Kuluk : Ikat Kepala Tradisional Perempuan Suku Kerinci
Mungkin telinga kita tak asing dengan
lirik lagu lama yang berjudul "Sakti alam Kerinci" ini ....... ngaleh
alah jangki tando uhang kinci, pakai alah Kuluk di bucincin pulo........
Kuluk, Kulauk, Sungkun dsb merupakan penutup/ikat kepala tradisional perempuan Kerinci. Asal kata Kuluk adalah Tengkuluk. Orang Kerinci menggunakan kuluk biasanya dihiasi cincin-cincin baik cincin Akik (bahasa lokal: cincin mungguk) Cincin Anye, Cincin Loyang/tembaga. Jumlah cincin pada kuluk menunjukkan strata sosial seorang perempuan pada masyarakat dulunya, semakin banyak cincin menunjukkan menunjukkan dia berada dalam kalangan "bangso tinggi".
Masyarakat Kerinci Hulu umumnya menggunakan kuluk berhiasan Cincin Akik (cincin mungguk) ataupun cincin loyang/tembaga baik satu tingkat maupun dua tingkat. Dengan hiasan untaian berupa lingkaran logam (tembaga, kuningan, perak, perunggu dll) yang disebut dengan "Gambang", para Balian menambahkan hiasan bunga raut dan Turai pabung pada kuluknya walaupun dewasa ini sudah dipakai oleh siapa saja.
Sama halnya dengan masyarakat Kerinci tengah, kuluk yang digunakan adalah kuluk bertingkat dua atau satu biasanya dihiasi dengan cincin akik, maupun cincin tembaga tetapi tidak menggunakan hiasan bunga raut maupun turai pabung, hanya saja pada kuluk digantungkan empat buah Anak Kunci yaitu Kunci Rumah, Kunci Bilik Dalam,Kunci Pendapuran dan Kunci Peti.
Berbeda dengan Masyarakat Kerinci hilir, kuluk yang digunakan dibuat dari selembar selendang yang dililit sedemikian rupa dikepala, pada bagian depan biasanya dihiasi oleh cincin anye dan turai tembaga.
Kuluk, Kulauk, Sungkun dsb merupakan penutup/ikat kepala tradisional perempuan Kerinci. Asal kata Kuluk adalah Tengkuluk. Orang Kerinci menggunakan kuluk biasanya dihiasi cincin-cincin baik cincin Akik (bahasa lokal: cincin mungguk) Cincin Anye, Cincin Loyang/tembaga. Jumlah cincin pada kuluk menunjukkan strata sosial seorang perempuan pada masyarakat dulunya, semakin banyak cincin menunjukkan menunjukkan dia berada dalam kalangan "bangso tinggi".
Masyarakat Kerinci Hulu umumnya menggunakan kuluk berhiasan Cincin Akik (cincin mungguk) ataupun cincin loyang/tembaga baik satu tingkat maupun dua tingkat. Dengan hiasan untaian berupa lingkaran logam (tembaga, kuningan, perak, perunggu dll) yang disebut dengan "Gambang", para Balian menambahkan hiasan bunga raut dan Turai pabung pada kuluknya walaupun dewasa ini sudah dipakai oleh siapa saja.
Sama halnya dengan masyarakat Kerinci tengah, kuluk yang digunakan adalah kuluk bertingkat dua atau satu biasanya dihiasi dengan cincin akik, maupun cincin tembaga tetapi tidak menggunakan hiasan bunga raut maupun turai pabung, hanya saja pada kuluk digantungkan empat buah Anak Kunci yaitu Kunci Rumah, Kunci Bilik Dalam,Kunci Pendapuran dan Kunci Peti.
Berbeda dengan Masyarakat Kerinci hilir, kuluk yang digunakan dibuat dari selembar selendang yang dililit sedemikian rupa dikepala, pada bagian depan biasanya dihiasi oleh cincin anye dan turai tembaga.
Dari sini kita tahu bahwa sejak zaman dulu, nenek moyang Kerinci sudah
ahli mengasah batu untuk dijadikan perhiasan mereka, batuan diperoleh
tentu dari lingkungan yang terdekat dengan tempat tinggalnya.
1. Kuluk Bercincin Akik
2. Kuluk Para Balian Saleh yang berhias Bunga Raut dan Turai Pabung Khas Wilayah Kerinci Mudik
3. Gantungan "Gambang" atau Bulatan logam pada kuluk
3. Kuluk Khas Kerinci Tengah dengan Gantungan Kunci-kunci
4. Kuluk Khas Kerinci Hilir, terbuat dari Selendang dengan Hiasan Cincin Anye dan turai tembaga di bagian Depan
1. Kuluk Bercincin Akik
2. Kuluk Para Balian Saleh yang berhias Bunga Raut dan Turai Pabung Khas Wilayah Kerinci Mudik
3. Gantungan "Gambang" atau Bulatan logam pada kuluk
4. Kuluk Khas Kerinci Hilir, terbuat dari Selendang dengan Hiasan Cincin Anye dan turai tembaga di bagian Depan
Komentar