Sejarah Negeri Jambi (Ikhtisar Sejarah Negeri Melayu Jambi)
I. Kerajaan Melayu dan Ekspedisi Pamalayu
Kerajaan melayu mulai dikenal dan tercantum didalam sejarah
tiongkok pada tahun 644 M, karena pada
tahun tersebut malayu mengirimkan utusannya sambil membawa hasil buminya ke
negeri cina . kerajaan ini pernah ditaklukan oleh kerajaan sriwijaya pada tahun
700 m. setelah sriwijaya mengalami masa kemundurannya pada sekitar abad ke 12 ,
kerajaan melayu mulai bangkit kembali ( pada tahun 1178 m malayu diperintah
oleh seorang raja bernama Srimat Trailokiaraja Maulibusana Warmadewa dengan tun telanai sebagai maha
senopatinya).
Gambar 1 relief kapal di Candi Borobudur |
Belum begitu lama mengalami kebangkitannya setelah
kemunduran Sriwijaya, kerajaan Singasari pada saat itu diperintah oleh prabu
kartanegara memerintah dari tahun 1268 M sampai 1292 M , menyerang kerajaan
malayu pada tahun 1275 M serta menjadikannya sebagai bagian dari daerah
nusantara dari tahun 1275 M sampai 1249 M(andon maring malayu ( serang Kerajaan Melayu ). Perintah Kartanegara tatkala
memberangkatkan pasukannya di pelabuhan Tuban). Penaklukan kerajaan Melayu oleh Singasari ini dilaksanakan dalam satu ekspedisi yang dikenal dengan ekspedisi Pamalayu dipimpin oleh kebo anabrang.
Raja ini sangat terkenal dengan politik ekspansinya menaklukan Jawa tengah dan
bali pada tahun 1284 M.
Setelah berhasil menaklukan Kerajaan Malayu, ekspedisi ini
kembali ke Jawa sekitar tahun 1294 m sementara Prabu Kartanegara telah tewas
sewaktu pemberontakan oleh Jayakatwang adipati Kediri pada tahun 1292 m.
setelah wafatnya Prabu Kartanegara , Singasari berada dibawah kekuasaan Jaya Katwang, dengan demikian hilanglah nama kerajaan Singasari.
Melalui beberapa peristiwa dan upaya yang dilakukan oleh
raden wijaya , kemenakan dan menantu Prabu Kartanegara, sebagai pengganti
kerajaan singasari berdirilah kerajaan majapahit tepatnya berdiri sekitar 1294 M yang kemudian berhasil pula menaklukan Jayaktwang. Raden wijaya adalah pendiri dan raja pertama kerajaan majapahit
dari tahun 1294 M sampai 1309 M dengan nama Kerthajasa Jayawardhana.
Ekspedisi Pamalayu yang telah kembali saat berdirinya
kerajaan majapahit, kembali dengan keberhasilan menaklukan malayu dan membaewa
pula dua orang puteri malayu bernama dara petak dan dara jingga ( menurut buku Pararaton) kedua puteri malayu tersebut diperistri oleh raja dan seorang
pembesar kerajaan majapahit . dari kedua puteri inilah lahir pemimpin dan
pembesar kenamaan yaitu Jayanegara dan Adityawarman.
II. Jaya Negara dan Adityawarman
Dara petak diperistri
oleh Raden Wijaya dan setelah menjadi istri raden wijaya diberi nama Inderaswari.
Dari perkawinan mereka lahirlah putra yang diberi nama kalagemet nama kecil Prabu Jayanegara yang selanjutnya menggantikan Raden Wijaya sebagai raja Kedua Majapahit.
Pada masa Jayanegara untuk pertama kalinya pulau jawa
didatangi oleh bangsa barat. Tercatat pada tahun 1321 M , Odorico de Pardenone
seorang paderi berkebangsaan portugis mendarat ditanah jawa. Pada tahun 1323 M
ia diberi gelar Sri Sundapamdewadiswara. Prabu Jayanegara wafat pada tahun 1328
M , abunyab ditempatkan di Syila Petak dan Bubat dalam wujud wisnu dan di
sukalila dalam wujud Amoghasidi.
Sedangkan Dara Jingga diperistri oleh seorang pembesar
kerajaan Majapahit bernama Adwayawarman. Setelah diperistri adwayawarman dan
dalam keadaan hamil Dara Jingga kembali ke Malayu ( Jambi) dan melahirkan
seorang anak bernama Adityawarman yang nama kecilnya Ajimantrolot.
Kemudian Adityawarman dibesarkan dan dididik dalam keraton Majapahit. Pada tahun 1325 M Adityawarma diutus ke China sebagai duta
kerajaaan majapahit pada waktu itu diperintah prabu jayanegara dan pada
tahun 1333 M kembali diutus kesana di zaman Ratu Tribuanatunggadewi. Pada tahun
1334 M, Adityawarman memangku jabatan yang tinggi di keraton Majapahit, disebut
dengan Werdhamantri dengan gelar Arya Dewa Raja Pu Aditya.
Adityawarman juga
dikenal sebagai panglima perang Sadeng. Selanjutnya pada tahun 1347 M, Adityawarman berada di Malayu daerah asal ibundanya, menggantikan Raja
Maulimarwadewa (Srimat Tribuana Raja Mauliwarmadewa yang memerintah kerajaan
Malayu 1286-1347 M). Adityawarman dinobatkan
sebagai Maharaja Diraja bukan saja untuk kerajaan Melayu di Jambi juga berlaku
untuk seluruh Sumatera kedudukannya saat itu dinamakan dengan Raja Swarnabhumi.
Prasasti-prasasti Adityawarman kebanyakan dapat ditemukan di daerah Sumatera Barat tepatnya di Sungai Langsat dan rambahan. Daerah inilah
yang dituju Adityawarman sebagai sasaran perluasaan sayap kerajaannya ke barat
dan kemudian dijadikannya sebagai inti kerajaan melayu. Adityawarman memilih
tempat ini karena dengan perhitungan letaknya yang strategis untuk perdagangan
disini juga terdapat jalan menuju Palembang, Jambi dan Riau.
Gambar 2 : Candi Muaro Jambi |
Selainuntuk menguasai perdagangan tersebut perluasan
ke daerah barat, hal ini juga dimaksudkan agar Adityawarman dapat melaksanakan tugas
yang diberikan oleh Majapahit untuk mencegah usaha raja raja di Sumatera yang
hendak menghidupkan lagi kekuasaan
Kerajaan Sriwijaya.meskipun demikian Adityawarman tetap menyatakan dirinya
sebagai raja kerajaan Malayu dan Werdamantri keraton Majapahit dengan memakai gelar Udaya Dityawarman atau Adityawarmadaya Pratapa Parakra Marajendra Maulimarwadewa. Perluasaan daerah kerajaan Malayu ke barat selanjutnya dijadikan sebagai inti kerajaan Malayu, dengan mendirikan kerajaan
pagarruyung pada tahun 1349. Adityawarman lansung menjadi raja kerajaan itu yang
pertama, sedangkan kerajaan malayu adalah merupakan cikal bakal kerajaan
pagaruyung.
III. Puti Selaro Pinang Masak dan Kerajaan Jambi
Setelah Adityawarman wafat
ia digantikan oleh puteranya yang bernama Maharaja Mauli (Ananggawarman). Kerajaan Pagaruyung di bawah pimpinan Ananggawarman berusaha untuk melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit. Maka akibatnya terjadi peperangan antara pagaruyung dengan
majapahit (dari perang ini pula cikal
bakal istilah Minangkabau berawal). Pertempuran maha dahsyat yang memakan
banyak korban jiwa ini terjadi di Padang Sibusuk pada tahun 1409 M yang membawa
akibat fatal bagi kerajaan Pagaruyung. Nagari nagari mulai memisahkan diri dan
berotonomi penuh, islampun mulai
menyebar di Minangkabau.
Kemungkinan besar permulaan abad 15 M inilah salah seorang
keturunan Adityawarman bernama Puti Selaro Pinang Masak yang berada di
Pagaruyung Kembali ke daerah asalnya di Jambi. Menurut A. Wahab Madjid setelah pemerintahan Ananggawarman sebagai
Raja Terakhir yang menduduki tahta kerajaan
di Pagaruyung selaku penerus kerajaan Malayu. Maka kerajaan Malayu pecah
menjadi dua bagian. Bagian pertama disebut Luhak nan Bapanghulu pulang ke
Minangkabau. Bagian kedua disebut Alam
nan Berajo kembali ke Kerajaan Jambi.
Menurut kisahnya, kepulangan puteri ini ke Malayu dengan menelusuri Sungai Batanghari sembari melepaskan sepasang angsa putih (kemudian dikenal
dengan sebutan Angso Duo). Tempat di mana puteri ini melepaskan angsa tersebut
tidak ada keterangan pasti, diduga dilepaskan dari Siguntur, dengan pertimbangan bahwa di sana--di tepi bagian hulu sungai Batanghari--terdapat bekas-bekas candi. Lagi
pula Siguntur letaknya tidak jauh dari Sungai Langsat daerah ditemukannya
prasasti-prasasti dan patung-patung peninggalan Adityawarman sebagaimana diterangkan.
Setelah melepas angsa tersebut , puteri lantas berlayar
menghiliri sungai Batanghari dengan niat dimana angsa itu mendarat disana dia
akan membangun istananya. Angsa tersebut menurut kisahnya mendarat di sekitar
mes korem garuda putih Masjid Agung Alfalah itulah sebabnya tempat tersebut
disebut Tanah Pilih, tempat raja raja
kerajaan Jambi mendirikan istananya.
Gambar 3. Masjid Alfalah, Jambi |
Ketika Puti Selaro Pinang Masak sampai di Tanah Malayu, Raja Malayu saat itu adalah Tan Talani memerintah tahun 1400-1460 berkedudukan di
Muaro Jambi. Tan Talani bukan Tun Talanai sebagaimana yang banya praduga
orang. Tun Talanai adalah Maha Senopati Kerajaan malayu, pada zaman Raja Srimat
Tribuana Warmadewa dan Tun Talanai pula lah yang membuat patung Buddha kini
disimpan di Bangkok. Patung tersebut di temukan di djaija sebelah utara
semenanjung Malaya pada tahun 1183 M.
Setelah tan talani wafat ia digantikan oleh Puti Selaro
Pinang Masak memerintah tahun 1460 - 1480 M dan berkedudukan di Ujung Jabung.
Setalah menjadi raja Kerajaan Jambi, Puti Selaro Pinang Masak menikah dengan
Ahmad Barus II yang lebih dikenal dengan nama Datuk Paduko Berhalo.
Ahmad
Barus II keturunan yang ke tujuh dari Sayyidina Zainal Abidin bin husein putra saidatina Fatimah Binti
Muhammad Rasulullah dia dipanggil Datuk Paduka Berhalo karena dialah yang
memusnahkan berhala berhala yang di puja rakyat jambi di Pulau Berhala
sebagaimana menurut Ngebih Sutodilogo 1 rabiul akhir 1317 H hal. 276. Menurut
prof. M. O bafadhal setelah menikah dengan puti selaro pinang masak ia berganti
nama menjadi Ahmad Salim.
Dari perkawinan tersebut mereka di anugerahi seorang puteri yaitu Rangkayo Gemuk dan tiga
orang putera yang masing masing menjadi
Raja Raja jambi yaitu:
1.Rangkayo Pingai (1480-1490)
2.Rangkayo Kedataran ( 1490 – 1500)
3.Rangkayo Hitam ( 1500 – 1515)
Rangkayo Hitam mempunyai banyak Istri salah satu nya adalah Puti Mayang Mangurai anak Temenggung Merah mato dari Muaro Tembesi. konon istri beliau ada pula di Kerinci, Mataram dan Indrapura .
Pemerintahan Kerajaan Jambi diteruskan oleh keturunannya yang menggunakan gelar Panembahan yaitu:
1.Pangeran Hilang di air disebut Penembahan Rantau Kapas (1515- 1540)
2.Penembahan Rengas Pandak ( 1540 – 1565)
3.Penembahan Bawah sawo ( 1565 – 1590 )
4.Penembahan Kota Baru namun karena masih kecil diganti oleh patihnya bernama Kiyahi Mas Patih ( 1590 – 1615 )
IV. Kesultanan Jambi
Sejak tahun 1615 sampai 1904 Kerajaan Jambi berubah menjadi
bentuk Kesultanan Jambi dengan Sultan
pada Kurun Waktu tersebut adalah:
1. Pangeran Kedak gelar Sultan Abdul Kahar (1615 –1643)
Pada masa pemerintahannya , tepatnya 1615
berlabuh dua buah kapal dagang Belanda (wapen’s van Amsterdam dan Middelburg)
yang dipimpin Abraham Strek dengan maksud mendapatkan izin mendirikan Loji
Dagang. Loji dagang tsb baru berdiri tahun 1616 namun ditutup paksa oleh rakyat
jambi tujuh tahun kemudian. Pada tahun
1636, belanda datang lagi mendirikan kantor dagang. Di jawa, belanda mendapat
perlawanan dari Sultan Agung Mataram. Dalam situasi tersebut Sultan Abdul Kahar
memihak dan membantu Sultan Agung. Hendrik van Gent pembesar VOC mengusulkan
kepada Gubernur Jenderalnya di Batavia supaya melakukan perang dengan
kesultanan Jambi namun ditolak.
2. Pangeran Dipati Anom gelar Sultan Agung Abdul
Djalil (1643 – 1665)
Pada masa pemerintahannya di buat kontrak
dagang pertama antara Kerajaan Jambi dan VOC. Di zaman ini pula Kesultanan
Jambi mulai menguasai wilayah pamuncak nan tigo Kaum di Wilayah Kerinci Rendah
dan berhasil membujuk Depati Bertujuh
serta Depati Empat, Delapan Helai Kain untuk bersekutu dengan Kesultanan
Jambi.
3. Dipati Penulis
Sultan Abdul Muhyi gelar Sultan Sri Anum Suria Ingologo ( 1665 – 1690 )
Pada tahun 1665 terjadi ketegangan hubungan
Jambi dan Belanda yang menimbulkan
permusuhan . pada tahun 1690, kepala kantor VOC Syabrandelt Swart dibunuh di
desa gedung terbakar oleh pasukan
Sultan. Dengan segala tipu muslihatnya, belanda
mengundang Sultan Sri Anum Suria Ingologo ke Muaro Kumpeh lalu di tangkap dan
dibawa ke Batavia untuk dibuang ke pulau banda. Pada lima dasawarsa kemudian sejak 1690 –
1740 pemerintahan kesultanan Jambi di pengaruhi dan di campuri oleh Belanda
sehingga ketika itu di Jambi mempunyai dua Sultan yaitu Pangeran Candra Negara
dan Pangeran Ratu Raden Culip.
4. Raden Candra Negara atau Pangeran Dipati gelar
Sultan Raja Kiyahi Gede tahun 1690 – 1696
Pangeran Dipati merupakan sultan yang
diangkat oleh Belanda dan berkedudukan di tanah Pilih jambi. Pangeran Ratu
Radin Culip dan pangeran Kiyahi Singo Pati tidak senang terhadap sikap Raden
Candra Negara yang amat lemah terhadap belanda . mereka lalu mengundurkan diri
ke pedalaman Jambi dan mendirikan ibukota Kesultanan Jambi di Mangunjayo (
Muaro Tebo).
5. Pangeran Ratu Raden Culip/Khulid gelar Sultan Sri
Maharaja Batu 1690 – 1721
Pangeran Ratu Raden Culip merupakan sultan
yang tidak diangkat oleh belanda dan berkedudukan di Muaro tebo. Dalam
menjalankan roda pemerintahan dia dibantu oleh Kiyahi Singo pati. Beliau
menguasai Sembilan Lareh Puncak Palembang yaitu Bengkulu, Palembang, Tebing
Tinggi, Limun, Batang Asai, Rejang, Ulu Musi, Lahat, sebelat. Pada tahun 1696
hubungan kesultanan Jambi dengan belanda dalam permusuhan dan raden candra
Negara gelar sultan Kiyahi Gde tidak dapat berbuat apa apa sesudah Sultan Kiyai
Gde meninggal ia da digantikan anaknya Sultan Muhammad Syah.
Gambar 5.Keraton Kesultanan Jambi di Kampung Tengah Muara Tembesi |
6. Sultan Muhammad Syah 1696- 1740
Kemudian hubungan belanda dan Jambi membaik
pada tahun 1707 belanda di izinkan Sultan Muhammad Syah mendirikan Kantor dan
benteng di Muara Kumpeh Hilir. Dengan maksud memperkuat kesultanan Jambi ,
Sultan sri Maharaja Batu dari mangunjayo kembali ke jambi dan berhasil
menggantikan Sultan Muhammad Syah dan bergelar Sultan Suto Ingologo.
Pengangkatan Sultan Suto dilogo tidak disenangi Belanda dengan berabagi tipu muslihat Sultan suto
Ingologo di tangkap dan diasingkan di Batavia sebagai gantinya Kembali Sultan
Muhammad Syah sebagai sultan Jambi.
7. Sultan Istera/Astra Ingologo 1740 – 1770
Setelah Sultan Muhammad Syah wafat dia
digantikan oleh Sultan Istera Ingologo dari garis keturunan Mangunjayo.
Pergolakan melawan belanda menjadi lebih meningkat lagi dibawah pergolakannya
yang bersifat tegas terhadap belanda. Dia bertindak demikian itu terhadap
belanda pada tahun 1742, karena dia teringat bahwa ayahnya Raden Culip
ditangkap dan diasingkan Belanda ke Batavia karena mengambil alih kekuasaan
dari Sultan Mhd.syah. dia mampu mengusir orang orang Belanda. Sejak tahun 1740 – 1858, pemerintahan
kesultanan jambi kembali dijabat oleh
satu orang sultan.
8. Sultan Ahmad Zainuddin gelar Sultan Anom Sri
Ingologo 1770 – 1790
Di masa pemerintahannya, sultan ini berhasil menengahi konflik antar kampung di Kerinci dan wilayah adat lainnya di pedalaman Jambi. Bahkan di akhir pemerintahannya beliau memutuskan hubungan dengan VOC dan mereformasi pemerintahan kerajaan dengan memasukkan kaum ulam sebagai unsur yudikatif dalam pemerintahan.
10. Sultan Mas’ud Badarudin gelar Sultan Ratu Sri
Ingologo 1790 – 1812
Sultan ini tercatat mengeluarkan piagam dusun Kumun dan dusun Cupak di Kerinci.
11. Raden Denting Sultan Muhammad Mahiddin gelar
Sultan Agung Sri Ingalago 1812 – 1833
Ketika Kesultanan Palembang Darussalam
Sultan Mahmud Badaruddin Berperang dengan belanda tahun 1819 – 1821. Sultan
Jambi saat itu, Sultan Agung sri Ingalago mengirim bantuan tentara pilihan
yang dipimpin oleh Pangeran ratu
12. Sultan Muhammad Fachrudin gelar Sultan Keramat
1833 – 1841
Tahun 1833 pantai timur kesultanan jambi
diduduki oleh bajak laut yang berpusat di muara sungai Batanghari. Bajak bajak
laut itu diusir oleh angkatan laut belanda, namun demikian belanda belum dapat
membujuk sultan untuk mendapatkan konsesinya yang telah dibatalkan oleh sultan
Sri Ingalogo. Sultan Muhammad Fahrudin menyerang Belanda
di Rawas Palembang, dia terkepung oleh pasukan belanda dibawah pimpinan Letnan
Kolonel Michiels yang memaksanya menandatangani perjanjian Korte Verkelaring
pada tanggal 4 November 1833 di Sungai Baung;
1.
Kesultanan Jambi dilindungi dan dikuasai oleh
kerajaan Belanda
2.
Kerajaan belanda berhak membuat pertahanan dalam
daerah jambi bila perlu.
Pada tahun itu juga muara kumpeh
diduduki belanda. Perjanjian itu di senpurnakan oleh resident Palembang
proetorius dalam bentuk traktat pada tanggal 15 november 1834, bahwa kesultanan
Jambi termasuk wilayah Nederlansch Indie, berikut lampirannya ;
Pemerintah belanda memungut cukai dari segala
pemasukan dan pengeluaran barang
Pemerintah belanda berhak me monopoli dalam
penjualan garam
Pemerintah belanda tidak memungut lain cukai
Pemerintah belanda tidak akan turut ikut campur
dalam urusan tata Negara dalam negeri dan tidak akan menganggu adat istiadat
dalam negeri
Kepada sultan dan pangeran ratu diberikan uang
tahunan sebesar f. 8000
Perjanjian tersebut disahkan perlemen
belanda pada tanggal 21 april 1835. Perjanjian ini ditandatangani oleh sultan
Muhammad Fahrudin, pembesar Kesultanan dan Keluarga Istana.
Gambar 6. Penyerahan kedaulatan Jambi ke pihak Belanda |
13. Sultan Abdurrahman Nazaruddin 1841 – 1855
14. Ratu Djayaningrat gelar Sultan Thaha Syaifuddin
1855- 1904
Sultan Thaha tidak bersedia menandatangani
perjanjian dengan belanda, dan tidak mengakui kedaulatan pemerintahan
nederlandsch Indie di jambi, setelah Sultan Thaha meninggalkan tanah Pilih
mundur ke Muara Tembesi akibat serangan Belanda. Sultan Thaha merupakan Sultan yang paling gigih melawan belanda. bahkan beliau pernah bersumpah tidak akan diterima amalnya selama 40 hari bila bertemu dengan belanda. beliau terkenal denga kalimat Eso Ilang duo tebilang. namun beliau gugur sebagai Syahid pada Tahun 1904 di Betung Berdarah Muaro Tebo.
Gambar 8 : YM Sultan Thaha Syaifuddin |
Gambar 9 : Sultan Thaha dan Prajuritnya |
Karena mundurnya sultan Thaha ke muara
Tembesi sebagai akibat tindakannya menetang pemerintahan belanda , di tanah
pilih belanda mengangkat Sultan2 bonekanya yaitu :
1.
Penembahan Prabu disebut juga Sultan Bayang
dengan Gelar Sultan Ahmad Nazaruddin (1858 – 1881 )
Sultan ini dilantik belanda tanggal 12 November 1858. Dia bersedia
membuat perjanjian dengan belanda yang berisi:
- Kerajaan Jambi bagian dari Kerajaan Belanda
- Negeri Jambi adalah pinjaman yang harus tunduk dam setia kepada pemerintahan Belanda
- Bea cukai menjadi milik pemerintah Belanda
- Sultan dan pangeran ratu diberikan uang tahunan sebesar f. 10000 dan diperbesar jika cukai bertambah
- Ketentuan2 yang dalam surat 15 desember 1834 masih berlaku
- Apabila perlu maka sultan dan pangeran ratu harus mengirimkan utusannya untuk menghormati Gubernur Jendral di Batavia
- Batas negeri Jambi akan ditetapkan oleh pemerintah Belanda dalam piagam lain.
Gambar 10 : Sultan Ahmad Nazaruddin |
2. Pangeran Surya gelar Sultan Mahiluddin 1881- 1886
3. Pangeran ratu gelar sultan Ratu Ahmad Zainuddin 1886 -1899
Sultan ini tidak begitu mematuhi perjanjian dengan belanda karenanya dia dibebastugaskan oleh belanda. Setelah Sultan ratu Ahmad Zainuddin dibebaskan dari jabatannya pada bulan desember 1899 pemerintah belanda melalui perundingan mengalam I kegagalan mendapatkan pengganti raja, sehingga tahun 1901 pemerintah jambi diambil alih oleh Nederlandsch indie dan diserahkan kepada resident Palembang. Dengan demikina jabatan sultan yang diangkat belanda menjadi kosong, tetapi pangeran ratu masih menjalankan tugasnya dengan gelar raja muda dan sampai akhirnya ia ditangkap belanda tahun1906, Karena sebelumnya pernah terlibat pemberontakan terhadap belanda. Sedangkan pemerintahan yang tidak diangkat oleh belanda adalah tetap sultan thaha Saifuddin dari tahun 1855 sampai beliau mangkat april 1904 M.
Gambar 11 : Perjanjian Kesultanan Jambi Kolonial belanda |
Sumber tunggal tulisan ini adalah buku: Ikhtisar Sejarah Sepucuk Jambi Sembilan Lurah karya Usman Meng tahun 1994
Komentar
Was he the last Sultan of Jambi?