsa di masa lampau. "Keramik merupakan data sejarah Indonesia kuno sekaligus barang seni yang bermutu", ucap Ekowati Sundari, arkeolog ahli keramik yang kini bekerja di Museum Nasional dalam sebuah acara pelatihan online. Ekowati men...
Gambar 1. Punden di Dusun Hiang Tinggi Sekilas Tentang Tanah Hiang Tanah Hiang atau dalam bahasa Kerinci biasa disebut sebagai Riang adalah permukiman masyarakat adat Kerinci yang berada di sisi Timur Laut Danau Kerinci. Berada di kaki perbukitan yang membentang di sebelah timur Danau Kerinci. Wilayah adat ini dilalui oleh anak sungai yang disebut Sungai Batang Sangkir atau Ayir Hiang. Sungai ini mengalir dari arah tenggara ke barat laut Lembah Kerinci dan bermuara ke Sungai Batang Merao. Arah aliran sungai ini berlawanan dengan arah Sungai Batang Merao yang mengalir dari baratlaut ke tenggara. Oleh sebab itu dalam pepatah masyarakat Kerinci, sungai Batang Sangkir sering disebut sebagai Ayir Riang Bebalik Mudik. Tanah Hiang memiliki topografi yang cukup unik, dengan keberadaan sebuah bukit kecil di tengah-tengah dataran permukiman. Bukit ini tampak terpisah dari jajaran perbukitan besar di sisi timur. Secara geologis, bukit ini lazimdisebut sebagai bukit sisa pensesaran. Buk...
Sejak abad ke-19 M, gairah kehidupan religius di kalangan orang Kerinci sebenarnya semakin meningkat. Apalagi di abad yang sama, kaum ulama sedang gencar-gencarnya mengobarkan semangat untuk menentang kolonialisme Belanda yang telah menganggu banyak negara merdeka, termasuk Jambi. Beberapa bukti naskah turut memperkuat dugaan itu. Pada pertengahan dan akhir abad ke-19, orang-orang Kerinci yang berangkat ke Mekkah semakin meningkat. Mereka tidak sekedar berhaji, tetapi juga mempelajari ilmu agama. Kontak dengan jamaah haji dari wilayah lain terutama dari Aceh telah mengobarkan semangat persatuan untuk menentang penjajahan Belanda di wilayah mereka. Sekembalinya dari berhaji, mereka digelari sebagai ulama oleh orang-orang di daerah asalnya. Hal ini karena mereka memiliki pengetahuan agama yang lebih dari masyarakat awam. Sayangnya, riwayat jamaah haji Kerinci pada abad tersebut tidak banyak diketahui. Kitab-kitab hasil tulisan mereka belum banyak ditemukan dan belum dise...
Pemerintahan Adat Wilayah adat ini berada di sepanjang aliran Sungai Bungkal Pandan yang berhulu di atas perbukitan Dusun Pondok Tinggi dan bermuara di Sungai Batang Merao. Di sepanjang Sungai Bungkal Pandan, terdapat permukiman adat yang terdiri dari lima dusun utama yaitu Dusun Pondok Tinggi, Dusun Sungai Penuh, Dusun Baru, Dusun Empih dan Dusun Bernik. Pada masa selanjutnya, kelima dusun ini membentuk persekutuan adat yang dinamakan sebagai Mendapo Limo Dusun. Saat ini, Mendapo Limo Dusun telah berkembang menjadi tiga kecamatan yaitu Kecamatan Sungai Penuh, Kecamatan Pondok Tinggi dan Kecamatan Sungai Bungkal di Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi. Salah satu dusun di Mendapo Limo Dusun (Sungai Penuh) Baca juga: Menelusuri Nenek Moyang Orang Semurup berdasarkan Tembo Incung Secara adat, wilayah sahulu sahiliran Bungkal Pandan ini dipimpin oleh Tujuh orang Depati, Dua Orang Pemangku dibantu seorang Ngebi dan Sepuluh orang Permenti. Hal ini sebagaimana tertuang dalam pepatah adat: ...
Penobatan Depati dan Ninek Mamak dalam Luhah Depati Singado Siulak Mukai Tengah Siulak Sebelum Menjadi Tanah Sekudung Menurut legenda, sebelum dikenal sebagai Siulak, wilayah ini bernama Renah Punti Alo ketika dihuni oleh leluhur bernama Sutan Kalimbuk. Setelah itu, ketika kedatangan ninek Mangkudum Semat wilayah ini dinamakan sebagai Rantau Kabun-Kabun. Selanjutnya ketika Pangeran Temenggung Kabul di Bukit pertamakali tiba di Kerinci, Siulak dinamakan sebagai Talang Jauh, karena wilayah yang terletak paling jauh dari pandangannya ketika sampai di Tanjung Kerbau Jatuh. Setelah itu, ketika kedatangan rombongan leluhur yang disebut Temenggung Tigo Saudaro, Siulak dinamakan sebagai Dusun Padang Jambu Alo. Penamaan Sulak terjadi saat berdirinya federasi adat yang dikepalai persekutuan delapan depati yang disebut Salapan Helai Kain. Siulak dan Semurup saat itu berada dalam satu wilayah adat yang disebut sebagai Tanah Kepala Persembah yang dikepalai oleh Depati Retno Intan Kepalo Sembah...
Beberapa benda dari Kerinci yang menjadi koleksi Museum Nasional Jakarta. Dok. boedayakerinci.blogspot.com Jikalau sanak sudaro pernah berkunjung ke Monas (Monumen Nasional) di Jakarta, jangan lupa untuk berkunjung juga ke Museum Nasional atau yang dikenal pula sebagai Museum Gajah. Sekalian melihat-lihat koleksi museum tersebut yang di antaranya juga berasal dari Kerinci. Museum Nasional posisinya di jalan Merdeka Barat no.12. Tepatnya, berada di jalan sisi kiri Monas bila masuk dari gerbang utama dan dekat dengan halte bis transjakarta yang ada di jalan tersebut. Museum ini menyimpan ribuan koleksi dari seluruh Indonesia, baik berupa barang-barang etnik/etnografi maupun barang-barang arkeologis. Di antara benda koleksi Museum Nasional berasal dari wilayah Kerinci, Jambi dan bahkan benda menjadi salah satu koleksi masterpiece, loh. Untuk itu, tulisan kali ini akan mengulas lebih jauh mengenai benda-benda koleksi Museum Nasional tersebut. Baca juga: Kain Orang Kerinci Diimp...
Komentar