Naskah Melayu Kerinci : berisi Kisah nabi adam dan Sejarah berdirinya kesultanan Di Nusantara
Tulisan ini merupakan terjemahan dari Naskah Bertuliskan Arab melayu, Disimpan Oleh Abidin Gelar Temenggung Adil Bicaro Dusun Siulak Panjang
"Berkat Ajo Seliman sua ( Berkat Raja Sulaiman Sua)
Berkat Patah Guru Petalo Guru ( Berkat Betara Guru petala guru)
Berkat Sigadih itam Sibujang Itam ( Berkat Sigadis Hitam Sibujang Hitam)
Berkat Ninik Benso Derajo ( Berkat Ninik Bensa Deraja)
Bismillah mulai bukato, ( Bismillah Mulai Berkata)
kami hendak mengarang tutur tembonyo ( Kami hendak membuat tutur ceritanya)
Ninik Kito Pado Maso Dahulu.(nenek moyang kita masa dahulu )
Ado takalo maso dahulu ( Ada Tatkala Masa Dahulu)
Areh belum kursi belum semat semato belum ado ( Arasy belum kursi belum semat semata belum ada)
Adolah tuhan kito yang eso takalo itu. (adalah Tuhan kita yang esa tatkala itu )
Mako datang Ajo Berail dari dalam sarugo ( Maka datanglah Malaikat Jibrail dari Surga)
Ya Allah ya tuhan ku,( Ya Allah ya Tuhanku)
Dunio sudah jadi sarugo sudah jambang, ( Dunia sudah jadi, Surga telah bagus )
Salah isinyo idak ado.( Tapi isinya tidak ada)
Embuh Ajo berail ba payah payah , ( Maukah Jibrail bersusah-susah?)
Embuh kato Ajo Berail. ( Mau Kata Jibrail )
Mako di jawat tapak tangan tuhan. ( Maka dijawat Telapak tangan Tuhan)
Mako diambik tanah sekepan mulo jadi tanah sekepan mulo ado
( Maka di ambil Tanah sekepal yang mula-mula jadi)
Mako di tempo tujuh sengko tujuh ( Maka di tempa Tujuh Sengkar Tujuh)
Di perlihatkan kepado tuhan kito, (diperlihatkan kepada tuhan kita)
embuh ini jadi adam ,idak kato tuhan kito ( Maukah ini Menjadi Adam ?, Tidak kata Tuhan Kita)
dicampakkan kepalo bumi., ( Dicampakkan ke Kepala bumi)
ditempo sengko enam panjang enam , ( di tempa sengkar enam)
di campakkan kekanan bumi,( di campakkan ke Kanan Bumi)
di tempo sengko limo panjang limo ( ditempa sengkar lima panjang lima)
di campakkan ke kidan bumi, (dicampakkan ke kiri bumi)
di tempo sengko empat panjang empat ( dicampakkan sengkar empat panjang empat)
di campakkan ke ikur bumi, (dicampakkan ke ekor bumi)
di tempo sengko tigo panjang tigo ( ditempa sengkar tiga panjang tiga)
di campakkan ke pusat bumi, (dicampakkan ke Pusat Bumi)
di tempo sengko duo panjang duo ( ditmpa lebar dua panjang dua)
dicampakkan ke pusat tasik. ( dicampakkan ke pusat samudra )
ditempo sengko sedepo panjang se ito ( ditempa sengkar sedepa panjang sehasta)
ado embuh ini jadi adam, ( adakah ini bisa jadi adam?)
embuh kato tuhan kito. ( Bisa jawab Tuhan Kita)
Penjelasan : Naskah ini Di perkirakan di buat Saat Agama Islam Mulai Masuk Ke Kerinci Kira Kira abad 13-14. Di mana ajaran Islam Masih tercampur dengan tradisi suku kerinci yang animisme. ,hal ini masih terlihat dari isi naskah tersebut,nama nama pada awal naskah merupakan nama nenek nenek moyang masyarakat kerinci kuna,tetapi pengaruh ajaran islam sudah tampak dari kata bismilah yang di gunakan dan nama Allah tuhan kito yang eso,Ajo Berail (malaikat jibril) serta kata kata arasi dan kursi.
Tulisan ini terjemahan naskah dari Mendapo Kemantan Bertulis Arab Melayu (Mungkin Dari Koto Majidin)
Dan tatkala usul dan masa dan tatkala masa jeman dahulu, Adampun belum ada selutan pun belum ada. raja yang tiga silo pun belum ada . Maka pa’lum lima jurid ditakdirkan Allah ta’ala ‘aras dan kursi, surga dan neraka bumi dan langit bulan dan matahari dan batu beramu dan bumi itu baru seujo ceper dan langit itu baru seujo dulang .Tatkala bumi bersintak turun tatkala langit bersintak naik, ibutpun belum bernama ibut ibut baru beribut ke selatan, umput pun belum bernama umput, baru bernama umput rantai, belum ada ikut yang garang, baru berikut dayu-dayu, belum ada rumput yang panjang, baru berumput daun kayu, itupun bernama ibut, tanah besar teridiri dahulu, negeri yang tiga dilebihkan Allah, pertama Mekah kedua Madinah, dan ketiga Baitulmukaddas. Dan kelebihan Mekah baitullah pintu ka’abah belum terbuka. Jatuh tukung menjadi petir, jatuh pasak menjadi kilat, maka boleh sami’ ‘mendengar, basir melihat, kalim berkata, bulan dan bintang dijadi keterangan, maka terbuka pintu ka’bah, maka berjalan ke padang ‘Arafah, maka memandang kudara, terbanglah burung ber-kawan2, maka berkata Adam: baiklah aku seperti burung terbang ber-kawan2. Maka Adampun sembahyang dua raka’at, maka dengan takdir Allah ta’ala keluarlah Siti Awal daripada kiri Adam.
Maka beroleh pusaka Siti Awal satu bagi dan beroleh pusaka Adam dua bagi. Maka berjawab ijab dengan kabul, maka dengan takdir Allah beranak tiga kali beranak, anak yang pertama-tama dua orang, itulah kaum sekalian manusia, anak yang kedua sembilan orang, itulah kaum sekalian kafir, anak yang ketiga itulah Sultan Usul namanya. Kemudian daripada itu kala: (2:28) Inni ja’ilun fi l’ardi khalifatan dan lagi:
"Berkat Ajo Seliman sua ( Berkat Raja Sulaiman Sua)
Berkat Patah Guru Petalo Guru ( Berkat Betara Guru petala guru)
Berkat Sigadih itam Sibujang Itam ( Berkat Sigadis Hitam Sibujang Hitam)
Berkat Ninik Benso Derajo ( Berkat Ninik Bensa Deraja)
Bismillah mulai bukato, ( Bismillah Mulai Berkata)
kami hendak mengarang tutur tembonyo ( Kami hendak membuat tutur ceritanya)
Ninik Kito Pado Maso Dahulu.(nenek moyang kita masa dahulu )
Ado takalo maso dahulu ( Ada Tatkala Masa Dahulu)
Areh belum kursi belum semat semato belum ado ( Arasy belum kursi belum semat semata belum ada)
Adolah tuhan kito yang eso takalo itu. (adalah Tuhan kita yang esa tatkala itu )
Mako datang Ajo Berail dari dalam sarugo ( Maka datanglah Malaikat Jibrail dari Surga)
Ya Allah ya tuhan ku,( Ya Allah ya Tuhanku)
Dunio sudah jadi sarugo sudah jambang, ( Dunia sudah jadi, Surga telah bagus )
Salah isinyo idak ado.( Tapi isinya tidak ada)
Embuh Ajo berail ba payah payah , ( Maukah Jibrail bersusah-susah?)
Embuh kato Ajo Berail. ( Mau Kata Jibrail )
Mako di jawat tapak tangan tuhan. ( Maka dijawat Telapak tangan Tuhan)
Mako diambik tanah sekepan mulo jadi tanah sekepan mulo ado
( Maka di ambil Tanah sekepal yang mula-mula jadi)
Mako di tempo tujuh sengko tujuh ( Maka di tempa Tujuh Sengkar Tujuh)
Di perlihatkan kepado tuhan kito, (diperlihatkan kepada tuhan kita)
embuh ini jadi adam ,idak kato tuhan kito ( Maukah ini Menjadi Adam ?, Tidak kata Tuhan Kita)
dicampakkan kepalo bumi., ( Dicampakkan ke Kepala bumi)
ditempo sengko enam panjang enam , ( di tempa sengkar enam)
di campakkan kekanan bumi,( di campakkan ke Kanan Bumi)
di tempo sengko limo panjang limo ( ditempa sengkar lima panjang lima)
di campakkan ke kidan bumi, (dicampakkan ke kiri bumi)
di tempo sengko empat panjang empat ( dicampakkan sengkar empat panjang empat)
di campakkan ke ikur bumi, (dicampakkan ke ekor bumi)
di tempo sengko tigo panjang tigo ( ditempa sengkar tiga panjang tiga)
di campakkan ke pusat bumi, (dicampakkan ke Pusat Bumi)
di tempo sengko duo panjang duo ( ditmpa lebar dua panjang dua)
dicampakkan ke pusat tasik. ( dicampakkan ke pusat samudra )
ditempo sengko sedepo panjang se ito ( ditempa sengkar sedepa panjang sehasta)
ado embuh ini jadi adam, ( adakah ini bisa jadi adam?)
embuh kato tuhan kito. ( Bisa jawab Tuhan Kita)
Penjelasan : Naskah ini Di perkirakan di buat Saat Agama Islam Mulai Masuk Ke Kerinci Kira Kira abad 13-14. Di mana ajaran Islam Masih tercampur dengan tradisi suku kerinci yang animisme. ,hal ini masih terlihat dari isi naskah tersebut,nama nama pada awal naskah merupakan nama nenek nenek moyang masyarakat kerinci kuna,tetapi pengaruh ajaran islam sudah tampak dari kata bismilah yang di gunakan dan nama Allah tuhan kito yang eso,Ajo Berail (malaikat jibril) serta kata kata arasi dan kursi.
Tulisan ini terjemahan naskah dari Mendapo Kemantan Bertulis Arab Melayu (Mungkin Dari Koto Majidin)
Dan tatkala usul dan masa dan tatkala masa jeman dahulu, Adampun belum ada selutan pun belum ada. raja yang tiga silo pun belum ada . Maka pa’lum lima jurid ditakdirkan Allah ta’ala ‘aras dan kursi, surga dan neraka bumi dan langit bulan dan matahari dan batu beramu dan bumi itu baru seujo ceper dan langit itu baru seujo dulang .Tatkala bumi bersintak turun tatkala langit bersintak naik, ibutpun belum bernama ibut ibut baru beribut ke selatan, umput pun belum bernama umput, baru bernama umput rantai, belum ada ikut yang garang, baru berikut dayu-dayu, belum ada rumput yang panjang, baru berumput daun kayu, itupun bernama ibut, tanah besar teridiri dahulu, negeri yang tiga dilebihkan Allah, pertama Mekah kedua Madinah, dan ketiga Baitulmukaddas. Dan kelebihan Mekah baitullah pintu ka’abah belum terbuka. Jatuh tukung menjadi petir, jatuh pasak menjadi kilat, maka boleh sami’ ‘mendengar, basir melihat, kalim berkata, bulan dan bintang dijadi keterangan, maka terbuka pintu ka’bah, maka berjalan ke padang ‘Arafah, maka memandang kudara, terbanglah burung ber-kawan2, maka berkata Adam: baiklah aku seperti burung terbang ber-kawan2. Maka Adampun sembahyang dua raka’at, maka dengan takdir Allah ta’ala keluarlah Siti Awal daripada kiri Adam.
Maka beroleh pusaka Siti Awal satu bagi dan beroleh pusaka Adam dua bagi. Maka berjawab ijab dengan kabul, maka dengan takdir Allah beranak tiga kali beranak, anak yang pertama-tama dua orang, itulah kaum sekalian manusia, anak yang kedua sembilan orang, itulah kaum sekalian kafir, anak yang ketiga itulah Sultan Usul namanya. Kemudian daripada itu kala: (2:28) Inni ja’ilun fi l’ardi khalifatan dan lagi:
Maka Adam pun
berkata kepada Jibrail: Siapa suami Sultan Usul? Maka Jibrail pun turun
ke hadarat Allah ta’ala di dalam surga mendapatkan Mendari Bunsu, sedang
menyungkit menarawang kain suri sutera. Maka Jibrail pun berbalik ke
atas dunia, maka Mendari pun ditemukan Allah dengan Sultan Usul, maka
berjawab ijab dengan kabul di awal udara. Maka ditakdirkan Allah ta’ala
Mendari Bunsu mendapat anak tiga orang, pertama-tama Sultan Meraja Alif
dan kedua Sultan Meraja Dipang
dan ketiga Sultan Raja Dirajo khalifatullah.
Dan Sultan Meraja Alif balik ke Bandar Ruhum, sungainya itam batu puding, pancuran mas negeri Mekah. Dan Sultan Meraja Dipang balik ke Bendar Cina, batu putih telaganya perak, burungnya seekor di awang udara adanya.
Dan Sultan Rajo Dirajo khalifatullah kasetero pemuncak ‘alam, pegangnya batu kacang sungai beremas, barentek digamut berentak dinapang, di situlah mahkoto terlebih sati.
Kemudian daripada itu ditakdirkan Allah ta’ala, maka adalah suatu Puti di Batu Sangkar, maka berjawab ijab dengan kabul, kemudian maka dapat anak delapan orang. Kemudian maka ditegak balai bunta besendi gading, panjang tujuh, sengkanya enam, berasuk gading selalu, bersendi segading tunggal, bertiang teras jelatang, batabuh batang pulut2, begendang begendang batang cino guri, begetang jangat tuma, sekertum balai berleret, bajirung balai malintang, tujuh pingkat selapan penjuru, betanduk guwang gading suasa, balapik tilung badada tilung, lapik tilung pandan beguris, dibawa alang kuari, payung mengapit kanan dan kiri, payung tekembang adat di belakang, maka ditengkek balai anjung malintang tinggi. Maka memandang ke laut ujo, tampatlah ular seketi muno, maka meminto Sultan Rajo Dirajo, maka adalah pusako yang tigo: pertama cunek serangin lalu, kedua cunek serangin gila dan ketiga cunek sembilan giring, ulunya kuning sumbing seratus. Kemudian maka terompak seketi muno, ekornya jadi bukit se-guntang2, pedunya Serampeh Sungai Tenang, dadonya itu jadi tanah tadi atas, kepalanya Gunung berapi, pusatnya ‘alam Sungai Pagu, punggungnya ‘alam Minangkabau, tangan kanan ke Inderapura, tangan kida ke Enah Giring. Sudah menetak Seketi muno maka hilang sembilan girirng, maka dikadukan di Rajo yang tigo selo, maka tahu daripada pedang sudah hilang, maka kedengaranlah suara di awang-awang, maka tedenda seguling batang, sekuning lembia, selesung pasuk, selengan baju panjang, seruas telang di rimba. Maka diadakan beras hitam, beras putih, dasun babawang, kulit manis, pinang batanduk, sirih badagang, tebu becap manis babuli, tuak dengan babuluh, nasi baambung, gulai babakung, kelapa betali, ketutu tiga gayo, ketitir panjang ranto,puyuh panjang dengung, ayam simabr ekor, maka diperadapkan sembah kepada Jibrail, maka terdiri cunek sembilan giring, sudah menetak seketi muno jadi sumbing seratus sembilan puluh. Maka tumbuhla kayu antara Mekah dan Madinah berurat ada seurat babatang ada sebatang, badahan ada sedahan, badaun ada sehelai, uratnya cemeh yang dua belas, batunya menjadi undang2 yang dua lapan, dahannya jadi teliti, daunnya jadi isyarat, babunga ada setangkai, babuah ada sebiji, ber-gilang2 rupanya, jatuh buah menimpa bangka, maka adalah Datuk Rangkang Pamuncak Alam, maka didaki gunung berapi, melingo ilir, memandang mudik………..tampaklah bayang luak selapan dibaruh batu berlayir di situlah buayo putih daguk. Maka memandang ke Pariang Padang Panjang, tampaklah seorang suatu rajo, duduk di balai buntak besendi gading, maka di ruang imbo yang dalam, maka terompak Pariang Padang Panjang. Maka tetepat di balai Buntang besendi gading, maka ditangkap kerbau jantan sebanua. Maka dipotong kerbau itu, dipasah idak bajangkat, disait idaknya genap. Maka ditambah dengan kambing irang kenantan tanduk, dado putih punggung kuning. Tatkala itu cupak babatih gantang babelah, yang segantang kurang dua lima puluh tahil. Datuk Rangkang Pamuncak Alam masakan duduk di setera pamuncak alam di bawah payung sekaki, karang setia yang semangkuk, jikalau tidur berbungkus cina, jikakau makan betabang-tabang, minum air bejamu-jamu. Maka berkatalah Sultan Seri Kali, segala tuan yang gedang2, segala tuan yang kayo2, jikalau bulih permintaan saya, perjalanan Datuk Rangkang jangan dilarang, supaya bumi kita ini senang. Datuk Berpayung putih membawa ukur bailok, membawa pantak dengan tiga buah, berjalan tidak ngida dan tidak nganan, orang sujud pada Allah dan sujud pada Rasul. Maka Rajo yang delapan itu masing2 mencari tempat. Pertama nah giring malimpah Kuatan lalu ke pangkalan, itulah mula mula menjadi Rajo Nah giring yang bernama Sultan Jumadil Iman, anak Yang dipertuan di Pagaruyung juga, kedua balik ke luak Agam Tanah Datar, melimpah ke luak Lima puluh, itulah mula2 menjadi raja di luak Agam Tanah Datar, yang bernama Sultan Seri Kali anak Yang dipertuankan di Pagaruyung juga. Ketiga balik ke Bandar Aceh Bandar Aceh melimpah ke Batu Bara, Itulah mula2 menjadi raja, itulah yang bernama Seri Pangkat. Yang keempat ke Sungai Pagu melimpah ke Pasisir balik Bukit, lalu ke Benda Sepuluh, itulah mula mula menjadi raja di Sungai Pagu, Sultan Besar Bergumbak Putih. Yang kelima ke Inderapura pegangnya Bandar Sepuluh bandar yang besar, maka buluh masuk kuala Padang, sejak dipisah piso anyut, sejak dirau bertongkat arang, sejak dinibung belantak intan, sejak seketak air itang, sejak sekilang air Bangis, sejak di Tiku Pariaman mudik sejak di guo kelam kemarin, itulah yang mula menjadi Inderapura yang bernama Sultan Muhammad Syah. Yang keenam balik Bantan Muko-muko ke Jawa, lalu ke Mentarang, itulah mula2 menjadi raja negeri Bantan Muko2 yang bernama Sultan Mukai Batu. ketujuh balik ke negeri Palembang, lalu ke Bugis dan lalu ke Mentawai, itulah mula menjadi raja negeri Palembang yang bernama Sultan Inda Rahim. Yang keselapan balik ke negeri Jambi, melimpah ke Batang Arri, lalu kerenah Kerinci, itulah yang mula2 menjadi rajo negeri Jambi yang bernama Sultan Baginda Tuan. Kemudian daripada itu kayu lah berlareh dan sungai lah babatang dan tanah lah begabung Sultan Besar memegang tanah Jambi dan sembilan lareh alam Jambi dan sembilan lareh alam Palembang dan tujuh puncak alam Jambi dan tujuh puncak alam Palembang. Di dalam puncak yang tujuh, menusun ke puncak yang dua: Puncak yang pertama Batang hAri, puncak yang kedua ‘Alam Kerinci, itulah puncak Jambi. Kemudian maka dicacak negeri di tanah pilih, maka begelar tanah pilih. Maka begelar tanah pilih sembuang kenantan cuci dan segetan pucuk seribu, dan ceno guri pucuk seribu dan sebatang talang merindu, maka dientak tamilang dilarikkan tanah bato, direntak kepalo negeri dapat bedil setundo musuh di tengah negeri, dapat gung setimbang Jambi, dan dapat bedil segetar mas, direntak ekor negeri dapat bedil sekupi kala, baru baparit dua mambo, maka adalah Pangeran Temenggung kebul di bukit, maka adalah Ratu yang berdua, adalah Sutan yang berempat, adalah Jenang yang tiga puluh. Tatkala Pangeran kubul di bukit naik Alam Kerinci membawa tali empat belas tukal, membawa kain pan-jang selapan hendak mengukur gabung tanah. Di dilir jak tetepat pulau Tiung, di mudik gading terentak dapat tanah empat belas gabung. Di mudik batang Selangun tetepat ba:ai kecil Muara Masume dan tujuh batu bagalo cimbung, kesiknya………….air salunya segajah mandi. Maka di mudik Batang Merangin tetepat salam muku, salam muku tetepat rajo, tanah nah kayu batanam, lubuk gaung batating sirih. Maka jadilah rajo yang tiga selo: Pertama Dipati Setio Rajo, kedua Dipati Tio Nyato, yang ketiga Dipati Tiung ti. Kemudian maka begelar Setio Rajo duduk di Batu Hampar, bersandar di tiang aras memegangkan tiang sendi bumi. Maka bergelar Dipati Tiung Nyato, menyatokan kato rajo. Dan maka begelar Dipati Tiung Meti, mematikan kata rajo. Kemudian maka ditempuh penguatan Lubuk Sam, didaki bukit kemuro, diteke jenjang yang tiga, maka didaki bukit kemuju dan naik Serampas Sungai Temang, menyacak rajo di Sungai Tenang dan bergelar Dipati Gento Nyalo dan Rio Peniti. Maka bergelar Dipati Gento Nyalo, menyalokan kato rajo. Maka bergelar Rio Peniti, meniti kato rajo. Maka diturun bukit kemujur, maka tetepat pondok yang tiga buah negeri di dilir pondok bekedai, di mudik bapondok panjang, di tengah bapondok tinggi. Kemudian maka melayang di Sungai Banang batang Penetai, maka didaki bukit sembilan tanggo, pematang panjang setimbun parut, maka tetepat di dusun Tanjung muara Sake, maka ditempuh batu Pelarah, maka didaki bukit badengung, maka tetepat tanah Sanggaran Agung, itulah ujung tanah khalifah. Dan tatkala raja naik dan jenang naik, mencacak rajo di ulu sungai, maka jailah raja yang empat selo, pertama Dipati Mendaro Langkat dan kedua Dipati Rincung Talang dan ketiga Dipati Rincung Telang dan ketiga Dipati Bian Sari dan keempat Dipati Batu Hampar. Dan tiga di baruh, empat di atas. Maka jadilah dipati empat delapan helai kain, sungai bagian tungun. Kemudian daripada itu diilir kerbau yang tiga ekor, maka mudiklah beras yang sembilan ratus ke tanah nah anto Salam Buku. Maka dipotong kerbau yang tiga ekor, darah dikacau, dagingnya dimakan, atinya jadi karang setio, dan sedalam bumi setinggi langit, da’ lapuk daripada hujan, da ‘lekan daripada panas, maka dikaco karang setio, di bawah payung sekaki dak boleh kecut, dan karang setio yang semangkok tak boleh terlimbat di atas sendi kerajaan yang sebuah, dak boleh tergilit. Maka jatuh adat dengan pusaka, maka negeri pagar adat, tapian bapagar baso, adat kawi kitab Allah. Lazim syara’ tegantung di-awang2 kitabullah membubung naik langit berebat jangan dipanjat, besawa jangan ditempuh. Siapa memacak boleh utang, siapa menempuh bulih baris. Dan tanduk kijang becipang tujuh betulak mudik, keluk kati kegumbak mas betulak ilir, tumbak belang di Sanggaran Agung, Talang Genting ke Tebing Tinggi, undang2 tanah Seleman, piagam di tanah Hiang, celak berjalan Penawar Tinggi. Maka dengkek balai panjang selapan tingkat dan panjang sembilan perbayo tergantung tinggi………………..di bawah au tempat mandi di Lubuk Batu.
Penjelasan.
Naskah ini Menceritakan Tentang kisah Nabi Adam Sampai Menurunkan Raja Raja Yang Memerintah Di Pulau Sumatra. Di ceritakan Bahwa Asal Usul Raja Raja Di Tamah Sumtera Berasal Dari Kerajaan Pagaruyung. Para Depati Yang memerintah alam Kerinci Juga Berasal dari kerajaan Pagaruyung.
dan kedua Sultan Meraja Dipang
dan ketiga Sultan Raja Dirajo khalifatullah.
Dan Sultan Meraja Alif balik ke Bandar Ruhum, sungainya itam batu puding, pancuran mas negeri Mekah. Dan Sultan Meraja Dipang balik ke Bendar Cina, batu putih telaganya perak, burungnya seekor di awang udara adanya.
Dan Sultan Rajo Dirajo khalifatullah kasetero pemuncak ‘alam, pegangnya batu kacang sungai beremas, barentek digamut berentak dinapang, di situlah mahkoto terlebih sati.
Kemudian daripada itu ditakdirkan Allah ta’ala, maka adalah suatu Puti di Batu Sangkar, maka berjawab ijab dengan kabul, kemudian maka dapat anak delapan orang. Kemudian maka ditegak balai bunta besendi gading, panjang tujuh, sengkanya enam, berasuk gading selalu, bersendi segading tunggal, bertiang teras jelatang, batabuh batang pulut2, begendang begendang batang cino guri, begetang jangat tuma, sekertum balai berleret, bajirung balai malintang, tujuh pingkat selapan penjuru, betanduk guwang gading suasa, balapik tilung badada tilung, lapik tilung pandan beguris, dibawa alang kuari, payung mengapit kanan dan kiri, payung tekembang adat di belakang, maka ditengkek balai anjung malintang tinggi. Maka memandang ke laut ujo, tampatlah ular seketi muno, maka meminto Sultan Rajo Dirajo, maka adalah pusako yang tigo: pertama cunek serangin lalu, kedua cunek serangin gila dan ketiga cunek sembilan giring, ulunya kuning sumbing seratus. Kemudian maka terompak seketi muno, ekornya jadi bukit se-guntang2, pedunya Serampeh Sungai Tenang, dadonya itu jadi tanah tadi atas, kepalanya Gunung berapi, pusatnya ‘alam Sungai Pagu, punggungnya ‘alam Minangkabau, tangan kanan ke Inderapura, tangan kida ke Enah Giring. Sudah menetak Seketi muno maka hilang sembilan girirng, maka dikadukan di Rajo yang tigo selo, maka tahu daripada pedang sudah hilang, maka kedengaranlah suara di awang-awang, maka tedenda seguling batang, sekuning lembia, selesung pasuk, selengan baju panjang, seruas telang di rimba. Maka diadakan beras hitam, beras putih, dasun babawang, kulit manis, pinang batanduk, sirih badagang, tebu becap manis babuli, tuak dengan babuluh, nasi baambung, gulai babakung, kelapa betali, ketutu tiga gayo, ketitir panjang ranto,puyuh panjang dengung, ayam simabr ekor, maka diperadapkan sembah kepada Jibrail, maka terdiri cunek sembilan giring, sudah menetak seketi muno jadi sumbing seratus sembilan puluh. Maka tumbuhla kayu antara Mekah dan Madinah berurat ada seurat babatang ada sebatang, badahan ada sedahan, badaun ada sehelai, uratnya cemeh yang dua belas, batunya menjadi undang2 yang dua lapan, dahannya jadi teliti, daunnya jadi isyarat, babunga ada setangkai, babuah ada sebiji, ber-gilang2 rupanya, jatuh buah menimpa bangka, maka adalah Datuk Rangkang Pamuncak Alam, maka didaki gunung berapi, melingo ilir, memandang mudik………..tampaklah bayang luak selapan dibaruh batu berlayir di situlah buayo putih daguk. Maka memandang ke Pariang Padang Panjang, tampaklah seorang suatu rajo, duduk di balai buntak besendi gading, maka di ruang imbo yang dalam, maka terompak Pariang Padang Panjang. Maka tetepat di balai Buntang besendi gading, maka ditangkap kerbau jantan sebanua. Maka dipotong kerbau itu, dipasah idak bajangkat, disait idaknya genap. Maka ditambah dengan kambing irang kenantan tanduk, dado putih punggung kuning. Tatkala itu cupak babatih gantang babelah, yang segantang kurang dua lima puluh tahil. Datuk Rangkang Pamuncak Alam masakan duduk di setera pamuncak alam di bawah payung sekaki, karang setia yang semangkuk, jikalau tidur berbungkus cina, jikakau makan betabang-tabang, minum air bejamu-jamu. Maka berkatalah Sultan Seri Kali, segala tuan yang gedang2, segala tuan yang kayo2, jikalau bulih permintaan saya, perjalanan Datuk Rangkang jangan dilarang, supaya bumi kita ini senang. Datuk Berpayung putih membawa ukur bailok, membawa pantak dengan tiga buah, berjalan tidak ngida dan tidak nganan, orang sujud pada Allah dan sujud pada Rasul. Maka Rajo yang delapan itu masing2 mencari tempat. Pertama nah giring malimpah Kuatan lalu ke pangkalan, itulah mula mula menjadi Rajo Nah giring yang bernama Sultan Jumadil Iman, anak Yang dipertuan di Pagaruyung juga, kedua balik ke luak Agam Tanah Datar, melimpah ke luak Lima puluh, itulah mula2 menjadi raja di luak Agam Tanah Datar, yang bernama Sultan Seri Kali anak Yang dipertuankan di Pagaruyung juga. Ketiga balik ke Bandar Aceh Bandar Aceh melimpah ke Batu Bara, Itulah mula2 menjadi raja, itulah yang bernama Seri Pangkat. Yang keempat ke Sungai Pagu melimpah ke Pasisir balik Bukit, lalu ke Benda Sepuluh, itulah mula mula menjadi raja di Sungai Pagu, Sultan Besar Bergumbak Putih. Yang kelima ke Inderapura pegangnya Bandar Sepuluh bandar yang besar, maka buluh masuk kuala Padang, sejak dipisah piso anyut, sejak dirau bertongkat arang, sejak dinibung belantak intan, sejak seketak air itang, sejak sekilang air Bangis, sejak di Tiku Pariaman mudik sejak di guo kelam kemarin, itulah yang mula menjadi Inderapura yang bernama Sultan Muhammad Syah. Yang keenam balik Bantan Muko-muko ke Jawa, lalu ke Mentarang, itulah mula2 menjadi raja negeri Bantan Muko2 yang bernama Sultan Mukai Batu. ketujuh balik ke negeri Palembang, lalu ke Bugis dan lalu ke Mentawai, itulah mula menjadi raja negeri Palembang yang bernama Sultan Inda Rahim. Yang keselapan balik ke negeri Jambi, melimpah ke Batang Arri, lalu kerenah Kerinci, itulah yang mula2 menjadi rajo negeri Jambi yang bernama Sultan Baginda Tuan. Kemudian daripada itu kayu lah berlareh dan sungai lah babatang dan tanah lah begabung Sultan Besar memegang tanah Jambi dan sembilan lareh alam Jambi dan sembilan lareh alam Palembang dan tujuh puncak alam Jambi dan tujuh puncak alam Palembang. Di dalam puncak yang tujuh, menusun ke puncak yang dua: Puncak yang pertama Batang hAri, puncak yang kedua ‘Alam Kerinci, itulah puncak Jambi. Kemudian maka dicacak negeri di tanah pilih, maka begelar tanah pilih. Maka begelar tanah pilih sembuang kenantan cuci dan segetan pucuk seribu, dan ceno guri pucuk seribu dan sebatang talang merindu, maka dientak tamilang dilarikkan tanah bato, direntak kepalo negeri dapat bedil setundo musuh di tengah negeri, dapat gung setimbang Jambi, dan dapat bedil segetar mas, direntak ekor negeri dapat bedil sekupi kala, baru baparit dua mambo, maka adalah Pangeran Temenggung kebul di bukit, maka adalah Ratu yang berdua, adalah Sutan yang berempat, adalah Jenang yang tiga puluh. Tatkala Pangeran kubul di bukit naik Alam Kerinci membawa tali empat belas tukal, membawa kain pan-jang selapan hendak mengukur gabung tanah. Di dilir jak tetepat pulau Tiung, di mudik gading terentak dapat tanah empat belas gabung. Di mudik batang Selangun tetepat ba:ai kecil Muara Masume dan tujuh batu bagalo cimbung, kesiknya………….air salunya segajah mandi. Maka di mudik Batang Merangin tetepat salam muku, salam muku tetepat rajo, tanah nah kayu batanam, lubuk gaung batating sirih. Maka jadilah rajo yang tiga selo: Pertama Dipati Setio Rajo, kedua Dipati Tio Nyato, yang ketiga Dipati Tiung ti. Kemudian maka begelar Setio Rajo duduk di Batu Hampar, bersandar di tiang aras memegangkan tiang sendi bumi. Maka bergelar Dipati Tiung Nyato, menyatokan kato rajo. Dan maka begelar Dipati Tiung Meti, mematikan kata rajo. Kemudian maka ditempuh penguatan Lubuk Sam, didaki bukit kemuro, diteke jenjang yang tiga, maka didaki bukit kemuju dan naik Serampas Sungai Temang, menyacak rajo di Sungai Tenang dan bergelar Dipati Gento Nyalo dan Rio Peniti. Maka bergelar Dipati Gento Nyalo, menyalokan kato rajo. Maka bergelar Rio Peniti, meniti kato rajo. Maka diturun bukit kemujur, maka tetepat pondok yang tiga buah negeri di dilir pondok bekedai, di mudik bapondok panjang, di tengah bapondok tinggi. Kemudian maka melayang di Sungai Banang batang Penetai, maka didaki bukit sembilan tanggo, pematang panjang setimbun parut, maka tetepat di dusun Tanjung muara Sake, maka ditempuh batu Pelarah, maka didaki bukit badengung, maka tetepat tanah Sanggaran Agung, itulah ujung tanah khalifah. Dan tatkala raja naik dan jenang naik, mencacak rajo di ulu sungai, maka jailah raja yang empat selo, pertama Dipati Mendaro Langkat dan kedua Dipati Rincung Talang dan ketiga Dipati Rincung Telang dan ketiga Dipati Bian Sari dan keempat Dipati Batu Hampar. Dan tiga di baruh, empat di atas. Maka jadilah dipati empat delapan helai kain, sungai bagian tungun. Kemudian daripada itu diilir kerbau yang tiga ekor, maka mudiklah beras yang sembilan ratus ke tanah nah anto Salam Buku. Maka dipotong kerbau yang tiga ekor, darah dikacau, dagingnya dimakan, atinya jadi karang setio, dan sedalam bumi setinggi langit, da’ lapuk daripada hujan, da ‘lekan daripada panas, maka dikaco karang setio, di bawah payung sekaki dak boleh kecut, dan karang setio yang semangkok tak boleh terlimbat di atas sendi kerajaan yang sebuah, dak boleh tergilit. Maka jatuh adat dengan pusaka, maka negeri pagar adat, tapian bapagar baso, adat kawi kitab Allah. Lazim syara’ tegantung di-awang2 kitabullah membubung naik langit berebat jangan dipanjat, besawa jangan ditempuh. Siapa memacak boleh utang, siapa menempuh bulih baris. Dan tanduk kijang becipang tujuh betulak mudik, keluk kati kegumbak mas betulak ilir, tumbak belang di Sanggaran Agung, Talang Genting ke Tebing Tinggi, undang2 tanah Seleman, piagam di tanah Hiang, celak berjalan Penawar Tinggi. Maka dengkek balai panjang selapan tingkat dan panjang sembilan perbayo tergantung tinggi………………..di bawah au tempat mandi di Lubuk Batu.
Penjelasan.
Naskah ini Menceritakan Tentang kisah Nabi Adam Sampai Menurunkan Raja Raja Yang Memerintah Di Pulau Sumatra. Di ceritakan Bahwa Asal Usul Raja Raja Di Tamah Sumtera Berasal Dari Kerajaan Pagaruyung. Para Depati Yang memerintah alam Kerinci Juga Berasal dari kerajaan Pagaruyung.
Komentar