Jejak Majapahit dan Dinasti Mangkudum di Kerinci
Diketahui bahwa Tanah Sulak sudah di huni oleh suku Asli
Kerinci sejak Zaman Megalitikum hal ini
dibuktikan dengan temuan temuan purbakala disekitar wilayah tersbut seperti di
Goa Kasah yang ditemukan Lukisan Perempuan Berambut Panjang, Batu berupa kursi,
Kapak Batu, serpihan obsidian yang diduga pernah ditinggali manusia prasejarah
selain itu juga banyak ditemukan pecahan pecahan tembikar, guci, dan tempayan
seperti yang ditemukan di Siulak Tenang, serta laporan laporan masyarakat
temuan pecahan tembikar di sekitar perbukitan di Sulak,Begitu pula temuan
menhir sekitar Pendung Mudik lebih
Kurang 5 Km dari Siulak Mukai. Dalam
sebuah inskripsi Jawi (arab Melayu) disebut adanya Kedatangan tiga orang
bersaudara dari Koto Batu Berpagaruyung. Koto Batu berpagaruyung ini adalah
Kerajaan Pasumayam Koto Batu yang berdiri sebelum Kerajaan Pagaruyung . Tiga
Orang Tersebut itu bernama Mangkudum Semat, Mangkudum Sakti dan Mangkudum
Darat, seperti yang tersebut dalam inskripsi tersebut.
"Tatkalo Sulak Belum
banamo Sulak agi banamo Rantau
Kabun-kabun mako datang ninik batigo uhang paratamo Mangkudum Sati diyau
Manepat di Koto Batu diyau balik koto limau Sering, Kaduo Mangkudum Semat diyau Menepat di Koto Jering , Katigo Mangkudum Darat diyau Manepat di Guguk tinggi barulang Mandi di
Sungai keliki burusik di sungai lingkat diyau balik ka Betung Badarah"
artinya : Tatkala siulak belum bernama Siulak masih bernama Rantau
Berkabut maka datang nenek moyang bertiga orang pertama Mangkudum Sakti yang
bertempat di Koto Limau Sering ( Sungai Penuh), Kedua Mangkudum Semat di Koto Jering, ketiga Mangkudum Darat bertempat di guguk Tinggi berulang mandi di Sungai Keliki bermain di
Sungai Lingkat beliau pulang ke Betung Berdarah ( Tebo ).
Dalam inskripsi tersebut dikatakan bahwa Mangkudum Darat
awalnya tinggal di Tanah Sulak ( Guguk Tinggi itu sekarang berlokasi di Desa
Sulak Panjang )yang kemudian Hijrah ke
Betung Berdarah ( Tebo Sekarang ). Adapun Mangkudum Semat itu bertempat di Koto Tinggi ( Lokasinya sekarang dekat
desa Koto Tengah Siulak belakang Guguk Tinggi, beliau kawin dengan Puti Sedayu
disebut Pula Ninik Selayu beliau
memiliki dua orang keturunan yaitu Temenggung Tuo dan Rajo Liko. Adapun
Temenggung Tua Kawin dengan Ninik Gento Meh anak dari Imam Bajelil ( Siak Jelil
) Kemudian menetap di Siulak Panjang.
Dari perkawinan Gento Meh dan Imam Bajelil memiliki Keturunan yaitu matcatah
gelar Dipati mangkubumi, Salih Kuning Selayang Mirat, Salih Itam Bertap Bumi,
Salih Kcik meandering Sati.
Kedatangan dari Jawa
Mataram
Tersebut pula kedatangan rombongan dari jawa Mataram yang
diduga adalah para Prajurit2 majapahit yang menghindar ke Kerinci setelah manaklukan Malayu (
Seperti dalam Kitab Negarakartagama, Tanah malayu, tebo, Dharmasraya, dst
adalah daerah yang tunduk pada Majapahit. Menurut Haji Kadri Gelar Depati Intan
Tengah Padang Tudung Negeri Tokoh Adat
Tanah Sekudung Sulak, rombongan tersebut antara lain Ratu Hitam, Diwo Nyato,
Tebun Tandang, Karenggo Bungkuk, Lemutung Hitam, serta Lembuyung Tuo. Ratu
Hitam dan Diwo Nyato ini sewaktu Ke Kerinci bertemu dengan Ninik mangkudum
Semat. Oleh mangkudum Semat , Ratu Hitam dikawinkan dengan Anak Beliau Rajo
Liko dan Diwo Nyato di angkat sebagai kemenakan. Diwo Nyato diberikan Tanah
disekitar Mukai Hilir sekarang , anak keturunan dari beliaulah yang bergelar
Depati Intan Tanah Mataram buktinya Rumah Gedang/ Rumah Adat di mukai Hilir
menyimpan pusaka yaitu
“Umput Antai Umput Pusmat, Piuk Tanah Ksu Suaso Tanah
Sikepan Jawa Mataram, Kain cabuh Talukih Cindai Agam sekali kipeh ka ile Nampak
treh tarunjam ka tanah Abang “ Artinya Rumput Rantai Rumput Semat, Periuk Tanah
Belanga Suasa, Tanah Sekepal Jawa Mataram, kain Cabus terlukis Cindai Agam
sekali Kipas ke Hilir Tampak Pelangi yang terhunjam di Tanah merah.
Ratu Hitam selanjutnya digelari sebagai Salih Itam oleh
Ninik mangkudum.
Adapun Kerenggo
Bungkuk, Lemutung Hitam, tebun Tandang dan Lembuyung tuo meneruskan
perjalanannya Hingga ke jerangkang Tinggi dan menjadi penguasa disana. Hal Ini
dijelaskan oleh Haji Rasyid yakin gelar Depati Kerinci dalam bukunya “Menggali
Adat Lama Pusaka Usang”. Dibuku tersebut dikisahkan bahwa mereka (red; Karenggo
Bungkuk, lemutung Hitam dan tebun Tandang) kalah sabung ayam dengan Sigindo
batinting sehingga mereka harus menyingkir dari jerangkang Tinggi. Kerenggo
bungkuk di beri Tanah di Lubuk Paku dengan
Gelar Menggung. Tebun tandang disekitar
dusun pondok dengan Gelar Mangku dan Lemutung Hitam di Muak dengan gelar RIo.
Komentar