Kepercayaan dan agama Suku Kerinci sebelum Masuknya Islam
Suku Kerinci merupakan suku di Pulau Sumatera yang mendiami Dataran Tinggi Jambi. Suku ini termasuk penutur Austronesia. Leluhur mereka diduga datang dari kepulauan Taiwan dan Yunnan, Dataran Cina Selatan. Mereka memiliki kedekatan budaya dengan suku lain di Indonesia seperti suku Dayak, suku Batak dan Minangkabau.
Sejak ribuan tahun yang lalu suku Kerinci menganut sistem kepercayaan Animisme dan Dinamisme. Dimana mereka beranggapan ada kekuatan spritual lain yang mengendalikan alam semesta. Kekuatan Lain tersebut menurut mereka adalah sebagai berikut:
- Peri sebagai penguasa angin dan elemen udara lainnya serta bersemayam di langit
- Mambang Sebagai penguasa Hujan dan elemen air serta bersemayam di Laut. Mambang ini terbagi enam pula yaitu: Mambang bujang, Mambang Gadih, Mambang Panyiwat, Mambang Panyangking,Mambang Panjumbuk, Mambang Panyambung
- Dewo sebagai Penguasa hutan dan elemen tanah serta bersemayam di pegunungan atau hutan larangan
Selain mempercayai hal tersebut, suku Kerinci juga menghormati roh para leluhur. Mereka yakin sekali bahwa roh nenek moyang selalu memelihara dan menjaga anak keturunannya dari marabahaya.
Suku Kerinci memiliki ahli agama tersendiri yang mereka disebut sebagai Balian. Karena mendapat pengaruh Islam, balian ini kadang disebut sebagai Balian Saleh yang merujuk pada orang yang taat melaksanakan ajaran agama.
Balian saleh pada umumnya adalah perempuan, namun ada juga yang laki-laki. Mereka merupakan perantara manusia untuk berkomunikasi dengan roh leluhur di dunia gaib. Balian Saleh juga berperan sebagai tabib atau dukun pengobatan serta memimpin berbagai ritual dalam rangka memuja roh leluhur.
Potret balian saleh dari dusun Kumun tahun 1920-an |
Balian terbagi menjadi beberapa kelompok. Pertama, Balian Tuo/Saleh Gedang sebagai anak Batino Tuo. Balian ini adalah yang menunggu rumah Gedang(rumah adat orang kerinci), dan menjadi pemimpin bagi para belian lain dalam melakukan ritual yang diselenggarakan oleh negeri (Ritual besar) atau saat penobatan balian saleh yang lain. Kedua, Balian Kcik/Saleh Kcik sebagai anak batino dalam. Belian ini hanya melakukan ritual ritual kecil saja atau ritual yang di gelar oleh suatu kelebu atau larik.
Setiap Balian saleh umumnya memiliki tempat yang amat sakral di rumahnya, dan memiliki kekuatan mistis yang besar. Tempat itu disebut dengan luwan atau luwen. Luwen berfungsi sebagai tempat melakukan ritual. Disitu terdapat benda yang dianggap sebagai tempat berdiamnya roh leluhur ketika mereka mendatangi rumah balian. Benda tersebut disebut dengan sangkak. Sangkak ini ada beberapa macam pula, sangkak tujuh untuk balian tuo atau saleh gedang yang sudah menempuh upacara naik mahliga i(upacara ini akan di bahas lebih lanjut), dan sangkak limo untuk balian salih kcik.
Gambar Luwen dan Sangkak. |
Sangkak tujuh tempat bersemayamnya roh para leluhur
Untuk mempelajari ritual kuno suku kerinci, saya mengambil contoh di wilayah Siulak karena masih banyak yang melakukan ritual ritual tersebut. Berbagai Ritual yang berkaitan dengan Pemujaan Roh nenek moyang di Siulak (kerinci bagian Hulu) di sebut dengan "Pelaho" berasal dari Kata "peliharo " yang berarti Pelihara atau Memelihara. Ternyata kata "pelaho" mengandung makna yang dalam Sekali di mana Para Leluhur Memerintahkan Supaya anak keturunannya memelihara segala tradisi dari Mereka terdahulu.
Upacara pelaho ini tidak lepas dari sesajian yang wajib ada untuk di persembahkan kepada leluhur seperti
- Jikat yaitu beras yang di masukkan dalam bakul. ada dua jenis jikat yaitu jikat bagantang yaitu takarannya sebanyak 8 canting.tekong beras dan Jikat secupak yaitu sebanyak 1 canting.tekong ditambah 3 genggam beras. Selain itu juga diisi dengan cincin anye dan sejumlah uang sebagai persyaratan
- Perlengkapan sirih-Ppinang, rokok enau dan tembakau sebagai tanda penghormatan kepada leluhur. Sirih ini di bentuk sedemikian rupa sehingga ada namanya sirih tigo kapur, sirih tigo silo atau sirih berajo,sirih tigo kalinsung, sirih pangucap sirih punyayo,sirih tujuh pinang tujuh.
- Jamba,biasanya digunakan ayam hitam,ayam putih serta ayam berwarna kuning
- Kain putih biasanya disebut kain limo jito
- Benang sepuluh dan keris
- Bebagai bunga bungaan,dalam bahasa setempat bunga yang digunakan seperti bungo cino, bungo pandan,bungo kembang alo,bungo karangmanding ,bungo sepeleh hari,bungo kembang setahun,bungo talipuk tebing tergantung dari ritual apa yang akan dilaksanakan.
Sesajian yang biasa di gunakan saat upacara |
Pelaksanaan Ritual
Adapun rangkaian ritual yang wajib dilaksanakan saat upacara pelaho ini berlansung adalah
1. Pemanggilan arwah leluhur oleh para balian saleh dengan mantra mantra yang mereka senandungkan biasa di sebut dengan nyaro. Tahap ini disebut sebagai ngiman.
Gambar balian yang memanggil arwah leluhur |
2. Upacara Asyeik yaitu para balian saleh menari sambil memuji roh leluhur sambil mengucapkan matra (nyaro) dengan diringi oleh dap(sejenis rebana tradisional) dan gong. biasanya para balian saleh akan kesurupan atau di masuki oleh arwah leluhur mereka disaat itulah masyarakat dapat berkomunikasi dengan arwah leluhur.
Gambar para balian sedang melakukan asyik |
Balian saleh sedang berkomunikasi dengan para leluhur |
3. Upacara ini biasanya di akhiri dengan kenduri bersama.
Berbagai jenis Upacara Ritual/Pelaho
1. Pelaho Tulak Bla
Upacara tulak bla ini dahulu dilaksanakan setahun sekali sehabis panen raya atau sebelum kenduri sko. para Balian akan mengelilingi kampung kampung dengan tujuan mengusir roh jahat,penyakit dan lainnya,upacara ini dilaksanakan selama tujuh hari berturut turut dimulai di suatu tempat yang namanya Ujung Tanjung Muaro Ayir Mukai dan diakhiri disuatu tempat yang bernama Pasembah (menurut keyakinan mereka tempat roh2 jahat yang diusir dan ditempatkan).
Ritual Tulak Bla dimulai di Mukai Hilir (UjungTanjung Maro Ayir Mukai) |
Pelaksanaan asyeik Tulak Bala para balian saleh mengelilingi desa sambil membaca mantra untuk mengusir roh jahat.(di Mulai dari Daerah Ujung Tanjung Muaro Air Mukai., Mukai Hilir Sekarang)
Upacara terakhir dilakukan di Pasemba (pasembah dulunya terletak Di Tanjung Kemintan di tepian Sunagi batang Merao). |
2. Ngayun Luci
Upacara ini juga digelar setahun sekali sewaktu padi mulai berisi dengan tujuan agar panen mereka berlimpah dan terhindar dari hama .
Gantungan Luci |
Tarian Asyeik saat upacara ngayun luci untuk memohon kesejahteraan dan keselamatan (lamat) padi |
3. Naik Mahligai
Naik mahligai dilakukan oleh para balian yang telah mencapai puncak spritualitas. Sehingga untuk mendapat gelar sebagai balian tuo atau salih gedang, mereka harus diuji dengan berbagai kemampuan. seperti menari di atas kaca (niti gunung kaco), menari di atas pedang (niti gunung pedang),menari di atas mangkuk (niti mangkuk tujuh), menari di atas api(niti laut api ) dan sebagainya. Bila para balian berhasil melewati itu maka akan didudukkan di atas singgasana yang dalam bahasa setempat disebut sebagai mahligai.
Seorang balian salih sedang meniti mangkuk tujuh |
4. Asyik Tauh
Biasanya dilakukan undilakukan di tepi sungai, para balian akan menari sambil memuji roh leluhur
5. Basambai
upacara basambai sudah jarang dilakukan oleh penduduk. Biasanya dilakukan di halaman rumah adat atau di tengah-tengah kampung
6. Pelaho Mintak Lamat ( memohon keselamatan)
7. Palaho Janem
Biasanya digelar setelah 40 hari kematian seseorang bertujuan untuk mengembalikan semangat hidup keluarga yang ditinggalkan.
8. Nyambung Suhat
Dilakukan oleh seseorang yang telah sembuh dari suatu penyakit yang parah untuk memulihkan semangatnya yang hilang
9. Mujo Padang
Upacara yang di lakukan untuk memohon izin pada leluhur ketika seseorang mau membuka hutan untuk di jadikan ladang
Upacara Mujo Padang |
Komentar