Ādityawarman, Legitimasi Kekuasaan, dan Misteri Tentangnya
Prasasti-prasasti tinggalan Adityawarman di Pagaruyung
Sosok raja Melayu yang berkuasa sekitar 700 tahun yang lalu ini, telah meninggalkan legasi sekitar 13 prasasti dan membangkitkan diskusi hangat di kalangan pemerhati sejarah Melayu. Berbeda dengan penguasa negara pendahulunya, Sriwijaya, yang mengancam para Datu di bawahnya, Ādityawarman tidak pernah mengancam penduduk dan penguasa bawahannya. Paling tidak itulah yang dijumpai pada enam prasasti yang dikeluarkannya.
Akan tetapi, sebaliknya, prasasti-prasasti tersebut menuliskan pujian-pujian terhadap diri Ādityawarman (rājapūja) sendiri. Bahkan, ia menyetarakan dirinya dengan para Dewa, seperti dengan Dewa Indra, Adibuddha, dan śrīlokeśwara. Hal semacam itu ditulis oleh Ādityawarman sebagai upaya melegitimasi atau mengesahkan kekuasaannya di kalangan penduduk Melayu. Ia berupaya membangun karisma sebagai raja yang maha berani, maha adil, maha melindungi, maha pandai, maha kuat, dan maha bijak sebagaimana mitos-mitos para dewa tersebut. Pendekatan semacam ini jauh sekali berbeda dengan penguasa Sriwijaya. Apakah ini kultur Singasari-Majapahit yang dibawa ke Melayu atau memang kebijakan politis yang dipilih Adityawarman? Tentu jawaban ini perlu dicari di masa mendatang.
Hal misteri lain yang membayangi sosok Ādityawarman, adalah perihal pemindahan pusat kekuasaannya dari Dharmasraya ke Surawasa-Pagaruyung. Teori yang dikemukakan terkait pemindahan ini adalah untuk menghindari serangan “Majapahit” atau untuk mencari sumber tambang emas baru (motif ekonomi dan politik). Padahal jika niatnya sekedar untuk menghindari Majapahit dan mencari sumber emas baru tidak harus ke Pagaruyung. Sepanjang DAS Batang Sangir yang merupakan hulu Batanghari, juga potensial untuk menghindar dan mencari sumber emas baru. Bahkan paling praktis untuk dilalui. Apakah tidak ada motif lain disebalik itu, misalnya motif ideologi berdasarkan ajaran-ajaran tantris yang dia anut? Pertanyaan ini pernah saya ajukan pada salah satu forum ilmiah yang lalu.
Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin terjawab oleh peneliti-peneliti mendatang. Sebagaimana yang dilakukan oleh mahasiswa saya yang telah berhasil menafsirkan legitimasi karismatiknya Adityawarman di Kerajaan Melayu.
Bacaan selengkapnya bisa diunduh di sini:
Sumber foto: KITLV-pictura
Tulisan diposting oleh Hafiful Hadi Sunliensyar: melalui laman facebook https://web.facebook.com/share/p/14sM5JpKfsA/ pada 27 Desember 2024
Komentar