Sejarah Negeri Jambi (Ikhtisar Sejarah Negeri Melayu Jambi)



I. Kerajaan Melayu dan Ekspedisi Pamalayu

Kerajaan melayu mulai dikenal dan tercantum didalam sejarah tiongkok  pada tahun 644 M, karena pada tahun tersebut malayu mengirimkan utusannya sambil membawa hasil buminya ke negeri cina . kerajaan ini pernah ditaklukan oleh kerajaan sriwijaya pada tahun 700 m. setelah sriwijaya mengalami masa kemundurannya pada sekitar abad ke 12 , kerajaan melayu mulai bangkit kembali ( pada tahun 1178 m malayu diperintah oleh seorang raja bernama  Srimat Trailokiaraja Maulibusana Warmadewa dengan tun telanai sebagai maha senopatinya).


Gambar 1 relief kapal di Candi Borobudur


Belum begitu lama mengalami kebangkitannya setelah kemunduran Sriwijaya, kerajaan Singasari pada saat itu diperintah oleh prabu kartanegara memerintah dari tahun 1268 M sampai 1292 M , menyerang kerajaan malayu pada tahun 1275 M serta menjadikannya sebagai bagian dari daerah nusantara dari tahun  1275 M sampai 1249 M(andon maring malayu ( serang Kerajaan Melayu ). Perintah Kartanegara tatkala memberangkatkan pasukannya di pelabuhan Tuban). Penaklukan kerajaan Melayu oleh Singasari ini dilaksanakan dalam satu ekspedisi yang dikenal dengan ekspedisi Pamalayu  dipimpin oleh kebo anabrang. Raja ini sangat terkenal dengan politik ekspansinya menaklukan Jawa tengah dan bali pada tahun 1284 M.

Setelah berhasil menaklukan Kerajaan Malayu, ekspedisi ini kembali ke Jawa sekitar tahun 1294 m sementara Prabu Kartanegara telah tewas sewaktu pemberontakan oleh Jayakatwang adipati Kediri pada tahun 1292 m. setelah wafatnya Prabu Kartanegara , Singasari berada dibawah kekuasaan Jaya Katwang, dengan demikian hilanglah nama kerajaan Singasari.

Melalui beberapa peristiwa dan upaya yang dilakukan oleh raden wijaya , kemenakan dan menantu Prabu Kartanegara, sebagai pengganti kerajaan singasari berdirilah kerajaan majapahit tepatnya berdiri sekitar  1294 M yang kemudian berhasil pula menaklukan Jayaktwang. Raden wijaya adalah pendiri dan raja pertama kerajaan majapahit dari tahun 1294 M sampai 1309 M dengan nama Kerthajasa Jayawardhana.

Ekspedisi Pamalayu yang telah kembali saat berdirinya kerajaan majapahit, kembali dengan keberhasilan menaklukan malayu dan membaewa pula dua orang puteri malayu bernama dara petak dan dara jingga ( menurut buku Pararaton) kedua puteri malayu tersebut diperistri oleh raja dan seorang pembesar kerajaan majapahit . dari kedua puteri inilah lahir pemimpin dan pembesar kenamaan yaitu Jayanegara dan Adityawarman.

II. Jaya Negara dan Adityawarman

Dara petak  diperistri oleh Raden Wijaya dan setelah menjadi istri raden wijaya diberi nama Inderaswari. Dari perkawinan mereka lahirlah putra yang diberi nama kalagemet nama kecil Prabu Jayanegara yang selanjutnya menggantikan Raden Wijaya sebagai raja Kedua Majapahit.

Pada masa Jayanegara untuk pertama kalinya pulau jawa didatangi oleh bangsa barat. Tercatat pada tahun 1321 M , Odorico de Pardenone seorang paderi berkebangsaan portugis mendarat ditanah jawa. Pada tahun 1323 M ia diberi gelar Sri Sundapamdewadiswara. Prabu Jayanegara wafat pada tahun 1328 M , abunyab ditempatkan di Syila Petak dan Bubat dalam wujud wisnu dan di sukalila dalam wujud Amoghasidi.

Sedangkan Dara Jingga diperistri oleh seorang pembesar kerajaan Majapahit bernama Adwayawarman. Setelah diperistri adwayawarman dan dalam keadaan hamil Dara Jingga kembali ke Malayu ( Jambi) dan melahirkan seorang anak bernama Adityawarman yang nama kecilnya Ajimantrolot.

Kemudian Adityawarman dibesarkan dan dididik dalam keraton Majapahit. Pada tahun 1325 M Adityawarma diutus ke China sebagai duta kerajaaan majapahit pada waktu itu diperintah prabu jayanegara dan pada tahun 1333 M kembali diutus kesana di zaman Ratu Tribuanatunggadewi. Pada tahun 1334 M, Adityawarman memangku jabatan yang tinggi di keraton Majapahit, disebut dengan Werdhamantri dengan gelar Arya Dewa Raja Pu Aditya. 

Adityawarman juga dikenal sebagai panglima perang Sadeng. Selanjutnya pada tahun 1347 M, Adityawarman berada di Malayu daerah asal ibundanya, menggantikan Raja Maulimarwadewa (Srimat Tribuana Raja Mauliwarmadewa yang memerintah kerajaan Malayu 1286-1347 M).  Adityawarman dinobatkan sebagai Maharaja Diraja bukan saja untuk kerajaan Melayu di Jambi juga berlaku untuk seluruh Sumatera kedudukannya saat itu dinamakan dengan Raja Swarnabhumi. 

Prasasti-prasasti Adityawarman kebanyakan dapat ditemukan  di daerah Sumatera Barat tepatnya  di Sungai Langsat dan rambahan. Daerah inilah yang dituju Adityawarman sebagai sasaran perluasaan sayap kerajaannya ke barat dan kemudian dijadikannya sebagai inti kerajaan melayu. Adityawarman memilih tempat ini karena dengan perhitungan letaknya yang strategis untuk perdagangan disini juga terdapat jalan menuju Palembang, Jambi dan Riau.




Gambar 2 : Candi Muaro Jambi


Selainuntuk menguasai perdagangan tersebut perluasan ke daerah barat, hal ini juga dimaksudkan agar Adityawarman dapat melaksanakan tugas yang diberikan oleh Majapahit untuk mencegah usaha raja raja di Sumatera yang hendak menghidupkan lagi  kekuasaan Kerajaan Sriwijaya.meskipun demikian Adityawarman tetap menyatakan dirinya sebagai  raja kerajaan Malayu dan Werdamantri keraton Majapahit dengan memakai gelar Udaya Dityawarman atau Adityawarmadaya Pratapa Parakra Marajendra Maulimarwadewa. Perluasaan daerah kerajaan Malayu ke barat selanjutnya dijadikan sebagai inti kerajaan Malayu, dengan mendirikan kerajaan pagarruyung pada tahun 1349. Adityawarman lansung menjadi raja kerajaan itu yang pertama, sedangkan kerajaan malayu adalah merupakan cikal bakal kerajaan pagaruyung.


III. Puti Selaro Pinang Masak dan Kerajaan Jambi

Setelah Adityawarman wafat  ia digantikan oleh puteranya yang bernama Maharaja Mauli (Ananggawarman). Kerajaan Pagaruyung di bawah pimpinan Ananggawarman berusaha untuk melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit. Maka akibatnya terjadi peperangan antara pagaruyung dengan majapahit  (dari perang ini pula cikal bakal istilah Minangkabau berawal). Pertempuran maha dahsyat yang memakan banyak korban jiwa ini terjadi di Padang Sibusuk pada tahun 1409 M yang membawa akibat fatal bagi kerajaan Pagaruyung. Nagari nagari mulai memisahkan diri dan berotonomi penuh, islampun  mulai menyebar di Minangkabau.

Kemungkinan besar permulaan abad 15 M inilah salah seorang keturunan Adityawarman bernama Puti Selaro Pinang Masak yang berada di Pagaruyung Kembali ke daerah asalnya di Jambi. Menurut  A. Wahab Madjid  setelah pemerintahan Ananggawarman sebagai Raja Terakhir yang menduduki tahta  kerajaan di Pagaruyung selaku penerus kerajaan Malayu. Maka kerajaan Malayu pecah menjadi dua bagian. Bagian pertama disebut Luhak nan Bapanghulu pulang ke Minangkabau. Bagian kedua  disebut Alam nan Berajo kembali ke Kerajaan Jambi.  

Menurut kisahnya, kepulangan puteri ini ke Malayu dengan menelusuri Sungai Batanghari sembari melepaskan sepasang angsa putih (kemudian dikenal dengan sebutan Angso Duo). Tempat di mana puteri ini melepaskan angsa tersebut tidak ada keterangan pasti, diduga dilepaskan dari Siguntur, dengan pertimbangan bahwa di sana--di tepi bagian hulu sungai Batanghari--terdapat bekas-bekas candi. Lagi pula Siguntur letaknya tidak jauh dari Sungai Langsat daerah ditemukannya prasasti-prasasti dan patung-patung peninggalan Adityawarman sebagaimana diterangkan.

Setelah melepas angsa tersebut , puteri lantas berlayar menghiliri sungai Batanghari dengan niat dimana angsa itu mendarat disana dia akan membangun istananya. Angsa tersebut menurut kisahnya mendarat di sekitar mes korem garuda putih Masjid Agung Alfalah itulah sebabnya tempat tersebut disebut  Tanah Pilih, tempat raja raja kerajaan Jambi mendirikan istananya.


Gambar 3. Masjid Alfalah, Jambi
 


Ketika Puti Selaro Pinang Masak sampai di Tanah Malayu, Raja Malayu saat itu adalah Tan Talani memerintah tahun 1400-1460 berkedudukan di Muaro Jambi. Tan Talani bukan Tun Talanai sebagaimana yang banya praduga orang. Tun Talanai adalah Maha Senopati Kerajaan malayu, pada zaman Raja Srimat Tribuana Warmadewa dan Tun Talanai pula lah yang membuat patung Buddha kini disimpan di Bangkok. Patung tersebut di temukan di djaija sebelah utara semenanjung Malaya pada tahun 1183 M.

Setelah tan talani wafat ia digantikan oleh Puti Selaro Pinang Masak memerintah tahun 1460 - 1480 M dan berkedudukan di Ujung Jabung. Setalah menjadi raja Kerajaan Jambi, Puti Selaro Pinang Masak menikah dengan Ahmad Barus II yang lebih dikenal dengan nama Datuk Paduko Berhalo.

Ahmad Barus II keturunan yang ke tujuh dari Sayyidina Zainal Abidin  bin husein putra saidatina Fatimah Binti Muhammad Rasulullah dia dipanggil Datuk Paduka Berhalo karena dialah yang memusnahkan berhala berhala yang di puja rakyat jambi di Pulau Berhala sebagaimana menurut Ngebih Sutodilogo 1 rabiul akhir 1317 H hal. 276. Menurut prof. M. O bafadhal setelah menikah dengan puti selaro pinang masak ia berganti nama menjadi Ahmad Salim.

Dari perkawinan tersebut mereka di anugerahi  seorang puteri yaitu Rangkayo Gemuk dan tiga orang putera  yang masing masing menjadi Raja Raja jambi yaitu: 
1.Rangkayo Pingai (1480-1490) 
2.Rangkayo Kedataran ( 1490 – 1500) 
3.Rangkayo Hitam ( 1500 – 1515)
Rangkayo Hitam mempunyai banyak Istri salah satu nya adalah  Puti Mayang Mangurai anak Temenggung Merah mato dari Muaro Tembesi. konon istri beliau ada pula di Kerinci, Mataram dan Indrapura .
      
         
 Gambar 4. Makam Rangkayo Hitam di Tanjung Jabung

        Pemerintahan Kerajaan Jambi diteruskan oleh keturunannya yang menggunakan gelar Panembahan yaitu: 
        1.Pangeran Hilang di air disebut Penembahan Rantau Kapas (1515- 1540)
        2.Penembahan Rengas Pandak ( 1540 – 1565)
        3.Penembahan Bawah sawo ( 1565 – 1590 ) 
        4.Penembahan Kota Baru namun karena masih kecil  diganti oleh patihnya bernama Kiyahi     Mas Patih ( 1590 – 1615 )

      IV. Kesultanan Jambi
Sejak tahun 1615 sampai 1904 Kerajaan Jambi berubah menjadi bentuk Kesultanan Jambi dengan  Sultan pada Kurun Waktu tersebut adalah:





1. Pangeran Kedak gelar Sultan Abdul Kahar (1615 –1643)

Pada masa pemerintahannya , tepatnya 1615 berlabuh dua buah kapal dagang Belanda (wapen’s van Amsterdam dan Middelburg) yang dipimpin Abraham Strek dengan maksud mendapatkan izin mendirikan Loji Dagang. Loji dagang tsb baru berdiri tahun 1616 namun ditutup paksa oleh rakyat jambi tujuh tahun kemudian.  Pada tahun 1636, belanda datang lagi mendirikan kantor dagang. Di jawa, belanda mendapat perlawanan dari Sultan Agung Mataram. Dalam situasi tersebut Sultan Abdul Kahar memihak dan membantu Sultan Agung. Hendrik van Gent pembesar VOC mengusulkan kepada Gubernur Jenderalnya di Batavia supaya melakukan perang dengan kesultanan Jambi namun ditolak.

2. Pangeran Dipati Anom gelar Sultan Agung Abdul Djalil (1643 – 1665)

Pada masa pemerintahannya di buat kontrak dagang pertama antara Kerajaan Jambi dan VOC. Di zaman ini pula Kesultanan Jambi mulai menguasai wilayah pamuncak nan tigo Kaum di Wilayah Kerinci Rendah dan berhasil membujuk Depati Bertujuh  serta Depati Empat, Delapan Helai Kain untuk bersekutu dengan Kesultanan Jambi.

3. Dipati Penulis  Sultan Abdul Muhyi gelar Sultan Sri Anum Suria Ingologo  ( 1665 – 1690 )

Pada tahun 1665 terjadi ketegangan hubungan Jambi dan Belanda  yang menimbulkan permusuhan . pada tahun 1690, kepala kantor VOC Syabrandelt Swart dibunuh di desa gedung terbakar  oleh pasukan Sultan. Dengan segala tipu muslihatnya, belanda mengundang Sultan Sri Anum Suria Ingologo ke Muaro Kumpeh lalu di tangkap dan dibawa ke Batavia untuk dibuang ke pulau banda. Pada lima dasawarsa kemudian sejak 1690 – 1740 pemerintahan kesultanan Jambi di pengaruhi dan di campuri oleh Belanda sehingga ketika itu di Jambi mempunyai dua Sultan yaitu Pangeran Candra Negara dan Pangeran Ratu Raden Culip.

4. Raden Candra Negara atau Pangeran Dipati gelar Sultan Raja Kiyahi Gede tahun 1690 – 1696

Pangeran Dipati merupakan sultan yang diangkat oleh Belanda dan berkedudukan di tanah Pilih jambi. Pangeran Ratu Radin Culip dan pangeran Kiyahi Singo Pati tidak senang terhadap sikap Raden Candra Negara yang amat lemah terhadap belanda . mereka lalu mengundurkan diri ke pedalaman Jambi dan mendirikan ibukota Kesultanan Jambi di Mangunjayo ( Muaro Tebo).

5. Pangeran Ratu Raden Culip/Khulid gelar Sultan Sri Maharaja Batu  1690 – 1721

Pangeran Ratu Raden Culip merupakan sultan yang tidak diangkat oleh belanda dan berkedudukan di Muaro tebo. Dalam menjalankan roda pemerintahan dia dibantu oleh Kiyahi Singo pati. Beliau menguasai Sembilan Lareh Puncak Palembang yaitu Bengkulu, Palembang, Tebing Tinggi, Limun, Batang Asai, Rejang, Ulu Musi, Lahat, sebelat. Pada tahun 1696 hubungan kesultanan Jambi dengan belanda dalam permusuhan dan raden candra Negara gelar sultan Kiyahi Gde tidak dapat berbuat apa apa sesudah Sultan Kiyai Gde meninggal ia da digantikan anaknya Sultan Muhammad Syah.

Gambar 5.Keraton Kesultanan Jambi di Kampung Tengah Muara Tembesi

6. Sultan Muhammad Syah  1696- 1740
Kemudian hubungan belanda dan Jambi membaik pada tahun 1707 belanda di izinkan Sultan Muhammad Syah mendirikan Kantor dan benteng  di Muara Kumpeh Hilir. Dengan maksud memperkuat kesultanan Jambi , Sultan sri Maharaja Batu dari mangunjayo kembali ke jambi dan berhasil menggantikan Sultan Muhammad Syah dan bergelar Sultan Suto Ingologo. Pengangkatan Sultan Suto dilogo tidak disenangi Belanda  dengan berabagi tipu muslihat Sultan suto Ingologo di tangkap dan diasingkan di Batavia sebagai gantinya Kembali Sultan Muhammad Syah sebagai sultan Jambi.

7. Sultan Istera/Astra Ingologo 1740 – 1770

Setelah Sultan Muhammad Syah wafat dia digantikan oleh Sultan Istera Ingologo dari garis keturunan Mangunjayo. Pergolakan melawan belanda menjadi lebih meningkat lagi dibawah pergolakannya yang bersifat tegas terhadap belanda. Dia bertindak demikian itu terhadap belanda pada tahun 1742, karena dia teringat bahwa ayahnya Raden Culip ditangkap dan diasingkan Belanda ke Batavia karena mengambil alih kekuasaan dari Sultan Mhd.syah. dia mampu mengusir orang orang Belanda. Sejak tahun 1740 – 1858, pemerintahan kesultanan jambi  kembali dijabat oleh satu orang sultan. 

8. Sultan Ahmad Zainuddin gelar Sultan Anom Sri Ingologo  1770 – 1790

Di masa pemerintahannya, sultan ini berhasil menengahi konflik antar kampung di Kerinci dan wilayah adat lainnya di pedalaman Jambi. Bahkan di akhir pemerintahannya beliau memutuskan hubungan dengan VOC dan mereformasi pemerintahan kerajaan dengan memasukkan kaum ulam sebagai unsur yudikatif dalam pemerintahan.

10. Sultan Mas’ud Badarudin gelar Sultan Ratu Sri Ingologo 1790 – 1812

Sultan ini tercatat mengeluarkan piagam dusun Kumun dan dusun Cupak di Kerinci. 

11. Raden Denting Sultan Muhammad Mahiddin gelar Sultan Agung Sri Ingalago 1812 – 1833

Ketika Kesultanan Palembang Darussalam Sultan Mahmud Badaruddin Berperang dengan belanda tahun 1819 – 1821. Sultan Jambi saat itu, Sultan Agung sri Ingalago mengirim bantuan tentara pilihan yang dipimpin oleh Pangeran ratu

12. Sultan Muhammad Fachrudin gelar Sultan Keramat 1833 – 1841

Tahun 1833 pantai timur kesultanan jambi diduduki oleh bajak laut yang berpusat di muara sungai Batanghari. Bajak bajak laut itu diusir oleh angkatan laut belanda, namun demikian belanda belum dapat membujuk sultan untuk mendapatkan konsesinya yang telah dibatalkan oleh sultan Sri Ingalogo. Sultan Muhammad Fahrudin menyerang Belanda di Rawas Palembang, dia terkepung oleh pasukan belanda dibawah pimpinan Letnan Kolonel Michiels yang memaksanya menandatangani perjanjian Korte Verkelaring pada tanggal  4 November 1833 di Sungai Baung;

1.       Kesultanan Jambi dilindungi dan dikuasai oleh kerajaan Belanda
2.       Kerajaan belanda berhak membuat pertahanan dalam daerah jambi bila perlu.
Pada tahun itu juga muara kumpeh diduduki belanda. Perjanjian itu di senpurnakan oleh resident Palembang proetorius dalam bentuk traktat pada tanggal 15 november 1834, bahwa kesultanan Jambi termasuk wilayah Nederlansch Indie, berikut lampirannya ;
Pemerintah belanda memungut cukai dari segala pemasukan dan pengeluaran barang
Pemerintah belanda berhak me monopoli dalam penjualan garam
Pemerintah belanda tidak memungut lain cukai
Pemerintah belanda tidak akan turut ikut campur dalam urusan tata Negara dalam negeri dan tidak akan menganggu adat istiadat dalam negeri
Kepada sultan dan pangeran ratu diberikan uang tahunan sebesar f. 8000
Perjanjian tersebut disahkan perlemen belanda pada tanggal 21 april 1835. Perjanjian ini ditandatangani oleh sultan Muhammad Fahrudin, pembesar Kesultanan dan Keluarga Istana.

Gambar 6. Penyerahan kedaulatan Jambi ke pihak Belanda


13. Sultan Abdurrahman Nazaruddin 1841 – 1855

14. Ratu Djayaningrat gelar Sultan Thaha Syaifuddin 1855- 1904

Sultan Thaha tidak bersedia menandatangani perjanjian dengan belanda, dan tidak mengakui kedaulatan pemerintahan nederlandsch Indie di jambi, setelah Sultan Thaha meninggalkan tanah Pilih mundur ke Muara Tembesi akibat serangan Belanda. Sultan Thaha merupakan Sultan yang paling gigih melawan belanda. bahkan beliau pernah bersumpah tidak akan diterima amalnya selama 40 hari bila bertemu dengan belanda. beliau terkenal denga kalimat Eso Ilang duo tebilang. namun beliau gugur sebagai Syahid  pada Tahun 1904 di Betung Berdarah Muaro Tebo.


Gambar 8 : YM Sultan Thaha Syaifuddin



Gambar 9 : Sultan Thaha dan Prajuritnya




Karena mundurnya sultan Thaha ke muara Tembesi sebagai akibat tindakannya menetang pemerintahan belanda , di tanah pilih belanda mengangkat Sultan2 bonekanya yaitu :

1.       Penembahan Prabu disebut juga Sultan Bayang dengan Gelar Sultan Ahmad Nazaruddin (1858 – 1881 )

Sultan ini dilantik belanda tanggal 12 November 1858. Dia bersedia membuat perjanjian dengan belanda yang berisi:
  • Kerajaan Jambi bagian dari Kerajaan Belanda
  • Negeri Jambi adalah pinjaman yang harus tunduk dam setia kepada pemerintahan Belanda
  • Bea cukai menjadi milik pemerintah Belanda
  • Sultan dan pangeran ratu diberikan uang tahunan sebesar f. 10000 dan diperbesar jika cukai bertambah
  • Ketentuan2 yang dalam surat 15 desember 1834 masih berlaku
  • Apabila perlu maka sultan dan pangeran ratu harus mengirimkan utusannya untuk menghormati Gubernur Jendral di Batavia
  • Batas negeri Jambi akan ditetapkan oleh pemerintah Belanda dalam piagam lain.   


Gambar 10 : Sultan Ahmad Nazaruddin


2.       Pangeran Surya gelar Sultan Mahiluddin 1881- 1886

3.       Pangeran ratu gelar sultan Ratu Ahmad Zainuddin 1886 -1899

        Sultan ini tidak begitu mematuhi perjanjian dengan belanda karenanya dia dibebastugaskan oleh belanda. Setelah Sultan ratu Ahmad Zainuddin dibebaskan dari jabatannya pada bulan desember 1899 pemerintah belanda melalui perundingan mengalam I kegagalan mendapatkan pengganti raja, sehingga tahun 1901 pemerintah jambi diambil alih oleh Nederlandsch indie dan diserahkan kepada resident Palembang. Dengan demikina jabatan sultan yang diangkat belanda menjadi kosong, tetapi pangeran ratu masih menjalankan tugasnya dengan gelar raja muda dan sampai akhirnya ia ditangkap belanda tahun1906, Karena sebelumnya pernah terlibat pemberontakan terhadap belanda. Sedangkan pemerintahan yang tidak diangkat oleh belanda adalah tetap sultan thaha Saifuddin dari tahun 1855 sampai beliau mangkat april 1904 M.
Gambar 11 : Perjanjian Kesultanan Jambi Kolonial belanda
 


Gambar 12 : Pegawai Belanda
 
Sumber tunggal tulisan ini adalah buku: Ikhtisar Sejarah Sepucuk Jambi Sembilan Lurah karya  Usman Meng tahun 1994



Komentar

Pentjari Djedjak mengatakan…
mohon komentar nya
Anonim mengatakan…
After sultan Ratu Ahmad Zainuddin who is next Sultan?
Was he the last Sultan of Jambi?
Pentjari Djedjak mengatakan…
The last of Sultan Jambi is Sultan Thaha Syaifuddin, He get legitimation from Jambi People but not from Netherlands-Indische Government. He died in 1904 after killed by Netherlands-Indische Shoulders, after that the Kesultanan Jambi had been remove by Netherlands-Indische.
Unknown mengatakan…
Raja yang terkenal dan masa kejayaannya berada pada raja siapa?
Pentjari Djedjak mengatakan…
Menurut tulisan Andaya, Kesultanan Jambi berada pada puncak kejayaan semasa pemerintahan Sultan Agung atau disebut juga dengan Sultan Abdul Jalil. Saat itu, Kesultanan Jambi sukses memonopoli perdagangan lada di sepanjang Sungai Batanghari dan menjalin hubungan dagang dengan VOC. Jambi juga berhasil menaklukan Johor melalui peperangan.
Akau Tren mengatakan…
Mana yg benar DATUK PADUKO BERHALO atau DATUK MANDUKO BERHALO,karena menurut yang ditutur oleh (alm) Datuk Lambun mantan Pasirah Serampas tahun 1970 waktu saya survey kesana . Dipanggil dan disebut MANDUKO adalah membasmi dan memotong kepala patung atau berhala sepanjang sungai Batang hari dan kepala berhala tersebut dibuang kelaut ( selat berhala ). Kalau dikaji istilah bahasa arti PADUKO adalah Yang Muliya apakah tepat beliau disebut Datuk Yang Muliya Berhala, lain halnya kalau Datuk MANDUKO BERHALO berarti Datuk yg memenggal kepala berhala

Postingan populer dari blog ini

Mengenang Petrus Voorhoeve, Penemu Awal Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah dan Penyusun Tambo Kerintji

Mengenal Sapaan dan Istilah Kekerabatan dalam Masyarakat Kerinci

Dari manakah Asal Usul Penduduk Dusun Siulak Mukai? Menelusuri Sejarah dan Struktur Pemerintah Adat Masyarakat Siulak Mukai

Sejarah Wilayah Tigo Luhah Tanah Sekudung, Siulak di Kerinci

Legenda Batu Patah: Cerita Rakyat dari Danau Kerinci

Keramik Cina Tertua yang Ditemukan di Indonesia Berasal dari Kerinci

Tabuh: Beduk Kuno Raksasa dari Bumi Kerinci

Menelusuri Nenek Moyang Orang Semurup berdasarkan Tembo Incung